OPINI
Hati-hatilah Memanfaatkan Aplikasi Investasi Digital Berbasis skema Ponzi
Inilah panggung modern tentang Skema Ponzi, yang bertransformasi dari surat-surat fisik menjadi algoritma dan influencer.
Aslamuddin Lasawedy CFP®
Perencana Keuangan Independen
TRIBUNPALU.COM, PALU - Di era digital yang serba cepat ini, gemerlap Dunia Maya sering kali menyajikan ilusi kekayaan instan.
Layar ponsel kita dibanjiri iklan mencolok tentang testimoni para "miliarder muda" yang meraup untung besar hanya dengan beberapa klik, yang memperlihatkan grafik-grafik yang menanjak curam tanpa pernah menunjukkan penurunan.
Pun janji-janji manis tentang kebebasan finansial dalam waktu singkat.
Inilah panggung modern tentang Skema Ponzi, yang bertransformasi dari surat-surat fisik menjadi algoritma dan influencer.
Ambil contoh kisah seorang pemuda bernama Riflan.
Setiap hari ia bekerja keras, namun impiannya untuk memiliki rumah dan masa depan yang gemilang masih terasa jauh.
Baca juga: Bahaya Berinvestasi dengan Skema Ponzi dan Pentingnya Literasi Keuangan
Suatu malam, saat menggulir linimasa media sosialnya, ia terpukau oleh unggahan seorang "guru investasi" bernama Michelin.
Michelin menampilkan gaya hidup mewah, liburan eksotis, dan mobil-mobil sport.
Setiap postingannya dibanjiri komentar pujian dari para pengikutnya yang mengaku telah meraih keuntungan fantastis berkat bimbingan Michelin.
Riflan yang tergiur, langsung saja menghubungi Michelin.
Dengan ramah, Michelin menjelaskan tentang "peluang investasi revolusioner" dalam sebuah platform daring yang katanya menggunakan kecerdasan buatan untuk melakukan trading.
Keuntungan yang dijanjikannya sangat luar biasa. Jauh di atas rata-rata investasi konvensional.
Awalnya, Riflan ragu. Namun, melihat testimoni para investor lain yang tampak seolah-olah nyata dan meyakinkan.
Diitambah lagi dengan rasa takut ketinggalan (fear of missing out atau FOMO) yang menghantuinya.
Riflan akhirnya memutuskan untuk menginvestasikan sebagian tabungannya.
Beberapa minggu pertama terasa seperti mimpi. Setiap hari, Riflan melihat saldo akunnya bertambah.
Ia bahkan berhasil menarik sebagian kecil keuntungannya. Ini makin membuatnya percaya pada kehebatan Michelin dan platform investasinya.
Riflan mulai menceritakan pengalamannya kepada teman-teman dan keluarganya.
Beberapa di antara mereka ikut tergiur dan bergabung.
Tanpa sadar, Riflan telah menjadi bagian dari lingkaran setan, di mana keuntungan yang ia terima sebenarnya berasal dari uang yang diinvestasikan oleh para anggota baru.
Skema Ponzi kontemporer itu memanfaatkan kerentanan psikologis manusia di era digital.
Validasi sosial yang bertebaran di media sosial tentang bagaimana membuat testimoni palsu atau dibuat-buat tampak begitu meyakinkan.
Algoritma bekerja tanpa lelah menyebarkan narasi keberhasilan instan.
Menciptakan gelembung informasi yang memperkuat keyakinan para korban.
Janji disrupsi dan inovasi dalam teknologi finansial sering kali digunakan sebagai tameng untuk menyembunyikan praktik penipuan yang usang.
Namun, layaknya gelembung sabun, ilusi ini pada akhirnya pasti akan ketahuan juga.
Tatkala perekrutan anggota baru mulai melambat.
Atau ketika sejumlah besar investor mencoba menarik dana mereka secara bersamaan, yang akan menyebabkan sistem yang rapuh itu akan runtuh.
Michelin, sang "guru investasi" yang tadinya bak dewa penolong, tiba-tiba menghilang tanpa jejak.
Platform daring yang mewah berubah menjadi halaman error yang dingin.
Riflan dan ribuan investor lainnya menyadari bahwa "keuntungan" yang mereka lihat hanyalah angka-angka digital di layar. Tanpa nilai riil di dunia nyata.
Baca juga: Mindfulness Finansial Solusi Menjinakkan Stres Keuangan
Kisah Riflan ini adalah cerminan dari bagaimana berbahayanya Skema Ponzi di era modern ini.
Sehingga ini menjadi pelajaran berharga agar kita tidak mudah tergiur oleh janji-janji manis yang berlebihan di Dunia Maya.
Di balik kilauan aset yang volatil dan jargon-jargon teknologinya yang canggih.
Prinsip kehati-hatian, pun selalu menggunakan akal sehat agar tidak terdorong oleh emosi sesaat, tetaplah yang paling utama.
Jangan biarkan keinginan untuk segera kaya raya membutakan kita terhadap risiko yang tersembunyi.
Investasi yang sesungguhnya membutuhkan riset yang cermat, pemahaman yang mendalam, dan kesadaran bahwa tidak ada jalan pintas menuju kemakmuran yang berkelanjutan.
Kegagalan untuk memahami hal ini akan terus menerus menjebak lebih banyak orang dalam jaring ilusi yang sama.
Yang pada akhirnya membuat mereka mengalami kerugian finansial dan kekecewaan yang begitu menyakitkan di tengah gemerlapnya dunia digital.(*)
OPINI: Pohon Aren – Harta Terpendam dari Hutan Sulawesi |
![]() |
---|
Teruntuk Menteri Bahlil: Jangan Cuma Hadiri Musda Golkar, Tindak Juga Tambang Ilegal di Sulteng |
![]() |
---|
OPINI: Keikhlasan Guru, Cahaya di Tengah Bayang-Bayang Stigma |
![]() |
---|
OPINI: 80 Tahun Kemerdekaan: Saatnya Indonesia Berbenah Dari Dalam |
![]() |
---|
Perubahan Kebijakan RKAB dari Masa Berlaku 3 Tahun ke 1 Tahun: Kepastian Hukum dan Penyesuaian Pasar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.