Kronologi
Awal mula kasus terjadi pada 27 Juli 2025.
Saat itu, Prada Lucky diperiksa Staf-1/Intel atas dugaan penyimpangan seksual.
Keesokan harinya, ia dilaporkan kabur dari barak.
Prada Lucky ditemukan di rumah ibu asuhnya dan dibawa kembali ke kesatuan.
Di sanalah penyiksaan pertama kali terjadi di Marshailing Area.
Ia dipukuli seniornya menggunakan selang.
Kekerasan tetap berlanjut meski Danyonif sudah memerintahkan untuk berhenti.
Pada 30 Juli 2025, Prada Lucky kembali disiksa di sel tahanan.
Kondisi kesehatannya memburuk pada 2 Agustus 2025.
Ia sempat dirawat di RSUD Aeramo.
Namun, kondisinya kembali drop dan meninggal pada 6 Agustus 2025.
Ayah korban, Serma Christian Namo, mengaku syok melihat tubuh anaknya.
“Saya lihat sendiri ada luka-luka itu. Ada lebam di dada, perut, sampai punggung. Di kaki dan tangan ada seperti bekas sundutan rokok,” ungkap Christian Namo.
Prada Lucky sempat mengeluh kesakitan kepada keluarganya.