Ancaman Rusia Bikin Polandia Ketakutan hingga Tak Berani Bantu Ukraina, Amerika Dibuat Tak Berdaya
Memasuki hari ke-13, konflik antara Rusia dan Ukraina belum memperlihatkan tanda-tanda bakal berakhir.
Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky meminta Amerika Serikat (AS) mengirimkan pesawa tempur untuk menghadapi Rusia.
AS hanya memiliki skuadron F-16 yang siap dikirimkan. Sedangkan pilot-pilot Ukraina terbiasa menggunakan MiG era Uni Soviet.
Akibatnya, memberi Ukraina F-16 bisa jadi tidak akan membantu sama sekali. Pilot butuh waktu tak sedikit untuk menguasai jet tempur jenis baru, apalagi dalam situasi perang.
Untuk mengatasinya, AS membujuk Polandia mengirimkan jet-jet MiG ke Ukriana. Sebagai gantinya, Washington hendak menukarnya dengan F-16 yang lebih canggih.
Akan tetapi, Polandia dilaporkan menyambut tawaran ini dengan kurang antusias.
Pasalnya, Moskow telah mengeluarkan ancaman bahwa mendukung angkatan udara Ukraina berarti terlibat konflik, menimbulkan risiko aksi balasan dari Rusia.
“Kita tidak akan membuka bandara kami dan pesawa-pesawat Polandia tidak akan bertempur di Ukraina. Pesawat Polandia tidak akan bertempur di atas Ukraina,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Polandia Marcin Przydacz kepada Radio Zet via Associated Press.
Akan tetapi, juru bicara pemerintah Polandia Piotr Mueller menyatakan bahwa keputusan final belum dibuat.
Ia menyebut bahwa bantuan jet tempur mengandung risiko dan sesuatu yang “sangat sukar”.
Dana Bantuan Mengalir ke Ukraina
Sejumlah negara Uni Eropa menggelontorkan dana sebesar 134 juta dolar untuk dihibahkan dan membantu Ukraina yang sedang diserang oleh Rusia.
Dana hibah tersebut merupakan sumbangan dari Inggris, Denmark, Latvia, Lithuania dan Islandia sebagai bagian dari dana perwalian yang akan terus menerima kontribusi hibah atas nama Ukraina.
Sementara Bank Dunia telah menyetujui paket pinjaman dan hibah senilai 723 juta dolar AS untuk Ukraina, dalam rangka memberikan dukungan anggaran pemerintah yang sangat dibutuhkan saat negara itu memerangi invasi Rusia.
Paket itu termasuk tambahan pinjaman 350 juta dolar AS untuk pinjaman Bank Dunia sebelumnya, ditambah sekitar 139 juta dolar melalui jaminan dari Belanda dan Swedia.
Sementara, Jepang menyediakan pembiayaan paralel sebesar 100 juta dolar.