Nasib Warga Kampung Miliarder Berubah: Dulu Borong Ratusan Mobil, Kini Menyesal lalu Demo Pertamina
Sempat viral karena dijuluki kampung miliader hasil dari penjualan tanah, kini nasib sebagian warga berubah miris, bahkan ada yang harus menjual hewan
TRIBUNPALU.COM - Sempat viral karena dijuluki kampung miliader hasil dari penjualan tanah, kini nasib sebagian warga berubah miris, bahkan ada yang harus menjual hewan ternak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sejumlah warga di sekitar proyek strategis nasional pembangunan kilang minyak yang dulu dikenal dengan kampung miliarder di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, mengaku menyesal telah menjual lahan mereka.
Untuk mengingatkan kembali, pada awal 2021, netizen dihebohkan dengan video warga desa di Tuban memborong 176 mobil hasil menjual tanah ke PT Pertamina Grass Root Revenery (GRR) Tuban.
Warga mendapatkan uang pengganti hingga miliaran rupiah.
Salah satu warga Desa Wadung, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Musanam (60) mengatakan, dia menyesal telah menjual tanah miliknya ke Pertamina.
Musanam mengaku setelah menjual tanah, dia kesulitan mendapatkan penghasilan.
Bahkan dia sempat menjual beberapa ekor ternak demi memenuhi kebutuhan hidup.
Musanam juga mengaku sebelum menjual tanah, dia sempat dijanjikan pekerjaan dalam proyek pembangunan kilang minyak di desa tersebut.
Namun, sampai sekarang Musanam tak kunjung mendapatkan pekerjaan yang dijanjikan.
"Dulu punya enam ekor sapi mas, sudah tak jual tiga untuk hidup sehari-hari dan kini tersisa tiga ekor saja," kata Musanam, kepada Kompas.com, saat berunjuk rasa di kantor PT Pertamina Grass Root Revenery (GRR) Tuban, Senin (24/1/2022),
Dapat Rp 2,5 miliar, tapi merasa menyesal
Nasib serupa juga dialami oleh Mugi (59). Perempuan yang tinggal di kampung miliarder ini juga nyaris tak memiliki pekerjaan setelah lahan pertaniannya seluas 2,4 hektare dijual ke Pertamina.
Dari hasil menjual lahan, Mugi mendapatkan Rp 2,5 miliar lebih.
Uang hasil penjualan tersebut digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan sisanya ditabung.
"Ya nyesal, dulu lahan saya ditanami jagung dan cabai setiap kali panen bisa menghasilkan Rp 40 juta, tapi sejak tak jual saya tidak ada penghasilan," tutur Mugi, di sela-sela aksi unjuk rasa.
Mugi saat itu sebetulnya tidak ingin menjual lahan pertaniannya. Namun, dia sering kali didatangi perwakilan dari pihak Pertamina saat berada di sawah.