Reynald mengatakan fenomena flexing ini memang sudah ada sejak dulu kala.
Melansir dari laman Kompas, flexing atau pamer ini dilakukan dengan berbagai macam tujuan.
Misalnya saja untuk menunjukkan status dan posisis sosial, menunjukkan kemampuan hingga menciptakan kesan dari orang lain.
Reynald mengatakan juga bahwa flexing ini sering dipakai guna strategi dalam pemasaran bisnis.
Baca juga: Arti Kata Spill Dalam Istilah Bahasa Gaul di Media Sosial, Ramai Dipakai saat Ada Gosip
Baca juga: Tahu Arti Kata Cilukba Dalam Bahasa Gaul? Ini Penjelasannya Lengkap Istilah Trend Lainnya
Flexing dalam Strategi Pemasaran
Flexing strategi Pemasaran Flexing secara “halus”.
Flexing secara halus misalnya ketika menjadi pembicara, maka perlu ada CV pembicara.
Para pembicara akan menjelaskan latar belakang pendidikan, penghargaan, capaian, dan lain sebagainya.
Tujuannya supaya pendengar yakin akan kemampuan pembicara.
Atau ketika mengunjungi salon kecantikan, ada ijazah pendidikan atau penghargaan yang didapat pemilik salon sebagai bukti kompetensi yang dimilikinya, dan masih banyak lagi.
Orang terkadang juga memamerkan prestasi, capaian dalam bidang pekerjaan di media sosialnya.
Hal ini penting terutama untuk meyakinkan konsumen, branding diri, promosi.
Flexing tipe ini mungkin masih “sopan” dan “berkelas” dibanding dengan flexing/memamerkan kekayaan.
Meskipun demikian, flexing tipe ini tetap dengan catatan “tidak terlalu berlebihan”.
Terbayang kan bertemu dengan orang yang flexing gelar atau pendidikan secara berlebihan.
Bukan kesan baik yang akan didapat melainkan kesan norak, sombong, yang akan merugikan diri sendiri, alih-alih mempromosikan diri.
Nah itu tadi arti dari kata flexing yang sebenarnya.
(TribunPalu/Hakim/Kompas)