TRIBUNPALU.COM - Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Palu menilik urgensi nilai gotong royong dan prinsip ekonomi kerakyatan di era millennial.
Pancasila sebagai ideologi dan paradigma pembangunan menghendaki keterkaitan antara pembangunan politik dengan pembangunan ekonomi untuk mewujudkan kesejahteraan.
Dalam hal ini pembangunan ekonomi merupakan bagian dari mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merupakan subjek dari pembangunan.
Dalam sistem ekonomi Pancasila, gotong royong merupakan semangat dan jiwa yang menjadi landasan ekonomi nasional.
Kemauan bekerja sama serta memperbaiki keadaan ekonomi secara bersama merupakan jiwa dari gotong royong.
Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM) Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Palu, menggelar Talkshow Sharing Session mengenai urgensi nilai gotong royong dan prinsip ekonomi kerakyatan di era millenial, di Aula Rektorat Unismuh Palu, Sabtu (9/3/2024).
Menurt Muhammad Akbar selaku Public Relation KSPM Fakultas Ekonomi, Kegiatan ini diikuti oleh sejumlah Mahasiswa dari beberapa Unversitas di Kota Palu serta Siswa–siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Palu.
Adapun narasumber dalam Talkshow Sharing Session Inovasi Finansial dan Bisnis di Era Digital yakni, Wakil Rektor III Unismuh Palu, Dr Moh Yusuf Hasmin, Perwakilan PT Phintraco Sekuritas Sulteng Ardianto, Milenial Activists G A Yudhistira, dan CEO Transdata Ir Ihksan Syarifuddin.
Wakil Rektor III Unismuh Palu Dr Moh Yusuf Hasmin mengatakan, era saat ini tidak terlepas dari mananya era digitalisasi, juga tidak terelepas dari namanya peran dari gen z dan milenial, menuju Indonesia emas kedepan.
"Dari 300 ribu lebih penduduk Kota Palu, itu sekitar 75 persen atau 200 ribu lebih mempunyai smartphone, berbicara tentang urgensi gotong royong di masa sekarang, karena di dalamnya semua ada kita. Jadi persoalan nilai urgensi gotong royong bukan hanya permasalahan dikalangan milenial saja tapi semuanya," ujarnya.
Apalagi, kata Yusuf, anak-anak muda sekarang ini perlu inovasi-inovasi baru, olehnya itu melalui Talkshow ini, ada pemikiran dan inovasi yang dibangun, untuk menghasilkan finansial.
"Bebicara tentang finansial ini, tentunya tidak terlepas dengan persoalan perut dan digitalisasi," ungkapnya.
Olehnya itu, Yusuf berharap, mahasiswa berperan mengembangkan bidang usaha melalui program mahasiswa wirausaha, diharapkan melalui program ini proposalnya dapat dibuat, sehingga mahasiswa dapat berwirausaha.
Sementara itu, Milenial Activists G A Yudhistira yang juga alumni ToT Kebangsaan LEMHANNAS RI menyampaikan bahwa di antara disrupsi atau guncangan nilai sebagai dampak dari menguatnya ketergantungan pada teknologi informasi di era milenial ini yang salah satunya ialah menipisnya interdependensi sosial.
Masyarakat di era milenial merasa tercukupi oleh melimpahnya fasilitas yang disediakan oleh teknologi informasi, sehingga pada titik tertentu berpengaruh terhadap intensitas keterlibatannya dalam agenda kewargaan.
Harapan kepada mahasiswa yakni melek terhadap dunia digital, jangan hnya berfokus kepada digitalisasi itu sendiri, sebagai generasi milenial kita seharusnya menanamkan Sesanti Bhineka tunggal Ika serta haru menjadi kontroler terhadap dunia digital itu.
"kalua terlalu terfokus pada dunia digital, bakal susah nantinya, karena mengesampibkan nilai sesanti Bhineka tunggal Ika jadi tidak akan lahir rasa memiliki, karena hanya terfokus kepada dunianya sendiri," katanya.
CEO Transdata, Ir Ihksan Syarifuddin mengungkapkan, semua apa yang di diskusikan saat ini sebenarnya di mesin pencari otomatis itu banyak.
"Kita mengalami satu era dimana menghadapi yang namanya overload information, jadi informasi yang masuk ke kita sudah sudah terlalu banyak, jadi semua sudah dapat mengetahui apa itu gen Z, media sosial, dan digitalisasi lainya," ujarnya.
Ikhsan mengatakan, ketika berbicara soal wirausaha kurikulumnya sebenarnya bukan bercerita, bukan masuk pada pengetahuan, sementara yang namanya wirausaha itu mewujudkan.
Jadi ruang seorang wirausaha itu ada pada konteks eksekusi atau praktik di lapangan.(*)