RIP! 15 Komandan Top dan 40.000 Tentara Rusia Tewas selama Perang di Ukraina
Rusia kehilangan 40.000 tentara dalam perang melawan Ukraina sejak bulan Februari 2022 lalu.
TRIBUNPALU.COM - Selama berlangsungnya invasi ke Ukraina, Rusia ternyata telah kehilangan 40.000 tentaranya.
Ke-40.000 tentara Rusia tersebut diyakini telah tewas, terluka, atau ditangkap sejak Ukraina diserbu empat minggu lalu.
Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menyatakan jumlah korban itu berdampak besar pada moral pasukan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Seorang pejabat mengatakan kemarin bahwa jumlah orang Rusia yang tewas adalah antara 7.000 dan 15.000.
Menambahkan tahanan yang terluka dan yang ditahan membuat jumlah tentara yang menjadi korban perang tersebut antara 30.000 dan 40.000 orang.
NATO mengatakan jumlah korban itu berdampak besar pada moral tentara Rusia.
Apalagi jenderal Rusia kembali tewas dalam pertemuan dengan pasukan Ukraina.
Demikian berita terkini Wartakotalive.com bersumber dari dailymail.co.uk siang ini.
Baca juga: Putin akan Datang ke Bali untuk Hadiri KTT G20, Uni Eropa Ingatkan Indonesia soal Hal Ini
Misi Rusia Bisa Tidak Dilanjutkan
Beberapa ahli militer percaya misi Rusia tidak akan berkelanjutan jika kerugian meningkat hingga 30 persen – sekitar 60.000 orang – seperti yang telah disebut dalam cadangan.
Invasi Vladimir Putin terus menderita apa yang dengan cepat menjadi kehilangan komandan tertinggi Rusia sejak Perang Dunia Kedua.
Kolonel Alexei Sharov menjadi pejabat tinggi terbaru yang diduga tewas, dengan pejabat barat mengatakan mereka yakin enam dari 20 jenderal awal sekarang telah dibawa keluar.
"Namun, mereka akan diganti," mereka memperingatkan.
Kemarahan Putin akan meningkat ketika pasukannya terus terhenti di Kyiv (Kiev), Kharkiv dan Chernihiv sementara mereka mencapai beberapa keberhasilan di selatan dengan harga yang 'mengerikan'.
Sekelompok tentara Rusia berbicara menentang pemerintah mereka selama konferensi pers dengan kantor berita Interfax-Ukraina (dailymail.co.uk)
Pasukan Ukraina juga ingin merebut kembali Kherson – satu-satunya kota besar di bawah pendudukan.