Palu Hari Ini

Kominfo Ajak Guru di Palu Optimalkan Digitalisasi di Sektor Pendidikan

Terdapat tiga faktor penting dalam mengoptimalkan digitalisasi di sektor pendidikan.

Editor: mahyuddin
TRIBUNPALU.COM/ALAN
Workshop Adopsi Teknologi Digital di Sektor Pendidikan di Swiss Bel Hotel, Jl Malonda, Kelurahan Silae, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu, Rabu (27/10/2021). 

Laporan Wartawan TribunPalu.com, Alan Sahril

TRIBUNPALU.COM, PALU - Guru tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Palu, Sulawesi Tengah, diminta untuk tidak Gagap Teknologi (Gaptek) dan terus meningkatkan pengetahuan tentang digital.  

Hal itu menjadi fokus pembahasan Workshop Adopsi Teknologi Digital di Sektor Pendidikan di Swiss Bel Hotel, Jl Malonda, Kelurahan Silae, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu, Rabu (27/10/2021).

Hadir sebagai pemateri Koordinator Pengelola Program Direktorat Ekonomi Digital Kementerian Komunikasi dan Informatika Dikki Rukmana.

"Hadirnya teknologi terus mempengaruhi inovasi di bidang pendidikan. Teknologi membuat pendidikan lebih sistematis dan efisien. Sayangnya, di Indonesia pendidikan berbasis teknologi masih terhitung lambat," kata Dikki.

Dia menjelaskan, terdapat tiga faktor penting dalam mengoptimalkan digitalisasi di sektor pendidikan.

Baca juga: Update Daftar Harga dan Spesifikasi HP Vivo Akhir Oktober 2021: Vivo Beri Diskon Besar-besaran

Pertama ialah infrastuktur, dimana masih banyak guru tidak memiliki fasilitas yang mempuni dalam memberikan pendidikan secara digital.

"Kami terus berupaya mengoptimalkan teknologi untuk membantu tenaga pendidik di sekolah. Olehnya kami menghadirkan berbagai infrastruktur di seluruh pelosok Indonesia dan berusaha menyelesaikan pembangunan 4200 BPS yang saat ini masih dalam proses pembangunan," jelas Dikki Rukmana.

Faktor kedua ialah infostruktur yang menyangkut kepada muatan data sebagai sumber informasi yang diolah melalui suatu proses didalam sistem informasi.

Dikki Rukmana memaparkan, infostruktur adalah terkait aplikasi atau platform yang digunakan untuk proses PJJ.

Dikki Rukmana menyarankan setiap satuan pendidikan menggunakan aplikasi berbasis cloud.

Dengan aplikasi itu nantinya setiap guru dan siswa memiliki akun khusus pendidikan yang diwadahi satuan dengan domain sch.idm

Bukan akun pribadi seperti Gmail, Hotmail, atau Yahoo Mail.

Terlebih aplikasi berbasis clouds itu tidak berbayar.

Infostruktur ini juga menyangkut learning management system (LMS) yang sebaiknya dimiliki setiap satuan pendidikan.

"Mungkin sebagian sektor pendidikan sudah sebagian besar guru bisa menggunakan teknologi seperti membuat email aplikasi seperti itu. Dan masih banyak juga yang kesulitan membuat konten materi untuk para siswa, dan tentunya itu menjadi kendala sendiri," ujarnya.

Baca juga: Arti Kata Tubir, Bahasa Gaul yang Populer Digunakan Anak Muda di Media Sosial

Dan faktor ketiga adalah infokultur.

Dikki Rukmana membeberkan, infokultur berarti PJJ memiliki prinsip anytime, anywhere, dan anydevice.

Anytime adalah setiap siswa tidak mesti belajar pada waktu yang sama dan mengerjakan hal yang sama.

Anywhere adalah siswa bisa belajar di mana saja asal terkoneksi internet.

Selanjutnya yang dimaksud anydevice adalah media yang digunakan sebaiknya multifungsi.

Dalam pedagogis konvensional disebutkan media tersebut hanya berfungsi menerima informasi seperti buku, televisi, ataupun materia multimedia.

"Sedangkan gawai itu adalah yang multifungsi. Bisa konsumsi, bisa juga produksi, bahkan lebih dipentingkan bagaimana gawainya dipakai untuk berinovasi, untuk menciptakan sesuatu. Bukan hanya alat untuk diberikan informasi," pungkasnya.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved