40 Ribu Tentara Bayaran Suriah siap Bantu Pasukan Rusia, Ukraina Ungkap Informasi Mengerikan Ini
Sebanyak 40 ribu tentara Suriah siap bergabung dengan militer Rusia untuk mengalahkan Ukraina.
TRIBUNPALU.COM - Rusia melakukan berbagai cara untuk mengalahkan Ukraina.
Salah satunya dengan cara mencari tentara bayaran untuk menyerang pasukan Ukraina.
Baru-baru ini dikabarkan bahwa sebanyak 40 ribu tentara Suriah siap bergabung dengan militer Rusia untuk mengalahkan Ukraina.
Kepastian kedatangan puluhan ribu tentara tersebut disampaikan langsung Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Ia bahkan telah berjanji kepada Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menyediakan 40.000 pejuang untuk perang di Ukraina, lapor Direktorat Intelijen Utama Kementerian Pertahanan Ukraina.
Menurut laporan intelijen, komando pangkalan militer Rusia di pangkalan udara Khmeimim diperintahkan untuk mengirim hingga 300 militan ke Ukraina setiap hari. Pada 15 Maret, 150 tentara bayaran meninggalkan pangkalan ini ke Federasi Rusia.
Pangkalan Rusia di Suriah ini diharapkan dapat digunakan untuk memindahkan senjata, peralatan militer, dan sumber daya lainnya dari Suriah ke Rusia dan Belarusia untuk mendukung pasukan Rusia di Ukraina.
Menurut Intelijen Ukraina, selama perekrutan, tentara bayaran dijanjikan bahwa mereka akan melakukan fungsi polisi secara eksklusif untuk memulihkan ketertiban di wilayah pendudukan.
Baca juga: Bak Senjata Makan Tuan, Tentara Rusia Kini Berbalik Arah Serang Presiden Putin, Hal Ini Bikin Dendam
Baca juga: Vladimir Putin Siap Lakukan Pertemuan Tatap Muka dengan Presiden Ukraina, Rusia Menyerah?
"Tapi baru-baru ini, tentara bayaran mulai mengetahui bahwa mereka akan mengambil bagian dalam permusuhan melawan tentara Ukraina. Ini secara signifikan mengurangi moral warga Suriah," kata Direktorat Intelijen Utama.
Selain itu, lebih dari 30 tentara bayaran yang terluka di Ukraina baru-baru ini kembali ke pangkalan Khmeimim dari Rusia.
Hal ini menyebabkan beberapa militan menolak untuk berpartisipasi dalam permusuhan terhadap Ukraina.
"Beberapa tentara bayaran menganggap pergi ke Rusia dan Belarusia sebagai kesempatan untuk desersi lebih lanjut dan migrasi ilegal ke negara-negara Uni Eropa," tambah dinas intelijen Ukraina.
Tak Juga Mau Menyerah
Keras kepala, Ukraina kukuh tidak menyerah dan akan bertahan di Mariupol yang kini sudah semakin dekat duikuasai Rusia.
Padahal Rusia memberikan tenggat waktu agar militer Ukraina dan pejuang asing untuk meletakkan senjata agar tidak terjadi tragedi kemanusiaan.