Inggris Kirim Senjata Canggih, Militer Ukraina Kembali Percaya Diri Bisa Kalahkan Rusia

Inggris kirim senjata canggih untuk tentara Ukraina. Senjata tersbeut adalag rudal anti tank.

AFP/ALAIN JOCARD
Tentara Inggris ikut serta dalam latihan besar sebagai bagian dari operasi NATO EFP di kamp tentara Tapa estonia dekat Rakvere, pada 6 Februari 2022. - Latihan "Kamp Musim Dingin" di timur laut Estonia, hanya 100 kilometer (62 mil) dari Perbatasan Rusia, termasuk sekitar 1.300 tentara Inggris, Estonia, dan Prancis yang beroperasi dalam kondisi ekstrem. 

TRIBUNPALU.COM - Inggris kirim senjata canggih untuk tentara Ukraina.

Senjata tersbeut adalag rudal anti tank.

Seorang prajurit Ukraina bahkan dnegan bangga memperlihatkan senjata pemberian Inggris dengan latar belakang tank Rusia yang hancur.

"Yang ini ditembak dari benda yang indah ini," katanya, berjalan ke sisa-sisa kendaraan yang bengkok. “Dan saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada rekan-rekan Inggris kami yang membantu kami.” ujarnya dengan percaya diri yang tinggi

Bahkan menurutnya, tidak lama lagi, Rudsia akan ditendang kembali ke perbatasan. Sebab, mereka kini sudah memiliki senjata yang canggih dari Inggris

“Saat ini, Angkatan Bersenjata Ukraina menguasai sebagian besar kota,” kata Viktor.

Pasukan Rusia, katanya, “tersebar di sekitar kota, bersembunyi di sektor perumahan, menghancurkan mesin mereka sendiri.

“Cepat atau lambat, saya pribadi percaya bahwa dalam waktu dekat, kami akan menendang mereka semua kembali ke perbatasan,” katanya.

Adalag seorang tentara Ukraina itu hanya menyebut namanya sebagai "Viktor" dan pada hari Sabtu dia merasa menang, menunjukkan kepada wartawan sebuah kendaraan lapis baja Rusia yang dihancurkan oleh rudal anti-tank Inggris.

Kemajuan Rusia ke pinggiran barat Kyiv telah berhenti, dan dalam jeda pertempuran, Viktor memamerkan sistem rudal anti-tank NLAW dan helm Rusia yang berlumuran darah.

Pemerintah Inggris mengatakan telah mengirimkan 3.615 senjata anti-tank NLAW ke pasukan Ukraina yang memerangi invasi Rusia, dan itu adalah salah satu sistem paling canggih di Kyiv.

Saat unit lapis baja Rusia bergerak di ibu kota dan kota-kota Ukraina lainnya, mereka sering menjadi korban penyergapan dari ini dan rudal lain yang dipasok oleh kekuatan NATO.

Tidak jauh dari kendaraan Rusia yang hancur, Viktor menunjukkan kepada AFP sebuah mantel militer yang katanya telah ditinggalkan oleh seorang pengemudi tank yang melarikan diri.

Sebelumnya dia mengangkat helm berlumuran darah di dekat mayat berseragam Rusia, menghadap ke bawah di daerah berhutan Irpin, pinggiran kota komuter di pinggiran Kyiv.

Pihak berwenang Ukraina sedang mengevakuasi Irpin dan tetangganya Bucha dari warga sipil setelah banyak yang tewas mencoba melarikan diri dari penembakan garis depan.

Tetapi pasukan Rusia belum berhasil mengepung ibu kota sepenuhnya, dan beberapa kolom lapis baja telah rusak parah karena serangan mereka kehilangan momentum.

Perancis Desak Rusia Akhiri Perang

Presiden Perancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz bersama-sama pada Sabtu (12/3/2022), mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengakhiri pengepungan mematikan selama berhari-hari di Kota Mariupol, Ukraina.

Hal ini disampaikan oleh Kantor Kepresidenan Perancis setelah diadakan pembicaraan di antara ketiga pemimpin negara tersebut lewat sambungan telepon.

"Situasinya sangat sulit dan (tindakan pasukan Rusia) tidak dapat ditoleransi secara manusiawi di Mariupol," kata seorang sumber di Istana Kepresidenan Elysee, setelah diadakan pertemuan secara virtual yang disebutnya sebagai "diskusi yang sangat jujur dan sulit" dengan pemimpin Rusia.

"Satu-satunya keputusan yang harus diambil Presiden Putin adalah mencabut pengepungan," ungkap sumber itu, dikutip dari AFP.

Kantor Presiden Perancis Emmanuel Macron juga menuduh Putin "berbohong" karena menuding pasukan Ukraina telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dengan menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia.

Menurut sumber di kantor para Pemimpin Perancis dan Jerman, panggilan telepon tiga arah yang berlansung selama 75 menit antara Macron, Putin, dan Olaf Scholz berfokus pada seruan Perancis dan Jerman untuk gencatan senjata segera dan langkah-langkah menuju solusi diplomatik.

Sumber itu mengunkap, Macron mengatakan kepada Putin, bahwa pelanggaran tentara Rusia harus dihentikan, memperingatkan bahwa tindakannya dapat memenuhi syarat sebagai kejahatan perang.

Sumber di kantor Presiden Perancis dan Kanselir Jerman mengatakan, kedua pemimpin berbicara secara terpisah sebelum melakukan panggilan telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang memohon kepada mereka untuk meminta Putin menghentikan pertempuran.

Pasukan Rusia telah mendekati Ibu Kota Ukraina Kyiv dan membombardir beberapa kota lain.

Serangan itu telah mengusir jutaan warga Ukraina dari rumah mereka.

Zelensky juga meminta para pemimpin untuk membantu mengamankan pembebasan Wali Kota Melitpol, yang katanya telah diculik oleh pasukan Rusia.

"Kami memberikan tekanan maksimum dan kami tidak akan menyerah," kata Kepresidenan Perancis.

Menurut mereka, Macron telah menuntut dengan sangat kuat agar konflik berhenti secepat mungkin untuk menghindari hal-hal terburuk, termasuk Rusia menggunakan senjata terlarang atau menghancurkan kota-kota.

Presiden AS Joe Biden pada Jumat (10/3/2022), bersumpah bahwa Rusia akan membayar "harga yang mahal" jika menggunakan senjata kimia di Ukraina.

Macron telah mengambil peran utama dalam mencoba untuk terlibat dengan Putin atas serangan Rusia.

Elysee mengatakan mereka telah melakukan sembilan percakapan dengan pemimpin Rusia itu sejak bertemu dengannya di Kremlin pada 7 Februari. Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved