Tetap Berkreasi di Tengah Pandemi, Pelukis Kardus Jajal Pameran Online, Kini Mendunia dari Beranda
Kisah pelukis kardus asal Palu yang berjuang tetap memamerkan karya di tengah Pandemi Covid-19, kini karyanya dari beranda rumah bisa menjangkau dunia
Penulis: Imam Saputro | Editor: Imam Saputro
TRIBUNPALU.COM - Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di kala Pandemi Covid-19 berdampak ke hampir semua sektor di masyarakat, tak terkecuali seniman.
Satu di antaranya adalah "Pelukis Kardus" dari Kota Palu, M Febriandy.
Pelukis yang punya ciri khas lukisan kardus ini selama kurang lebih 2 tahun Pandemi Covid-19 harus mengurungkan niat untuk pameran lukisan secara langsung.
Karya-karya Febriandy terpaksa tak bisa digantung di galeri ataupun ruang pamer karena adanya larangan untuk berkerumun atau beraktivitas sosial secara normal.
Akan tetapi kreativitasnya tak berhenti di pandemi, Ferbi -begitu biasa ia disapa - terus membuat lukisan meski hanya dari rumah.
Kreativitas lain yang “dipaksa” tumbuh karena Pandemi Covid-19 adalah pameran lukisan secara luring atau online.
“ Sebenarnya agak kurang maksimal untuk pameran secara online, karena awalnya untuk mendokumentasikan karya lalu dikirim ke penyelenggara kadang hasilnya agak berbeda dengan pandangan mata,” kata Febri awal tahun 2023.
Pelukis yang karyanya sudah dikoleksi Presiden Jokowi ini menyebut mulai beralih ke dunia digital untuk pameran karya pada pertengahan 2020.
Menurutnya pameran secara online seperti dua sisi mata uang, ada yang postif dan ada yang negatif.
“ Positifnya jelas karya kami bisa dikenal banyak orang, bahkan bisa kemana-mana, tak hanya orang di satu rang pameran, tapi bisa menjangkau seluruh dunia, “ ujarnya.
Namun negatifnya, kata Febri, selain ada perbedaan antara lukisan dipandang langsung dan foto, dan terkadang proses admininstrasi yang lama sehingga karya kurang terpromosikan dengan maksimal.
“ Lukisan ada yang dipandang dari sisi kanan berbeda, sisi kiri bisa beda, hal-hal seperti ini mungkin yang belum bisa dimaksimalkan di pameran online,” lanjutnya.
Febri mengakui pameran lukisan secara online tetap memiliki lebih banyak manfaat ketimbang mudharatnya.
Apalagi ketika Pandemi Covid-19 melanda dunia yang menyebabkan aktivitas tatap muka dibatasi.
“ Kalau pas pandemi itu bisa pameran secara online sudah bersyukur sekali, kami tetap bisa berkarya dan memamerkannya ke khalayak, bisa disaksikan masyarakat di penjuru dunia,” terang pria yang menempuh pendidikan sarjana di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini.
Pameran Virtual Pertama
Pelukis kelahiran Palu ini mulai beralih ke dunia digital di pameran virtual bertajuk Pameran Niche #01.
Pameran Niche #01 digagas oleh ChiaroBytes, dengan tema pameran karya seniman Indonesia yang memiliki karakteristik-karakteristik yang unik.
Total ada lima seniman yang berpartisipasi, artis abstract-fluid Teresa Nikita dari Jakarta, penulis Isabella Reharta dari Jakarta, pelukis bertema kardus M. Febriandy dari Palu, dan artis digital-print Yosua Setiawan dari Jakarta.
Dalam pameran virtual yang berlangsung mulai 15 November sampai 5 Desember 2020 ini, Febriandy memamerkan 6 lukisan terbaiknya.
Pameran Niche #01 dapat diakses di situs www.chiarobytes.com secara gratis.
Febriandy mengaku senang bisa berpameran secara virtual, apalagi di tengah Pandemi Covid-19 yang belum memungkinkan menggelar pameran secara tatap muka.
"Hanya dengan ini seniman bisa tetap eksis berpameran dimasa Covid-19," kata dia.
Menurutnya, pameran virtual bisa jadi pendorong bagi para seniman untuk terus bersemangat berkarya walau di tengah Pandemi Covid-19.
"Ini sangat positif untuk keberlangsungan berkarya seniman-seniman di tengah pandemi ini,"
Dalam kesempatan pameran virtual ini, Febriandi memamerkan enam lukisannya, yang berjudul The Land of Eve, AS Club, My Future, CR7, Offerings From Heaven, dan Identity - MonaLidya.
Seniman kelahiran Palu ini menyatakan AS Club jadi salah satu lukisan terbaiknya saat ini yang cocok dengan tema pameran virtual.
Karena lukisan tersebut menggambarkan dirinya sebagai seorang pelukis yang terus berkarya.
"Pada lazimnya seorang seniman lebih suka menyendiri, mencurahkan ide gagasannya pada malam yang sunyi, karya membawa semangat berapi-api," kata dia menjelaskan sebagian arti dari lukisan AS Club.
Selain pameran secara luring, Febri juga mengikuti pameran offline secara jarak jauh.
" Waktu itu saya hanya kirim karya saya ke Jogja, tapi saya sebagai pelukis belum bisa hadir langsung karena masih PPKM meski sudah agak longgar," terang dia.
Ia mengirimkan satu karya dalam dalam event nasional, “Representasi #4: PAHLAWAN NASIONAL" di Pendhapa Art Space Yogyakarta yang berlangsung pada 10 November - 10 Desember 2021 ini.
Febri menjadi satu-satunya pelukis yang mewakili Provinsi Sulawesi Tengah dalam gelaran seni tingkat nasional tersebut .
Seniman yang terkenal dengan lukisan dengan ciri khas kardus atau style manusia karton ini mengusung sosok Jenderal Sudirman.
" Saya memilih sosok Jenderal Soedirman karena belau salah satu pahlawan nasional yang sangat berjasa bagi kemerdekaan Indonesia, dan beliau Jenderal termuda yang berani melawan agresi militer ditengah penyakit TBC yang beliau derita, " ungkap Febri.
Pelukis yang pernah melukis Presiden Jokowi dengan gaya " manusia kardus" ini mengatakan membutuhkan waktu sekitar satu bulan untuk menyelesaikan lukisan Jenderal Sudirman.
" Intinya temanya tentang Jenderal Sudirman, untuk detailnya nanti bisa disaksikan saat pameran sudah dibuka agar unsur surprisenya tetap ada," ujar dia.
" Pameran ini juga bertujuan untuk menyosialisasikan nilai-nilai nasionalisme, " kata dia.
Mendunia dari Beranda
Dampak positif dari pameran secara online, lukisan Febri juga dilirik orang dari penjuru dunia.
" Ketika pameran di Jepang, ada lukisan saya yang terjual, nilainya lumayan, sekitar 3 ribuan dollar," terang warga Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikolore, Kota Palu, Sulawesi Tengah ini.
" Jadi kami seniman dari seluruh dunia memamerkan karya, dan jika ada yang tertarik bisa membelinya, dan kami kirim dari Palu ke pembeli kami," kata Febri,
Dengan adanya pameran secara online tersebut, dia mengakui jangkauan untuk memamerkan karya jadi tak terbatas,
" Jadi waktu pandemi itu saya tetap bisa berkarya di beranda (rumah), dan lukisan kardus saya menjangkau (dilihat) orang sedunia."
Ia tak menampik nilai jual lukisan di luar negeri bisa lebih tinggi dibandingkan ketika dijual secara tatap muka di ruang pameran,
" Ada yang terjual 3 ribu sampai puluhan ribu dollar," terangnya.
Lukisan Kardus Dikoleksi Jokowi, Rudiantara hingga Sri Mulyani
Lukisan kardus Febri sudah menjadi koleksi beberapa tokoh penting di republik ini.
Sebut saja Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dan sejumlah tokoh nasional lainnya tertarik dengan lukisan karya Febri.
Apresiasi itu ditunjukkan dengan mengoleksi lukisan kardus milik Pelukis asal Kota Palu ini.
Lukisan dengan ciri khas 'manusia kardus' tampaknya memikat hati tokoh nasional.
Mulai dari Presiden Jokowi, Rudiantara, Susi Pudjiastuti, dan Sri Mulyani.
Febri, sapaannya mengatakan, seri lukisan 'tokoh inspiratif' yang melukiskan potret wajah para tokoh nasional itu mampu menggerakkan hati pemilik wajah dalam lukisannya.
Menurutnya, hal itu membuat para tokoh itu memutuskan untuk mengoleksi karya Febri.
"Saya sangat bersyukur lukisan saya diminati para tokoh nasional kita," ungkap Febri.
Menurut Febri, masih banyak tokoh-tokoh nasional di Indonesia yang mencintai dunia seni dan mau menyisihkan hartanya untuk mengoleksi karya lukisan.
" Terakhir yang mengoleksi Ibu Sri Mulyani dan Bu Susi" tambahnya.
Lanjut Febri, masih banyaknya tokoh-tokoh Indonesia saat ini yang peduli dan mengapresiasi lukisan para seniman Indonesia, harusnya menjadi sbeuah kesyukuran.
Sebab, dukungan pribadi dari para tokoh itu untuk mengoleksi lukisan secara nyata, sangat membantu memajukan keseni-rupaan di Indonesia.
Dimana kata Febri, apresiasi finansial yang diberikan para tokoh tersebut mendorong semangat dan pengembangan sumber daya untuk mewujudkan kreativitas dan gagasan para seniman lebih jauh lagi.
"Mereka memiliki jiwa teladan seperti Bung Karno," puji Febri.
Ciri khas Lukisan Kardus
Jika dilihat sepintas, hasil karya Febri seperti seni kolase, karya seni tempel yang komposisinya terdiri dari berbagai macam bahan yang ditempel pada permukaan pola.
Tapi ternyata ini adalah murni sebuah karya lukisan yang dikerjakan dengan bahan seadanya.
Dengan bermodalkan cat minyak dan media canvas, Feriandi mampu menciptakan lukisan tiga dimensi manusia berbalut kardus.Lukisan ini karya Febriandi ini merupakan kombinasi antara realitas sosial dan kritik sosial.
Ciri khas manusia kardus ini mulai ditekuni Febri sejak tahun 2007.

Saat itu ia masih duduk di Bangku kuliah Jurusan Seni Murni Lukis, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
Hobi melukis ini digeluti Febri sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) kelas tiga.
Hobi melukis ini terus diseriusinya dengan melanjutkan sekolah di Insitut Seni Indonesia (Jogjakarta).
"Di situ saya mulai mengasah kempuan saya dalam bidang melukis," kata Febriandi.
Di ISI Yogya Febriandy dibimbing menjadi pelukis yang profesional.
Bukan itu saja, seniman di sana juga dituntut memiliki ciri khas sendiri, khususnya karya lukisan.
"Ketika orang melihat lukisan kita, orang langsung tahu, oh ini lukisannya si A, jadi tanpa perlu bertanya lagi," katanya.
Karya lukisan manusia kerdus Febri, telah membawanya ke pelbagai pameran.
Baik di beberapa kota besar di Indonesia maupun mancanegara.
Pada tahun 2010 dan 2011, Febri pernah mengikuti pameran lukisan ASYAAF di LVS Gallery, Seoul, Korea Selatan.
"Waktu masih kuliah saya sering pameran juga, di Jakarta, Yogya, Bandung, dan Surabaya.
Kemudian awal 2014, Febriandy memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya Kota Palu, Sulawesi Tengah.
"Saat itu kawan saya bilang bangunlah Palu lewat seni," kenang Febri.
Pencapaian yang tidak bisa dilupakan Febri adalah pada saat hasil karyanya “The Seventh President” dan “21 Juni”, dibeli dan menjadi koleksi pribadi Presiden RI, Joko Widodo.
Pada tanggal 23 Juni 2015, ia diundang ke Istana Negara untuk bertatap muka langsung dengan presiden untuk menunjukan hasil karyanya.

Selain itu Febriandy juga melukis beberapa menteri kabinet Jokowi yang memang sangat menginsipirasi baik untuk dirinya maupun untuk masyarakat.
Serta menteri kabinet seperti Menkominfo Rudiantara, Menteri Kelauatan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.
Terciptanya karya lukisan manusia kardus ini, berawal dari sebuah peristiwa unik.
Saat masih kuliah Febri yang tengah duduk melamun di kampusnya, tak sengaja memandangi tumpukan kardus yang berada di depan matanya.
Kemudian terbesit untuk membuat sebuah hasil karya lukis dengan objek manusia tapi wajah hingga seluruh tubuhnya seperti tersusun dari kardus.
"Awalnya dulu saya hanya melukis objek manusia dengan model perempuan, tapi karena saya pikir hasilnya biasa-biasa saja dan tidak memilki nilai jual tinggi," katanya.
"Makanya kemudian saya kombinasikan dengan kardus, karena memang memiliki nilai artistik yang tinggi," tambahnya.
Dari situ, mulailah Febri mengeksplor gaya melukis manusia kardusnya.
Bagi Febri, manusia kardus memiliki nilai artistik dan sosial yang tinggi.
Ia menjelaskan, di dalam dunia seni, barang yang dibungkus dengan sesuatu yang sederhana jadi akan lebih bernilai.
"Kardus itu banyak digunakan orang, selain bermanfaat untuk melindungi barang, dia juga memiliki nilai kesedrhanaan," tuturnya.
Ia menambahkan, banyak orang berfikir kardus itu identik dengan kumuh.
Tapi dalam seni berbeda, sesuatu yang dibuang, bisa menjadi bernilai jika dikemas dengan secara elegan.
"Sebenarnya kardus itu memiliki nilai fashion," ujarnya.
Untuk menghasilkan satu lukisan, Faberiandi membutuhkan waktu hingga berbulan-bulan.
Kerena dengan tujuan mendapatkan hasil terbaik Febriandi harus mengerjakannya secara bertahap.
Febriandi harus membuat objek dulu, baru kemudian dikombinasikan dengan balutan kardus.
"Pekerjaannya lama karena memang bukan melukis asal-asalan, kita juga harus memiliki pesan di dalam lukisan," tuturnya.
Bahkan Febri memiliki sebuah hasil karya yang pengerjaanya memakan waktu selama 1 tahun.
Lukisan tersebut bukuran 2x3 meter, dan terlama yang ia kerjakan.
Ada juga karya yang memakan waktu satu minggu, berukuran 10 R.
Hingga saat ini, Febriandi sudah menghasilkan puluhan karya lukis.
Termasuk 6 karyanya yang menjadi koleksi di Korea Selatan.
Selain objek lukisan perempuan, dalam lukisan Febri, tampak dominan para tokoh-tokoh dunia dan nasional.
Ada juga tokoh-tokoh dunia yang sudah menginspirasi banyak orng seperti pendiri Microsoft Bill Gates dan pendiri Facebook Mark Zuckerberg.
Febri mempunyai impian untuk menggelar pameran tunggalnya di Paris, Ibukota Prancis.
Saat ini, ia tengah mengumpulkan karya-karyanya untuk pameran tersebut.
"Namanya juga pameran di negeri orang, butuh persiapan-persiapan, karena di sana (Paris) butuh biaya yng tidak sedikit," tuturnya.
Febri mengakui bahwa pelukis macam Ivan Sandorfi, Affandi dan Dedi Supria sangat menginspirasinya ketika masih duduk di bangku kuliah.
Semangat melukis dan gaya realisme yang diusung oleh ketigannya menjadi inspirasi Febri dalam melukis.

Reaksi Jokowi usai Prabowo Copot Budi Arie dari Menteri |
![]() |
---|
Kuasa Hukum Roy Suryo Persoalkan Kualitas 99 Saksi di Kasus Ijazah Jokowi |
![]() |
---|
Kuasa Hukum Ungkap Perkembangan Kasus Ijazah Jokowi, 99 Saksi dan 600 Bukti Diperiksa Polisi |
![]() |
---|
Panas, Rismon Sianipar Sebut Rektor UGM Pengecut Terkait Polemik Ijazah Jokowi |
![]() |
---|
Diperiksa Terkait Ijazah Jokowi, Rismon Sianipar Tak Gentar: Analisis Kita Ilmiah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.