Teroris Poso
Satgas Pemburu Teroris Poso Jadi Pemateri di Kegiatan Kemah Bakti Pramuka
Para da'i dan da'iyah Satuan Tugas (Satgas) Madago Raya memberi pelatihan sekaligus pengisi materi dalam kemah bakti pramuka harmoni di lapangan Denzi
Laporan Wartawan TribunPalu.com, Ketut Suta
TRIBUNPALU.COM, POSO - Para da'i dan da'iyah Satuan Tugas (Satgas) Madago Raya memberi pelatihan sekaligus pengisi materi dalam kemah bakti pramuka harmoni, Jumat (26/11/2021).
Kegiatnya berlangsung di lapangan Denzipur 15 Siwagi Lembah Maroso (SLM), di Desa Langko, Kecamatan Langge, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Satgas Madago Raya merupakan satuan operasi pemburu Teroris Poso yang saat ini tersisa 4 orang.
Ketua tim da’i dan da’iyah Iptu Moh Atmal di depan anak-anak pramuka itu menyampaikan tiga dimensi dalam menghadapi berbagai keberagaman.
Antaranya Ukuwah Islamiyah, ukuwah persaudaraan yang ditinjau dari agama.
Baca juga: Polres Sigi Bakal Buka Ruangan Pelayanan Terpadu untuk Warga
Baca juga: Danau Poso Resort Tawarkan Pemandangan Alam Amazing, Sulit Dilupakan Pengungjung
"Di sini ada teman kita yang beragama Kristen, Hindu dan Budha, apapun perbedaan agama kita, teman kita adalah saudara," kata Iptu Moh Atmal, Jumat (26/11/2021).
"Jadi apapun agamanya, apapun sukunya kita jalin kebersamaan, silaturahmi demi keamanan dan kedamaian Kabupaten Poso dan Indonesia yang kita cintai," tuturnya menjelaskan.
Moh Atmal menjelaskan, untuk berikutnya ukuwah Wathoniyah atau ukuwah kebangsaan, yaitu kecintaan kepada bangsa dan tanah air Indonesia.
Membela eksistensi tanah air, dari berbagai bentuk ancaman.
"Baik yang datang dari luar maupun dalam negeri," ujar Iptu Moh Akmal.
"Dan yang terakhir Ukuwah Basyariyah, yaitu merupakan bentuk persaudaraan yang berlaku pada semua manusia secara universal tanpa membedakan ras, agama, suku, dan aspek-aspek kekhususan lainnya," tuturnya menutupkan.
Sementara itu Wakasatgas Humas Ops Madagoraya AKBP Bronto Budiyono menjelaskan, kegiatan itu dilakukan dalam menjaga toleransi di Kabupaten Poso sejak usia dini.
"Bahwa kita ini hidup dalam beragam suku bangsa, harus bisa hidup berdampingan antara satu sama lainnya demi keamanan bersama," tutur Bronto. (*)