Bahaya Jika Sering Mengurusi Aib Orang Lain dalam Ajaran Islam: Tidak Akan Merasa Bahagia
Berikut ini TribunPalu sampaikan bahaya mengurusi air orang lain dalam pandangan agama Islam.
Bahaya Jika Sering Mengurusi Aib Orang Lain dalam Ajaran Islam: Tidak Akan Merasa Bahagia
TRIBUNPALU.COM - Membuka atau mengurusi aib orang lain merupakan salah satu larangan dalam ajaran agama Islam.
Aturan ini dibuat agar melindungi orang lain yang selalu mencari-cari kesalahan.
Hal ini sesuai dengan penggalan hadis yang berbunyi:
وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
Artinya: “Barangsiapa menutupi aib orang lain, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat.”
Mengutip dari kanal YouTube ReligiOne, Ustaz Abdul Somad mengatakan bahwa orang yang selalu memikirkan aib orang lain terutama dalam hal ibadah, maka termasuk orang yang tidak bahagia.
Seseorang yang menyibukkan dirinya dengan memikirkan keburukannya lebih baik dibandingkan memikirkan keburukan orang lain.
Bagi Ustaz Abdul Somad, keburukan diri sendiri perlu diperbaiki dan dikhawatirkan, terlebih dalam hal beribadah.
"Bila kita melihat, kita selalu mengukur dari orang lain. Yang harus dilakukan khawatir dengan cacat diri sendiri," ujarnya dalam tayangan tersebut.
Baca juga: Bolehkah Berpuasa Syawal di Hari yang Tidak Berurutan? Ini Penjelasan Buya Yahya & Ustaz Adi
Perkataan Ustaz Abdul Somad itu selaras dengan hadis Nabi SAW, dari Anas Radiyallahu’ahu ia berkata bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa sallam bersabda:
طُوبَى لِمَنْ شَغُلَ عَيْبُهُ مِنْ عُيُوْبِ النّاسِ.
“Beruntunglah orang yang disibukkan oleh aibnya sendiri, sehingga ia tidak sempat mengurus aib orang lain.” (HR. al Bazzar dengan sanad yang hasan).
Sebagai renungan bersama di bulan Syawal ini, Ustaz Abdul Somad mengajak umat Islam untuk tetap meningkatkan ibadahnya layaknya saat Ramadhan.
Umat Muslim diberikan waktu selama 30 hari dengan wadah bulan Ramadhan, sehingga sangat disayangkan setelah Ramadhan pergi, ibadahnya justru malah menurun.
"Umat muslim sudah diikat dengan puasa, tarawih, witir dan itikaf selama 30 hari di bulan Ramadhan.
Begitu selesai Ramadhan, semuanya hilang begitu saja," sambungnya.
Pendakwah asal tanah Sumatera Utara ini mengajak umat Muslim untuk merenungkan hal tersebut untuk memperbaiki ketaqwaan kepada Allah SWT.
"Jangan sampai hilang (ibadahnya), mari kita renungkan sejenak," tutup Ustaz Abdul Somad dalam ceramah tersebut.
Baca juga: Apa Hukum Puasa Ramadhan bagi Ibu Menyusui? Simak Penjelasan Ustaz Adi Hidayat & Buya Yahya Berikut
Anjuran Meninggalkan yang Bukan Jadi Urusannya
Hal yang sama dalam mengurusi aib atau keburukan orang lain juga disampaikan oleh Ustaz Dr Firanda Andirja.
Ia mengatakan jika seorang Muslim meninggalkan urusan atau aib orang lain merupakan suatu ciri Muslim yang baik.
"Kita ini hobinya nimbrung urusan orang, hobinya komentar urusan orang yang bukan urusan kita.
Kalau Anda pakar komentar, ya bolehlah. Kalau bukan, ya nggak ada pahala yang mengalir justru dosa yang jalan terus," ungkapnya saat berceramah yang tayang di YouTube Lentera Islam.
Lebih lanjut Ustaz Firanda menjelaskan agar umat Muslim lebih menyibukkan dnegan privasinya sendiri daripada privasi orang lain.
Orang-orang yang mengonsumsi informasi yang bukan menjadi kepentingannya disebut oleh Ustaz Firanda sebagai kegiatan yang bukan bermanfaat.
"Saya rasa rugi kalau konsumsi berita-berita yang bukan jadi kepentingannya," sambungnya saat menjelaskan.

Baca juga: Logo Halal Kemenag Jadi Polemik, Ustaz Adi Hidayat: Tidak Boleh Ambigu karena Dampaknya Besar
Menurut Ustaz Firanda mengurusi kepentingan atau aib orang lain akan merenggut kebahagiaaan dan waktunya.
"Saya memilih mengurusi istri saya, anak saya daripada waktu saya habis untuk hal seperti itu.
Mau telpon jarang, ngobrol jarang dan bahkan baca quran juga jarang, waktu saya jadi habis karena itu," ungkap Ustaz Firanda.
Ia menganjurkan kepada setiap umat Muslim untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang tidak bermanfaat.
Hal yang dimaksud ialah dengan mengurusi keburukan atau aib orang lain dan harus menyibukkan dengan menilik aib sendiri.
"Harus meninggalkan hal-hal yang nggak bermanfaat. Ngapain kita harus pengen tahu urusan orang," jelasnya sambil bercanda dengan jemaah.
Apabila seorang Muslim sibuk mengurusi aib orang lain, maka akan mengambil kebahagiaan yang dimilikinya.
Orang tersebut akan terpikirkan terus menerus tentang informasi tersebut.
"Itu akan merenggut kebahagiaan antum semua. Ingin tahu urusan orang nanti akan memngaruhi pola pikir," pungkasnya.
(TribunPalu/Kim)