Pelecehan di Untad
Seorang Mahasiswi Prodi PPKN Untad Mengaku Alami Dugaan Pelecehan Seksual di Lingkungan Kampus
Seorang Mahasiswi Universitas Tadulako (Untad) di Kota Palu, Sulteng, inisial ZS (17) diduga mendapatkan tindakan pelecehan seksual di lingkungan kamp
TRIBUNPALU.COM, PALU - Seorang Mahasiswi Universitas Tadulako (Untad) di Kota Palu, Sulteng, inisial ZS (17) diduga mendapatkan tindakan pelecehan seksual di lingkungan kampus.
Korban diduga dilecehkan oleh terduga pelaku J, yang merupakan seorang operator komputer di Prodi PPKN.
Korban ZS menceritakan, kejadian yang dialaminya itu terjadi pada hari Sabtu 1 Oktober 2022, lalu.
Saat itu korban bersama temannya sedang kerja bakti di lingkungan kampus, tepatnya di Prodi PPKN.
Usai melaksanakan kerja bakti, terduga pelaku J kemudian mencari tahu nama korban melalui temannya.
Baca juga: Wakil Gubernur Sulteng Harap Pengelolaan Cagar Biosfer Lore Lindu Bekelanjutan
Terduga pelaku juga meminta agar korban menemuinya di ruang kerjanya.
"Lalu saya pergi ke ruangan operator prodi untuk menemuinya, saat itu saya ditemani teman yang 1 laki-laki dan 1 perempuan," ujar SZ dengan nada bergetar.
"Dalam ruangan itu kami hanya bercerita-cerita saja. Dan saya juga dijanjikan akan di printkan KRS oleh J," ujarnya menambahkan.
Tidak selang lama, satu rekan korban yang perempuan kemudian pergi karena telah dijemput rekannya.
Setelah itu teman korban yang laki-laki juga ke luar ruangan, sehingga menyisakan antara terduga pelaku dan korban.
"Di sana dia (terduga pelaku, red) bilang suka sama saya, sambil kunci motor saya diambil," ujar korban.
Dia juga menuturkan, tidak berselang lama temannya yang laki-laki menelepon, meminta agar mengatarkannya pulang ke kos.
Baca juga: Warga di Huntap Tondo Berpotensi Untuk Dibuatkan TPS Khusus pada Pemilu 2024
Sehingga korban SZ menagih kunci motor kepada J, karena akan mengantarkan temannya pulang.
"Saya paksa minta kunci motorku karena mau antar teman ke kosnya. Tapi J bilang kalau saya mau jadi pacarnya baru diberi kunci motor," tutur SZ.
"Karena saya tidak mau berlama-lama, jadi saya iyakan saja, biar saya bisa dapat kunci motorku, agar cepat juga saya pulang," tuturnya menambahkan.
Usai mengantar temannya, rekan perempuan yang tadi bersamaya menelepon korban, dan meminta tolong mengambilkan tali masker yang ketinggalan di ruangan operator komputer.
Sehingga korban kembali lagi ke ruangan operator komputer prodi itu, untuk mengambil tali masker.
Setelah tiba di sana, kunci motor korban justru kembali diambil oleh terduga pelaku J.
"Awalnya saya hanya diajak cerita, tiba-tiba dia mendekat ke arah saya yang posisi duduk tepat di depanya, dan hanya terhalang meja komputer," ujar SZ.
Setelah mendekat, terduga pelaku kemudian menyuruh korban untuk membuka maskernya, namun korban tidak mau.
Tapi terduga pelaku berhasil membuka masker korban dengan cara paksa.
"Lalu dia mencium saya. Terus saya bilang jangan begitu," ujarnya.
Karena sudah merasa ketakutan, korban lalu meminta kunci motornya dikembalikan agar Dia bisa cepat pulang.
Namun bukanya memberikan kunci motor, terduga pelaku justru meminta ZS untuk menemaninya rebahan.
"Dengan alasan akan mengembalikan kunci motorku jika saya menemaninya tidur. Jadi saya temani baring-baring di lantai," tutur SZ.
Dia juga menjelaskan, pada saat rebahan terduga pelaku tiba-tiba memasukan tangan ke dalam pakaian korban.
Seketika korban kaget dan berdiri lalu mencoba lari dari ruangan tersebut, namun tangannya dipegang terduga pelaku.
Setelah itu, terduga pelaku memapah atau menggendong korban dan mendudukannya pada kursi belakang komputer.
Korban sempat ingin menghubungi rekannya lewat ponsel, tapi karena panik sehingga dia lupa tempat menaruh HP.
"Saya pada saat itu sudah dalam kondisi menangis, dan adu mulut sama laki-laki itu. Tapi justru saya dibentak sama dia," ujarnya.
"Dia juga berkata kepada saya, jangan sampai kamu perempuan yang pertama kena tanganku," tuturnya menjelaskan.
Baca juga: Untad Nonaktifkan Oknum Operator FKIP Buntut Dugaan Pelecehan Seksual Terhadap Mahasiswa
Karena korban terus menangis dalam ketakutan, terduga pelaku lalu mengembalikan kunci motornya.
Saat itu juga korban lari dari tempat itu dan merasa trauma, bahkan sampai sempat tidak masuk kuliah.
Korban juga mengaku pada saat kejadian tidak berani melaporkan ke pihak kepolisian karena trauma yang dialaminya.
Namun dengan didampingi teman-teman kampusnya, keoban lalu melaporkan kasus ini ke Polresta Palu, pada Selasa (15/11/2022).
Dengan nomor laporan polisi: STPL/1282/XI/2022/POLREST APALU/POLDA SULAWESI TENGAH.
Korban juga telah melapor ke UPTD PPA di Jl RA Kartini, Kecamatan Palu Selatan untuk mendapatkan pendampingan hukum maupun psikologi.
"Saya ingin kasus ini dapat dilanjutkan, agar pelakunya bisa ditangkap dan diproses sesuai dengan hukum yang berlaku," ujar ZS. (*)