Miliarder Rusia Keracunan Usai Temui Ukraina untuk Damai, AS Adu Domba Buat Perang Makin Panas?

Miliarder Rusia, Roman Abramovich, dan negosiator perdamaian Ukraina menderita gejala dugaan keracunan setelah mengikuti pertemuan di Kyiv, Ukraina.

CARL COURT / AFP
Pemilik Chelsea Football Club dari Rusia Roman Abramovich difoto pada 31 Oktober 2011 silam. 

TRIBUNPALU.COM - Seorang Miliarder Rusia, Roman Abramovich, dan negosiator perdamaian Ukraina menderita gejala dugaan keracunan setelah mengikuti pertemuan di Kyiv, Ukraina.

Sebelumnya, Abramovich menerima permintaan Ukraina untuk membantu merundingkan diakhirinya invasi Rusia ke Ukraina.

Seperti dilaporkan Wall Street Journal (WSJ), Gejala mereka termasuk mata merah, robekan konstan dan menyakitkan, dan kulit mengelupas di wajah dan tangan mereka.

Abramovich dan negosiator Ukraina, termasuk anggota parlemen Tatar Krimea Rustem Umerov, telah membaik dan kondisi mereka tidak dalam bahaya, outlet AS melaporkan.

"Garis keras di Moskow yang mereka katakan ingin menyabotase pembicaraan untuk mengakhiri perang," ujar seorang sumber kepada WSJ, Senin (28/3/2022), dilansir Al Jazeera.

Intelijen AS Sebut Roman Abramovich Tidak Keracunan

Sementara itu, seorang pejabat AS mengatakan, intelijen menunjukkan bahwa Roman Abramovich dan negosiator perdamaian Ukraina bukan keracunan, tapi karena faktor lingkungan.

"Intelijen sangat menyarankan ini adalah lingkungan," kata pejabat AS kepada Reuters, Senin, seperti diberitakan US News.

"Misalnya, bukan keracunan," tambah pejabat itu, yang berbicara dengan syarat anonim, menolak untuk menjelaskan lebih lanjut.

Gejala Dugaan Keracunan

Roman Abramovich dikabarkan mengalami sakit mata dan kulit mengelupas.

Dua negosiator perdamaian Ukraina juga dikatakan terpengaruh.

Satu laporan mengatakan dugaan peracunan itu diatur oleh kelompok garis keras di Rusia yang ingin menyabotase pembicaraan.

Seorang pejabat di kantor kepresidenan Ukraina, Ihor Zhovkva, mengatakan kepada BBC bahwa meskipun dia tidak berbicara dengan Abramovich, anggota delegasi Ukraina "baik-baik saja" dan salah satunya mengatakan cerita itu "palsu".

Namun, koresponden keamanan BBC Frank Gardner mengatakan tidak mengherankan bahwa AS ingin meredam anggapan bahwa siapa pun terutama Rusia telah menggunakan senjata kimia di Ukraina.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved