Kenali 4 Ciri Utama Toxic Relationship dalam Hubungan Pertemanan, Lalu Bagaimana Cara Menghadapinya?
Berikut ini kami sampaikan ciri-ciri utama hubungan toxic dalam pertemanan. Kamu juga bisa mengetahui cara menghadapinya.
Kenali 4 Ciri Utama Toxic Relationship dalam Hubungan Pertemanan, Lalu Bagaimana Cara Menghadapinya?
TRIBUNPALU.COM - Istilah toxic relationship ini biasanya dijumpai dalam konteks suatu hubungan, baik hubungan percintaan, pertemanan, bahkan antar rekan di lingkungan kerja.
Melansir dari laman Satu Persen, toxic relationship adalah sebuah hubungan yang mencemari harga diri, pemikiran dan kebahagiaan.
Tak hanya itu saja, bahkan perspektif diri saat memandang diri sendiri maupun lingkungan sekitar juga ikut terpengaruh.
Sebuah hubungan yang mengandung toxic dapat Anda ketahui melalui beberapa ciri berikut ini.
1. Adanya kompetisi di dalam hubungan
Sebuah hubungan pertemanan dikatakan sebagai toxic relationship apabila dilamnya terdapat rasa saling banding-membandingkan antara satu dengan yang lain.
Hal tersebut dibenarkan oleh Konten Kreator yang sering membahas kesehatan mental, Dimas Alwin.
Dalam unggahannya Instagramnya di @mudahbergaul, ia menurturkan jika kompetisi ini bisa berubah menjadi energi positif.
Namun apabila dilakukan secara berlebihan, maka akan menimbulkan perasaan insecure.
"Kompetisi bersifat memotivasi, tapi juga bisa bikin insecure kalau berlebihan," ujarnya dalam keterangan tertulis.
Baca juga: Tips Public Speaking: Ketahui Penyebab Anda Tidak Percaya Diri saat Berbicara di Depan Umum
Baca juga: Tips Melatih Percaya Diri saat Public Speaking dengan Cara Berbicara Sendiri, Simak Penjelasannya

2. Adanya sifat saling menyalahkan antara satu dengan lainnya
Masalah memang sering dijumpai dalam sebuah hubungan, baik pertemanan, persaudaraan atau bahkan antar pasangan.
Namun jika tidak ada yang mengalah, maka hubungan itu berada pada fase toxic.
Dimas mengatakan, tak hanya saling menyalahkan saja, tetapi juga saling menjatuhkan antara satu dengan yang lain.
"Saling nyalahin kalau ada masalah dan saling menjatuhkan,"
Tidak sampai disitu saja, toxic relationship juga tergolong susah untuk mengakui sebuah kesalahan.
Sehingga muncul kesulitan untuk meminta maaf.
3. Adanya seseorang yang mendominasi
Pemimpin memang dibutuhkan dalam sebuah kelompok pertemanan.
Hal ini bertujuan untuk menentukan pengambil keputusan tertinggi dalam suatu kelompok.
Namun jika terdapat satu pihak yang mendominasi dan tidak menoleransi orang lain, disitulah toxic relationship mulai berkembang.
"Semua harus ngikutin dia, nurutin dia," kata Dimas.
"Kalau nggak diturutin ngambek, marah terus nyindir-nyindir," sambung konten kreator yang juga alumni Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Depok tersebut.
Baca juga: Berikan Umpan Balik Positif Pada Lawan Bicara di Dunia Kerja: Jangan Tegur Langsung, Coba Apresiasi
Baca juga: Dinilai Suka Potong Pembicaraan Narasumber, Gritte Agatha: Kadang Nggak Boleh Terlalu Panjang

4. Adanya tekanan dalam hubungan
Tertekan dalam hal ini adalah rasa takut untuk berpendapat ataupun bertindak dalam lingkungan pertemanan.
Rasa takut ini muncul akibat adanya seseorang yang mendominasi hubungan tersebut.
Efek dari ketakutan akan memunculkan karakter orang lain pada diri Anda.
"Akhirnya harus pura-pura jadi orang lain yang bukan diri sendiri," pungkas dimas.
Dimas juga memberikan tips untuk menghadapi pertemanan yang toxic.
Beberapa yang bisa anda coba antara lain kemauan untuk melanjutkan atau mengakhiri hubungan, saling mengevaluasi dan menjaga jarak atau interaksi seperlunya saja.
Cara Mengatasi Teman atau Hubungan yang Toxic
Langkah paling utama adalah mengeluarkan teman seperti ini dari hidup kita adalah dengan memberi jarak.
Hindari membicarakan hal-hal pribadi dengannya. Kamu juga enggak perlu terlibat di dalam kehidupannya.
Kamu bisa menyibukkan diri dengan hal lain untuk membuat alasan yang membuat enggak bisa bertemu dengannya.
Perlahan-lahan tapi pasti, jauhkan dirimu dari toxic friend.
Bersosialisasi dan beraktivitaslah dengan teman lain yang bisa membangun dan memberikan dampak positif untuk hidupmu.
Tangani stres dengan berbicara bersama teman lainnya, meditasi, yoga, dan sebagainya.
Kalau kamu mengalami kesulitan untuk mengatasi atau melepaskan diri dari teman seperti ini, jangan malu untuk berkonsultasi dengan psikiater, psikolog, atau konselor.
(TribunPalu.com/Hakim)