Tak Terima Dituding Bisnis Tes PCR, Luhut: Saya yang Dorong agar Harga Tes PCR Diturunkan

Luhut Binsar Pandjaitan akhirnya buka suara terkait tudingan keterlibatan dirinya dalam bisnis tes PCR.

Humas Kemenko Maritim dan Investasi
Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan memberikan keterangan pers saat Coffee Morning di Kemenko Kemaritiman dan Investasi, Jakarta, Selasa (25/2/2020). 

TRIBUNPALU.COM - Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan akhirnya buka suara terkait tudingan keterlibatan dirinya dalam bisnis tes polymerase chain reaction (PCR).

Lewat unggahan di Instagram Storynya, Luhut memberikan penjelasan bahwa dirinya tidak pernah sedikit pun mengambil keuntungan pribadi dari bisnis yang dijalankan PT Genomik Solidaritas Indonesia.

"Saya ingin menegaskan bahwa saya tidak pernah sedikit pun mengambil keuntungan pribadi dari bisnis yang dijalankan PT Genomik Solidaritas Indonesia," tulis Luhut.

Seperti diketahui PT Genomik atau GSI merupakan perusahaan yang mengelola laboratorium untuk tes PCR dan memiliki lima cabang di Jakarta.

Baca juga: Luhut Dituding Mengambil Keuntungan dari Bisnis Tes PCR, Jubirnya Beri Penjelasan

Baca juga: Namanya Disebut Terlibat Bisnis Tes PCR Covid-19, Luhut Binsar Panjaitan Buka Suara

Majalah Tempo edisi 1 November 2021 menulis, dua perusahaan yang terafiliasi dengan Luhut, PT Toba Sejahtra dan PT Tiba Bumi Energi, tercatat mengempit saham di GSI.

PT Toba Sejahtra dan PT Toba Bumi Energi mengantongi 242 lembar saham senilai Rp 242 juta di GSI.

Luhut berujar, Toba Bumi Energi bersama dengan Indika, Adaro, dan Northstar justru membantu penyediaan fasilitas tes usap dalam kapasitas besar.

Tak hanya itu Luhut juga mengungkapkan alasannya tidak menggunakan nama yayasan.

"Karena memang bantuan yang tersedia berada dari perusahaan. Dan memang tidak ada yang saya sembunyikan di situ," imbuhnya.

Luhut mengatakan bahwa selama ini dirinya selalu mendorong agar harga Tes PCR diturunkan.

"Saya juga selalu mendorong agar harga tes PCR bisa diturunkan sehingga dapat terus menjangkau masyarakat yang membutuhkan," paparnya.

Ia juga mengungkapkan bahwa dirinya pernah mengusulkan agar antigen bisa menjadi syarat aturan bepergian untuk semua moda tranportasi.

"Saya juga yang meminta agar penggunaan antigen dapat diterapkan pada beberapa moda transportasi yang sebelumnya menggunakan PCR sebagai persyaratan utama," sambung Luhut.

Luhut merasa harus buka suara terkait tudingan yang dilayangkan pada dirinya.

Hal ini lantaran Luhut takut kejadian yang menimpanya bisa menimbulkan rasa takut pada orang-orang yang nantinya memiliki niat tulus untuk membantu negara menghadapi pandemi.

"Saya berkesimpulan harus menjelaskan dengan detail sesuai fakta yang ada dikarenakan ada disinformasi yang efeknya tidak hanya menimbulkan kegaduhan.

Tetapi juga memunculkan ketakutan bagi mereka yang punya niat tulus dan semangat solidaritas tinggi untuk melihat negeri ini bangkit lalu pulih dari pandemi," pungkasnya.

Unggahan Story LBP
Unggahan Story LBP (Instagram Luhut Binsar Pandjaitan)

Kehebohan soal Luhut main bisnis PCR awalnya diungkap oleh Mantan Direktur YLBHI Agustinus Edy Kristianto. Dia mengatakan sejumlah menteri-menteri lain juga terkait dengan bisnis tes PCR.

Agustinus mengungkapkan hal itu lewat tulisannya di akun Facebook pribadinya. Dia mengawali tulisannya dengan mengutip laporan media soal laboratorium PCR yang dimiliki politikus dan konglomerat.

Dia mengungkap komposisi pemegang saham PT GSI yang memiliki afiliasi dengan Luhut, yaitu PT Toba Bumi Energi dan PT Toba Sejahtra. Dia mengungkapkan Luhut punya sedikit saham di dua perusahaan tersebut dan Luhut juga merupakan pendirinya.

"Menteri itu ternyata terafiliasi (ada kaitannya) dengan PT Genomik Solidaritas Indonesia. Unit usaha PT itu adalah GSI Lab yang jualan segala jenis tes COVID-19: PCR Swab Sameday (275 ribu), Swab Antigen (95 ribu), PCR Kumur (495 ribu), S-RBD Quantitative Antibody (249 ribu)," tulis Agustinus

Adapun pemegang saham yang disebutkan Agustinus adalah Yayasan Indika Untuk Indonesia, Yayasan Adaro Bangun Negeri, Yayasan Northstar Bhakti Persada, PT Anarya Kreasi Nusantara, PT Modal Ventura YCAB, PT Perdana Multi Kasih, PT Toba Bumi Energi, PT Toba Sejahtra, dan PT Kartika Bina Medikatama.

(TribunPalu.com)

Sumber: Tribun Palu
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved