Banggai Hari Ini
Festival Sastra Banggai 2022 Hadirkan Puluhan Penulis dan Seniman, Berikut Profilnya
Festival Sastra Banggai (FSB) keenam ini dimulai sejak tanggal 24 sampai 27 November 2022, di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Teluk Lalong
Penulis: Asnawi Zikri | Editor: mahyuddin
Laporan Wartawan TribunPalu.com, Asnawi Zikri
TRIBUNPALU.COM, BANGGAI - Festival Sastra Banggai (FSB) tahun 2022 menghadirkan puluhan pembicara.
Mereka berlatar belakang sebagai penulis, pembaca, penerbit, kritikus, peneliti, aktivis literasi, komunitas, seniman, dan media.
Festival Sastra Banggai keenam ini dimulai sejak tanggal 24 sampai 27 November 2022, di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Teluk Lalong, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.
Berikut profil puluhan pembicara yang akan mengisi Festival Sastra Banggai 2022:
# Eko Saputra Poceratu, seorang penyair asal Maluku yang lekat dengan puisi satire. Ia sering dikenal dengan singkatan ESP atau Penyair Api.
Lulusan Universitas Kristen Indonesia Maluku ini terus menulis dan membacakan karyanya di jalanan kota Ambon.
# Ahmad Arif, bekerja sebagai wartawan di harian Kompas sejak 2003. Arif mendapatkan fellowship untuk belajar jurnalisme lingkungan dari International Institute of Journalism-Inwent,
Berlin (2009), Japan Foundation untuk meneliti kebencanaan di Jepang (2013-2014), dan sejumlah lainnya di luar negeri, terurama terkait peliputan bencana, sains, dan lingkungan hidup.
Dia memenangkan sejumlah penghargaan dalam penulisan. di antaranya Mochtar Lubis Award untuk kategori feature pada 2008 dan 2009.
Ekspedisi Cincin Api Kompas yang diprakarsainya memenangkan medali emas untuk kategori "Editorial Coverage Media" dari Association of Newspaper dan World News Publishing (WAN-IFRA), di Kuala Lumpur (2012).
# Ahmad Fatris, Ia telah menggandrungi sastra saat mondok di Pesantren Hamka dan mulai menulis artikel perjalanan selepas kuliah hingga 2019.
Pria asal Sumatera Barat ini sudah memenangkan dua penghargaan tulisan perjalanan terbaik dari Kementerian Pariwisata.
Serta menghasilkan tiga antologi catatan perjalanan: Merobek Sumatra (2015), Kabar dari Timur (2018), serta Lara Tawa Nusantara (2019). Buku terakhirnya, The Banda Journal, terbit pada 2021.
# Theoresia Rumthe, adalah seorang penulis perempuan yang sudah mulai menerbitkan karyanya secara kolektif sejak tahun 2010 dan berhasil melakukan itu semua lewat karya-karyanya.
Menjadi penulis yang bisa menyampaikan perasaan, perjuangan dan krisis memiliki daya tarik sendiri yang kuat-terutama untuk mereka yang dekat atau setidaknya beririkan dengan isu yang si penulis angkat dalam karyanya.
Terus produktif menulis, pada 2018, ia bersama dengan sang kekasih, Weslly Johannes menerbitkan kumpulan puisi mereka yang berjudul Cara-Cara Tidak Kreatif untuk Mencintai.
Di buku tersebut, lewat tulisan berbentuk puisi, Theoresia dan Weslly saling merespon karya puisi satu sama lain dan tentu berhasil menghasilkan konten romantis, menyentuh, serta mudah dinikmati dengan interpretasi masing-masing pembaca.
# Weslly Johanes percaya bahwa kata itu bunyi, kata itu peristiwa, dan kata adalah perbuatan.
Ketika remaja ia pernah menemukan sebuah kutipan yang tertulis di dalam buku harian bapaknya, "Tulislah yang tidak baik di tepi pantai, tempat ombak memukul."
Sejak itulah, kecintaanya kepada kalimat-kalimat bagus yang tidak dapat dibendung lagi. Puisinya pernah diterbitkan di dalam buku Biarkan Katong Bakalai, antologi puisi penyair Maluku pada 2013.
Satu cerita pendeknya mengenai pengalaman menghadapi konflik kemanusiaan di Maluku juga diterbitkan di buku Carita Orang Basudara oleh Yayasan Paramadina.
Buku itu telah diterbirkan ulang dalam Bahasa Inggris oleh Monash University.
Bersama Theoresia Rumthe, ia menerbitkan 2 buku puisinya, Tempat Paling Liar di Muka Bumi, dan Cara-cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai.
Buku puisi Bahaya-Bahaya yang Indah merupakan debut tunggalnya pada 2019.
# AS Rosyid, penulis kelahiran Lombok, 1991 silam. Sejak akhir tahun 2017 memulai tradisi menulis esai di berbagai media online, di seputar isu agama, budaya, kemanusiaan dan etika bumi.
Juga menerbitkan buku, di antaranya novelet berjudul "Gerimis di Atas Kertas" dan kumpulan esai berjudul "Sihir, Ganja, Miras, Buku dan Islam".
Gemar mengoleksi buku sebagai pustaka. la menemukan kenikmatan ketika membaca buku sejarah, filsafat dan spiritualisme.
Setelah menikah, ia tinggal di Kota Mataram, Lombok, NTB.
Sehari-hari ia mengajar sosiologi dan literasi di sebuah sekolah riset. Pesantren Alam Sayang Ibu namanya.
Ia memang merasa isu lingkungan hidup penting untuk disuarakan, tapi bukan berarti ia hanya tertarik pada isu yang itu-itu saja.
Baginya, wacana lain tak kalah penting: mental health, mindfulness, feminism, indigenous people, family, peace and tolerance, humanism, atau spritualism.
# Darmawati Majid, lahir di Bone, kawasan pesisir timur Sulawesi Selatan. Ayah dan kakeknya seorang nelayan, sehingga sulung dari lima bersaudara.
Meski begitu, Darma tak pernah ingin jadi nelayan la lebih tertarik menjadi polisi, atau pahlawan yang menyelamatkan dunia.
Tapi apa bisa perempuan menjadi kesatria baja hitam? Seorang anak bisa menjadi apa pun yang ia mau, tetapi menjadi perempuan langkah bisa terbelenggu, la mengejar ilmu hingga ke perguruan tinggi.
Mengikuti anjuran pamannya, ia mendaftar ke fakultas sastra Inggris Universitas Negeri Makassar pada 2005.
Ia kemudian menikah dengan pria yang dapat menjadi sahabat diskusi dalam segala hal, dikaruniai dua anak perempuan dan dua anak laki-laki yang kembar.
Meski sudah berumahtangga, suaminya tetap mengizinkan ia berkuliah lagi pada 2011 untuk memperdalam ilmu Linguistik di Universitas Hasanuddin.
# Jombang Santani Khairen atau dikenal dengan JS Khairen merupakan penulis berdarah Minang.
Baru-baru ini, ia menjadi perbincangan karena pernah menuliskan Nusantara dan ibu kota Indonesia yang pindah ke Kalimantan, Karya buku pertama yang menyebutkan tentang hal tersebut bertajuk Rinduku Sederas Hujan Sore Itu.
Buku itu ditulis JS Khairen pada 2015 dan terbit pada 2017, berupa kumpulan cerpen.
Bagian yang membicarakan Nusantara terdapat pada bab Nusantara Top Secret Project: Rongga Waktu. Kemudian buku lain bertajuk Kami (Bukan) Jongos Berdasi yang ditulis pada 2014-2015 dan diterbitkan pada 2019.
Isi buku tersebut sedikit mengulik ibu kota baru yakni di Kalimantan.
JS Khairen memiliki kegemaran menulis sejak 2013, berbagai karya sudah ia tulis hingga diterbitkan oleh penerbit ternama di Indonesia Sejak 2013 hingga saat ini, JS Khairen telah menulis sebanyak 14 judul buku.
# Deasy Tirayoh, lahir pada 25 Desember di Minahasa, Sulawesi Utara. Saat ini bermukim di Kendari.
Perempuan yang giat menulis cerpen, puisi, novel anak, dan skenario film ini telah menerbitkan buku kumpulan cerpen Tanda Seru di Tubuh dan Titimangsa, serta buku anak Hikayat Gunung Mekongga.
Cerpennya juga termuat dalam buku antologi bersama Tat Tvam Asi, Kulminasi, Sadasa, dan Cerpen Tani, Puisi-puisinya terdokumentasi dalam buku antologi bersama; 9 Pengakuan, Teluk Bahasa, Mentari di Bumi Anoa, dan Kita Halmahera.
Pada tahun 2015 diundang sebagai Penulis Emerging di Makassar International Writers Festival, kemudian di Ubud Writers and Readers Festival 2016.
Serta menjadi salah seorang delegasi Indonesia di Majelis Sastra Asisa Tenggara 2018.
Bersama Komunitas Rumah Andakara, aktif dalam kerja-kerja literasi dan kebudayaan di Sulawesi Tenggara.
# Mustafa Abd Rahim, Wakil Rektor I Unismuh Luwuk Banggai. Mantan Dekan Fakultas Pertanian yang menyukal dunia seni.
# Andari Jamalina Pratami atau dikenal Aya Canina merupakan orang yang ekspresif melalui tulisan.
Dia merupakan penulis kelahiran Jakarta, 22 Januari 1995.
Aya memiliki keterampilan dalam merangkai kata dan ia tuliskan dalam sebuah platform menulis serta media sosial: Aya diketahui telah gemar menulis sejak 2016 namun karyanya banyak berupa puisi.
Sementara di Instagram, dia mulai sering menuis puisi sejak tahun 2017. Puisi tersebut mengisahkan kerinduan seseorang.
Aya Canina juga sempat mengunggah karyanya yang lain di sebuah platform menulis yakni penakota.id.
Karya pertama yang ia unggah merupakan puisi bertajuk Di Pesta Pernikahan tahun 2018 lalu.
Aya dikenal aktif menulis puisi di berbagai platform menulis dan media sosial.
Aya Canina akhirnya mengabadikan karyanya dalam sebuah buku bertajuk la Meminjam Wajah Puisi yang rilis pada 2020.
# Genta Kiswara akrab disapa dengan panggilan Gegen lahir 27 Mei 1994. Nama Genta Kiswara tentu sudah tidak asing lagi bagi para pecinta sastra masa kini.
Penulis yang sudah merilis enam buku yang berjudul Pada Sebuah Kata Pergi, Evolusi Rindu, Nelangsa, Kalandra, Antar Kota Antar Perasaan, dan yang tak tersampaikan usai perpisahan ini mampu mengikat hati para pembaca untuk larut dalam nuansa sedih nan mendayu-dayu yang hadir di keenam buku tersebut.
Genta Kiswara yang memiliki hobi travelling ini awalnya mulai merasa bahwa ada lahan di media sosial yang bisa ia manfaatkan untuk mengekspresikan diri.
Jika sebagian besar traveller hanya menulis hal-hal yang memiliki kaitan dengan tempat yang dikunjungi saja, maka Genta ingin menjadi berbeda.
la menuliskan kesan-kesan syahdu mengenai tempat yang ia kunjungi.
# Maria Pankratia adalah penerima beasiswa Beyond Projects and Spaces 2022 oleh Goethe-Institut Indonesien serta Emerging Writer Makassar International Writers Festival 2017.
Selain menjadi Manajer Program Klub Buku Petra dan Flores Writers Festival, Maria Pankratia adalah penerima beasiswa Beyond Projects and Spaces 2022 oleh Goethe-Institut Indonesien serta Emerging Writer Makassar International Writers Festival 2017.
Artikelnya, KTP untuk Kaum Waria, Kenapa Tidak? menjadi Juara III Kategori Umum Lomba Penulisan dan Liputan Keberagaman Gender. la merupakan bagian dari Bacapetra.co; platform yang fokus pada pengembangan sastra dan literasi di Nusa Tenggara Timur (NTT).
# Ilda Karwayu, menulis puisi, fiksi, dan non-fiksi. Telah menerbitkan sejumlah buku puisi, di antaranya "Eulogi" (PBP, 2018) dan "Binatang Kesepian dalam Tubuhmu" (GPU, 2020). ILDA KARWAYU, menulis puisi, fiksi, dan non-fiksi.
Telah menerbitkan sejumlah buku puisi, di antaranya "Eulogi" (PBP, 2018) dan "Binatang Kesepian dalam Tubuhmu" (GPU, 2020).
Aktif berkegiatan di Komunitas Akarpohon Mataram, serta kerja-kerja manajerial seni di Lombok.
Sehari-hari mengajar bahasa Inggris dan BIPA di Mataram Lingua Franca Institute (MaLFI).
# Riyana Rizki lahir 16 Juli di Masbagik, Lombok Timur.
Ia menulis buku kumcer Jangan Pulang Jika Kamu Perempuan yang diterbitkan oleh Mojok.
la lahir di Masbagik, Lombok Timur.
Menjadi Emerging Writer dalam Makassar International Writers Festival 2018 dan terlibat dalam penulisan profil perempuan ulama KUPIPEDIA 2021.
Selain mengajar, ia aktif berkegiatan di Yayasan Saling Jaga Indonesia.
# Margareth Ratih Fernandez berdomisili di Yogyakarta. Setelah lulus dari prodi Ilmu Sejarah, Universitas Negeri Yogyakarta pada 2016.
la bekerja sebagai periset dan editor freelance untuk beberapa LSM dan penerbit.
Kurang lebih 3 tahun terakhir, ia bekerja penuh waktu sebagai staf redaksi di Penerbit Buku Mojok.
Bersama teman-temannya di Perkawanan Perempuan Menulis, ia menerbitkan kumcer Tank Merah Muda.
Pada 2021, salah satu cerpennya terbit dalam kumcer Penghilangan Paksa yang diterbitkan oleh KontraS dan Penerbit Ultimus.
Tahun ini, Ratih juga terlibat dalam penyelenggaraan Sekolah Pemikiran Perempuan sebagai staf kesekretariatan.
# Irawita, adalah seorang seniman asal Jakarta. Mulai mengenal teatersejak masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas dan bergabung dengan beberap group teater di Gelanggang Remaja Jakarta Barat.
Telah terlibat sebagai aktor dan tim produk dengan beberapa dan berkolaborasi dengan beberapa seniman dari manca negara.
Tahun 2000 menjadi seorang pendiri Komunitas Seni Budaya Paseban sekaligus sebagai pengolalanya hingga kini.
Pada tahun 2013 mendirikan Teater Perempuan Paseban sebuah ruang pendidikan alternatif lewat seni budaya bagi para perempuan di sekitar tinggalnya.
Di tahun yang sama, diundang sebagai salah seorang peserta program Bengkel Penulisan Naskah Drama oleh Dewan Kesenian Jakarta dan Naskah Drama karyanya yang berjudul LASTRI menjadi salah satu judul naskah dalam buku Antologi Naskah Drama.
# Neni Muhidin, penulis, pendiri Nemu Buku, perpustakaan komunitas di Palu. Menulis esai, karya sastra, dan monografi.
Dua buku monografi terakhir yang diterbitkan adalah Bamboo T-Shelter, Hunian Sementara Bambu di Namo, Sigi (2019), dan Mai Jagai Tobui (2022), buku tentang komunitas nelayan dan konservasi di perairan Balantak, Sulawesi Tengah.#
# Reza Nufa, seorang penulis kelahiran Bogor yang saat ini tinggal bersama keluarga kecilnya di Banggai.
Ia telah menulis beberapa buku, dua di antaranya adalah sebuah kumcer, Pacarku Memintaku jadi Matahari, dan satu-memoar perjalanan kaki dari Ciputat menuju puncak Gunung Rinjani, Lombok, Pulang ke Rinjani.
Tulisan-tulisannya berkutat pada penelusuran sisi terdalam manusia, terutama pada bagaimana manusia berdamai dengan hal-hal tajam yang menembus daging hingga batinnya.
# Dwi Maharia, lahir 4 April 1980. Menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Pertanian Universitas Tadulako jurusan Budidaya Pertanian program studi Agronomi dan S2 program studi Ilmu-ilmu Pertanian di perguruan tinggi yang sama. S
aat ini Dwi bekerja di DinasKetahanan Pangan Kabupaten Banggai sebagai fungsional Pengawas Mutu Hasil Pertanian(PMHP).
Sejak 2003 sampai saat ini masih aktif mengajar di fakultas Pertanian Universitas Tompotika Luwuk pada program studi Agroteknologi.
# Zaedar A Dg Masese, lahir di Jakarta 14 September 1981. Menyelesaikan pendidikan S1 di Jurusan Hama dan Penyakit Universitas Tadulako pada tahun 2004 dan S2 jurusan Agribisnis di perguruan tinggi yang sama pada tahun 2011.
Melanjutkan pendidikan S3 di Program Ilmu Pertanian Minat Hama & Penyakit Tanaman di Universitas Hasanudin.
Sejak 2005 telah menjadi dosen tetap di Fakultas Pertanian, Universitas Tompotika Luwuk.(*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/palu/foto/bank/originals/Festival-Sastra-Banggai-2022.jpg)