Film Tombolotutu

Siapa Tombolotutu? Pahlawan Nasional Asal Sulteng yang Kisahnya Diangkat jadi Film Perjuangan

Yayasan Mahaswara Indonesia dan Institut Tombolotutu berencana membuat Film tentang kepahlawanan Raja Tombolotutu.

Editor: Haqir Muhakir
FKIP UNTAD
SKETSA FOTO TOMBOLOTUTU 

TRIBUNPALU.COM, PALU – Yayasan Mahaswara Indonesia dan Institut Tombolotutu berencana membuat Film tentang kepahlawanan Raja Tombolotutu.

Tombolotutu adalah Raja dari Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah yang dinobatkan Presiden Joko Widodo sebagai Pahlawan Nasional 10 November 2021.

Yayasan Mahaswara Indonesia adalah lembaga yang bentukan pemerhati kebudayaan, tokoh dan pengusaha di Sulawesi Tengah.

Di antaranya, Fachri Timur selaku CEO, Wisnu Pettalolo, Nur Karompot, Aslamuddin Suprianus Kandolia, dan Buddi AC.

Buddi AC menjelaskan, pembuatan film itu berdasarkan hasil Webinar dan diskusi tatap muka tentang pembangunan Sulawesi Tengah beberapa waktu lalu.

“Dari pertemuan-pertemuan itu kita rumuskan semua yang telah tercapai, hasilnya, dari sektor kebudayaan belum ada yang menonjol beberapa tahun terakhir,” kata Kakak kandung Abdi Negara Nurdin alias Abdee Slank tersebut kepada TribunPalu.com di warung kopi, Jl Masjid Raya, Kelurahan Lolu Utara, Kecamatan Palu Timur, Kota Palu, Rabu (19/1/2022).

Baca juga: Abdee Slank Jadi Komisaris Telkom, Apa Tugasnya?Ini Kompetensi Abdee Slank yang Dibutuhkan di Telkom

Buddi pun mengusulkan pembuatan film dengan mengangkat kearifan lokal.

“Kami kepikiran tentang pahlawan nasional. Apalagi warga Sulteng baru-baru ini memiliki Pahlawan Nasional yang dilantik presiden beberapa waktu lalu, yaitu Tombolotutu,” ujar pria yang tengah menngarap film berjudul Phinisi tersebut.

Menurutnya, semangat kepahlawanan Tombolotutu sangat layak dijadikan film untuk mengangkat kearifan lokal Sulawesi Tengah.

Adapun pembuatan film kolaborasi Yayasan Mahaswara Indonesia dan Institut Tombolotutu itu berjudul Bara Perjuangan dari Moutong.

“Judul itu kami ambil dari buku tentang Tombolotutu berjudul Bara Perjuangan di Teluk Tomini karya Lukman Najamuddin, Wilman D Lumangino, Muhammad Sairin, Idrus A Rore, Sunarto Amus dan Fatma,” ucap pria kelahiran Donggal 19 Juli 1965 tersebut.

Baca juga: Siapa Tombolotutu? Tokoh Sulteng yang Akan Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional di Tahun 2021

Cerita Singkat

Film Bara Perjuangan dari Moutong awalnya mengusung konsep biografi.

Namun karena pertimbangan anggaran, konsep itupun diubah menjadi drama.

" Film biografi itu mendramatisasikan kehidupan orang atau tokoh dalam kehidupan nyata. Itu biayanya mahal. Tapi gagasan ini tidak boleh berhenti, maka alternatifnya adalah film drama," tutur Buddi AC.

Dia menceritakan, film itu nantinya akan menampilkan drama percintaan namun berbasis kebudayaan.

"Pemeran pria nantinya akan mengidentifikasikan dirinya dengan perjuangan Tombolotutu. Dia memperjuangkan mahasiswa, masyarakat, namun dia gagal memenangkan cintanya," jelas wartawan senior itu.

Di akhir cerita, nantinya pemeran pria bakal menunjukkan keberhasilan setelah melalui berbagai rintangan.

Intinya, film tersebut juga akan menghadirkan beberapa kebudayaan lokal, termasuk kawasan pertambangan di Sulteng.

Lantas Siapa Tombolututu?

Tombolotutu merupakan salah seorang raja di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) asal Kabupaten Parigi Moutong (Parimo).

Wacana untuk menjadikan Tombolotutu sebagai Pahwalan Nasional telah disuarakan sejak Tahun 1990-an.

Namun upaya untuk mencapai hal itu terkendala dokumen resmi sebagai data primer.

Puncaknya ketika Dr Lukman Nadjamuddin MHum menjadi pembicara sejarah dalam Seminar Internasional di Universitas Kebangsaan Malaysia Tahun 2014.

Dikutip dari website resmi Pemkab Parigi Moutong, ketika itu peserta seminar mendorong Dr Lukman Nadjamuddin untuk meneliti perjuangan Tombolotutu.

Sebab diperoleh informasi, Pemerintah Belanda banyak menyimpan dokumen resmi yang bercerita tentang Tombolotutu.

Sehingga pada Tahun 2017, Universitas Tadulako berkerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong menggagas sebuah penelitian yang dituangkan dalam sebuah buku Bara Perlawanan di Teluk Tomini, Perjuangan Tombolotutu melawan Belanda.

Sejak saat itu, diskusi untuk menjadikan Tombolotutu sebagai Pahlawan Nasional terus mengemuka.

Tidak hanya di kalangan akademisi, harapan untuk menjadikan Tombolotutu sebagai Pahlawan Nasional juga banyak disuarakan oleh kalangan masyarakat.

Salah satunya datang dari tokoh masyarakat Kabupaten Parigi Moutong, Drs H Taswin Borman MSi.

Mantan Sekda Parigi Moutong di era Bupati Longki Djanggola itu mengatakan, jika melihat historis sejarah perjuangan Tombolotutu melawan Belanda, maka Tombolotutu layak dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional

“Berdasarkan historis sejarah perlawanan Tombolotutu melawan Belanda, menurut saya Tombolotutu layak menjadi Pahlawan Nasional,” kata Taswin Borman ketika menghadiri bedah buku Bara Perlawanan di Teluk Tomini, Perjuangan Tombolotutu Melawan Belanda di aula Fakultas Teknik Universitas Tadulako Palu, Senin (12/11).

SKETSA FOTO TOMBOLOTUTU
SKETSA FOTO TOMBOLOTUTU (FKIP UNTAD)

Menurutnya, buku Bara Perlawanan di Teluk Tomini itu banyak mengulas tentang bagaimana kisah heroik yang ditunjukan Tombolotutu saat melawan Belanda.

Salah satunya, ketika Pemerintah Belanda menurunkan Pasukan Marsose untuk menumpas Perlawanan Tombolotutu. Marsose adalah pasukan khusus atau pasukan elit Belanda yang pernah diturunkan saat perang Diponegoro dan perang Aceh. Kala itu pasukan Marsose yang diturunkan untuk menumpas perlawanan Tombolotutu kurang lebih berjumlah 170 pasukan

"Kita sudah bisa membayangkan bagaimana kekuatan Tombolotutu saat itu, meski dengan pasukan Marsose, Belanda tidak pernah berhasil menumpas Tombolotutu. Ini data sejarah. Karena itu menurut saya Tombolotutu layak diusulkan menjadi Pahlawan Nasional,”kata Taswin Borman

Untuk menjadikan Tombolotutu sebagai Pahwalan Nasional, banyak persyaratan yang harus dipenuhi sebagaimana yang diamanatkan dalam undang-undang nomor 20 Tahun 2009 tentang gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan.

“Buku yang dibedah ini sudah cukup baik, tinggal melengkapi autobiografi Tombolotutu dan dokumen perjuangannya,”ujar Taswin.

Ia juga mengakui bahwa sejak Tahun 1990-an di Sulawesi Tengah hanya dua tokoh pejuang kemerdekaan yang diwacanakan untuk diusulkan menjadi Pahlawan Nasional, yaitu Haji Hayun di Tolitoli dan Tombolotutu di Parigi Moutong.

Ia mengusulkan perjuangan Tombolotutu yang telah dibukukan ini menjadi muatan lokal pembelajaran di sekolah, mulai dari SD, SMP hingga SMA sehingga setiap generasi dapat mengetahui sejarah perjuangan Tombolotutu. Taswin berharap, setelah semua persyaratan terpenuhi, Tombolotutu dapat segera diusulkan kepada Pemerintah pusat untuk menjadi Pahlawan Nasional.

“Pemerintah Daerah harus serius untuk segera memproses dan melengkapi persyaratan yang dibutuhkan. Saya siap membantu tenaga dan pikiran untuk mengawal menjadikan Tombolotutu sebagai Pahwalan Nasional,”tandasnya

Acara bedah buku itu menghadirkan dua nara sumber yaitu, Prof Dr Reiza D Dienaputra MHum, sejarahwan dari Universitas Pajajaran Bandung dan Dr Sarkawi SS MHum dari Univeritas Airlanngga Surabaya.

Ada satu hal menarik yang disampaikan Dr Sarkawi di acara bedah buku bara perlawanan di teluk tomini pagi tadi. Dr Sarkawi mengatakan, sebelum bertolak ke Palu, ia telah membagikan beberapa buku yang akan dibedah itu kepada para mahasiswanya untuk dibaca.

“Apa yang terjadi setelah membaca buku itu, mahasiswa saya banyak yang nangis dan terharu membayangkan bagaimana heroiknya perlawanan Tombolotutu kala itu,”kata Dr Sarkawi.

Sementara itu, Dr Jamaludin yang menjadi moderator dalam acara bedah buku itu mengakhiri peranyataannya dengan satu kutipan heroik

“Langkah saya bisa kalian hentikan, tapi bara perlawanan ini tak akan bisa dihentikan,”ujar Dr Jamaludin (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved