Tak Menyerah Hadapi Rusia, Ukraina Ternyata Dipasok Persenjataan dari 33 Negara Ini
Lebih dari 30 negara telah bergabung dalam pembelian dan pengiriman senjata untuk mendukung upaya perang Ukraina terhadap Rusia.
TRIBUNPALU.COM - Perang antara Ukraina dan Rusia telah berlangsung selama hampir sebulan sejak Kamis (24/3/2022).
Namun hingga saat ini belum ada tanda-tanda bahwa Ukraina akan menyerah pada negara adi daya yang menjadi tetangganya.
Lantas, bagaimana sebuah negara dengan hanya memiliki 200.000 personel militer aktif mampu menghadapi tentara raksasa Rusia dengan persenjataan yang jauh lebih canggih?

Baca juga: Saat Bocah 5 Tahun Berteriak Tak Ingin Mati seusai Gedung Teater di Ukraina Dibom Pasukan Rusia
Baca juga: Putin Bela-belain Datangi Bali Usai Negaranya Invasi Ukraina, Dubes Rusia Ungkap Tujuan Sebenarnya
Dikutip TribunWow.com dari Politico, Kamis (24/3/2022), alasan Ukraina mampu membalas serangan Rusia dengan sengit rupanya tak lepas dari bantuan negara-negara dunia.
Lebih dari 30 negara telah bergabung dalam pembelian dan pengiriman senjata untuk mendukung upaya perang Ukraina.
AS sendiri telah mengirim triliunan rupiah dalam bentuk rudal, amunisi, dan barang-barang lainnya ke garis depan.
Uni Eropa menandatangani paket bantuan 551 juta USD (sekira Rp 8 triliun) untuk membantu mempersenjatai Ukraina.
Dan baik Finlandia maupun Jerman telah menulis ulang kebijakan lama yang melarang mengekspor senjata ke zona perang.
Pada saat yang sama, ada puluhan ribu tentara yang diaktifkan dan dikerahkan oleh negara-negara NATO di Eropa Timur.
Data pengiriman senjata berikut diambil dari Forum Perdagangan Senjata yang sebagian besar bergantung pada pernyataan dan laporan resmi pemerintah di media.
Selain itu, media Politicio sendiri telah menambahi kekurangan data dari informasi yang telah diumumkan oleh berbagai negara sejak Januari.
Daftar tidak lengkap ini berfokus pada senjata mematikan dan beberapa bahan tidak mematikan.
Namun tidak termasuk bantuan kemanusiaan dan pembangunan yang telah dikirim ke Ukraina pada periode yang sama.
Organisasi penelitian perdagangan senjata telah mencatat garis waktu dan penerimaan resmi peralatan sulit untuk dikonfirmasi karena masalah keamanan.
Dalam beberapa kasus, seperti dengan Perancis dan Turki, penghitungan resmi belum dipublikasikan.
Baca juga: Kesabaran Rusia Hampir Habis, Presiden Putin Beri Instruksi Siaga Tinggi dan Siapkan Senjata Nuklir