OPINI
Bahaya Berinvestasi dengan Skema Ponzi dan Pentingnya Literasi Keuangan
Uang yang dibangun dari proses akan terus bertumbuh. Namun uang dari ilusi akan meledak.
Aslamuddin Lasawedy CFP®
Perencana Keuangan Independen
TRIBUNPALU.COM - Pagi itu, Maya duduk di sudut kafe di sebuah mal ternama.
Ia menatap layar ponselnya dengan wajah campur aduk.
Di beranda Instagram-nya, seorang teman SMA-nya baru saja mengunggah foto liburan di Maldives, dengan caption: “Join komunitas kami, hasilkan pasif income, dan hidup bebas finansial sebelum usia 30!”
Maya tergoda. Bukan karena Maldives-nya, tapi karena kata-kata itu; "pasif income dan bebas finansial sebelum usia 30."
Seolah hidup itu seperti lari sprint. Bukan lari maraton.
Seolah kekayaan adalah hak semua orang, asal tahu jalan pintasnya.
Begitulah, Maya pun melangkah masuk ke "lorong harapan" itu.
Baca juga: Mindfulness Finansial Solusi Menjinakkan Stres Keuangan
Lorong yang oleh banyak orang disebut sebagai “kesempatan emas.” Oleh sejarah dikenal sebagai Skema Ponzi.
Hari pertama Maya datang ke seminar komunitas itu, suasananya seperti pentas konser.
Terdengar alunan musik yang melantun keras. Ada lampu sorot. Ada testimoni di layar besar.
Ada yang bersaksi beli mobil hanya dalam waktu tiga bulan saja. Ada yang bersaksi lunas KPR dalam setahun.
Semua testimoni itu membuat yang hadir tersenyum. Membuat yang hadir merasa sangat bahagia dan akan segera kaya raya.
Anehnya, tak satu pun diantara mereka yang bertanya, dari mana uang itu berasal ?
OPINI: Mengukir Hilirisasi di Jalan Berliku, Sebuah Buku Hadiah Ulang Tahun untuk Bahlil |
![]() |
---|
Simbol Global, Semangat Lokal: Refleksi Nasionalisme Lewat One Piece |
![]() |
---|
Dunia Penyiaran dan Gerak Cepat Zaman, Refleksi untuk KPID Sulteng |
![]() |
---|
Menyuarakan Sulawesi Tengah di Era Tanpa Batas |
![]() |
---|
OPINI: Nilai-Nilai Ulil Albab sebagai Paradigma Baru Administrasi Publik Islami |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.