Para Saksi Sampai Menangis, Terungkap Ucapan Ferdy Sambo di Hadapan Polisi Usai Bunuh Brigadir J

Diketahui, Ferdy Sambo sempat merancang skenario palsu untuk menutupi kasus pembunuhan Brigadir J.

Kolase TribunPalu.com/Handover
Terungkap siasat Ferdy Sambo untuk mendapat simpati polisi usai membunuh Brigadir J. 

TRIBUNPALU.COM - Ternyata begini trik Ferdy Sambo agar mendapat simpati dari polisi usai membunuh Brigadir J.

Diketahui, Ferdy Sambo sempat merancang skenario palsu untuk menutupi kasus pembunuhan Brigadir J.

Agar skenarionya itu dipercayai publik, Ferdy Sambo melakukan siasat untuk mendapat simpati dari polisi.

Suami Putri Candrawathi meminta para saksi untuk membayangkan jika kejadian yang menimpanya juga dialami oleh keluarga mereka.

Baca juga: SIASAT Ferdy Sambo Sugesti Polisi Usai Bunuh Brigadir J, Kini Para Saksi Nangis karena Dikhianati

Namun kini setelah tahu semua hanya cerita palsu Ferdy Sambo, para saksi pun merasa bak dibohongi.

Bahkan para saksi juga sampai menangis lantaran merasa dikhianati oleh Ferdy Sambo.

Hal ini disampaikan oleh anggota Kompolnas Yusuf Warsyim.

Dari keterangan-keterangan saksi bawahannya kemarin itu, yang muncul adalah pada waktu itu percaya dengan skenario FS.

Sampai FS itu memeragakan, 'percuma ada bintang 2 di sini (di kerah baju) kalau harkat dan martabat keluarga kita itu dinodai.

Untuk apa?'," ujar Sambo dalam siaran Kompas.com, Rabu (31/8/2022).

Yusuf mengatakan, ucapan Sambo itu seolah-olah menghipnotis bawahannya, yakni para polisi yang diduga tidak profesional di kasus pembunuhan berencana Brigadir J.

Setelah itu, Sambo menanyakan, bagaimana jika hal serupa terjadi kepada mereka.

Saat itu, Sambo mengaku istrinya, Putri Candrawathi, dilecehkan oleh Brigadir J di Magelang, Jawa Tengah.

"Terus ditanya lagi (ke) bawahannya, 'itu kalau terjadi kepada kamu, bagaimana posisinya?'.

Menyampaikan istrinya itu (dengan sebutan) mbak mu.

'Itu kalau terjadi itu bagaimana? Apa yang terjadi pada mbak mu terjadi?'," tuturnya.

"Itu jadi disugesti apakah hipnotis dan sebagainya.

Itu yang muncul di keterangan saksi pada waktu kemarin mereka pada waktu itu mempercayai apa yang dikatakan oleh FS," sambung Yusuf.

Baca juga: TERUNGKAP Fakta Putri Lewat Pintu Samping saat Diperiksa, Permintaan Jadi Tahanan Luar Dikabulkan

Kemudian, kata Yusuf, pimpinan sidang bertanya kepada saksi, kapan mereka mulai menyadari bahwa mereka ditipu oleh Sambo melalui skenario tersebut.

Usai ditanya seperti itu, barulah para saksi menangis.

Hati mereka merasa ditusuk sehingga tak kuat menahan air mata.

Lebih jauh, Yusuf mengatakan Sambo yang saat itu masih menjabat Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri memiliki kewenangan yang cukup kuat.

Ferdy Sambo kekeh inginkan resign, Polri langsung pecat tanpa proses surat pengunduran diri. (Istimewa)
"Propam ini kan polisinya polisi.

Dia berfungsi pengamanan internal, berfungsi menegakkan disiplin, menegakkan kode etik, dan termasuk menegakkan hukum untuk internal Polri," kata Yusuf.

Yusuf menyebutkan, apabila kewenangan Propam disalahgunakan, maka itu bisa menakut-nakuti anggota Polri.

Dia menilai Propam bisa dikatakan sebagai 'super body'.

Contohnya, di dalam penegakan kode etik, Propam berfungsi sebagai penyelidik, penuntut, sekaligus hakim.

'Dia Semangat Ungkap Kejujuran' LPSK Lihat Bharada E Marah Diminta Adegan Versi Sambo: Dia Gak Mau

Sementara itu, saat menjalani rekonstruksi, Bharada E sempat marah lantaran diminta melakukan adegan yang sesuai versi Ferdy Sambo.

Bharada E yang memilih jujur pun menolak setiap adegan yang tidak sesuai dengan yang ia alami saat diminta menghabisi Brigadir J.

Kendati diawasi oleh Ferdy Sambo, Bripka RR, dan Kuat Maruf dari belakang, nyali Bharada E nyatanya tak ciut.

Ini artinya Bharada E yang kini menjadi justice collaborator atau saksi pelaku yang mau bekerja sama dengan penegak hukum, tetap pada keterangannya semula terkait kasus penembakan Brigadir J,

Hal itu dikatakan Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Susilaningtias dalam tayangan Inews TV, Rabu (31/8/2022).

"Jadi sempat awal-awal, ketika ada proses penolakan adegan yang tadi saya sampaikan itu, Bharada E sempat marah.

Dia marah tapi ya emosi sesaat, setelah itu selesai.

Karena dia baru memahami bahwa memang masing-masing tersangka itu punya pikiran dan ingatan masing-masing.

Jadi nggak bisa memaksakan, karena mereka punya versi masing-masing dan ingatannya berbeda-beda," beber Susilaningtias.

Namun selanjutnya, kata Susilanintias kemarahan Bharada E bisa diredakan pihaknya dan diberikan pemahaman.

Jika memang adegan tidak sesuai menurut Bharada E, kata Susilaningtias, Bharada E menolak memperagakannya dan dilakukan pemeran pengganti.

"Sebenarnya Bharada E ini semangat sekali untuk mengungkapkan kejujuran dan fakta.

Makanya kemarin itu dia mau hadir secara langsung menjalani rekonstruksi, meski sempat marah.

Saat ini emosinya stabil dan dia tetap pada keterangannya sebelumnya," kata Susilaningtias.

Dimana menurut Bharada E, ia hanya diperintahkan saja oleh Ferdy Sambo melakukan penembakan terhadap Brigadir J, dan tidak tahu soal perencanaan pembunuhan yang dilakukan para tersangka lain.

Dalam rekonstruksi, kata Susilaningtias, Bharada E mencoba menerima jika para tersangka lain melakukan adegan yang menurutnya tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya atau kejadian sesungguhnya.

"Tapi ada hal-hal krusial yang memang menurut Bharada E enggak seperti itu kejadiannya.

Jadi ada hal yang sangat substantif dan dia tetap pada kesaksian dia yang sebelumnya atau keterangan dia sebelumnya.

Meski sempat marah dengan adanya reka adegan yang menurut dia ini tidak sesuai pada saat kejadian, dia tetap kepada keterangan dia semula," ujarnya.

"Jadi dia tidak mau mengubah keterangan dan dia tetap dengan keterangan dan kesaksian sebelumnya, saat rekonstruksi itu," kata Susilaningtias.(*)


(Artikel ini telah tayang di Tribun-Timur.com)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved