Sulteng Hari Ini
Dekan FEB Untad Sebut Bandara Internasional Mutiara Palu Akan Jadi Teras Ekonomi Sulteng
Bandara Mutiara akan jadi gerbang utama bagi tamu dari pemerintahan hingga dunia bisnis internasional.
Penulis: Robit Silmi | Editor: Regina Goldie
Laporan Wartawan TribunPalu.com, Robit Silmi
TRIBUNPALU.COM, PALU – Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tadulako (FEB Untad), Prof. Wahyuningsih, menilai Bandara Mutiara Sis Al-Jufri akan menjadi “teras rumah” bagi Sulawesi Tengah.
Bandara Mutiara akan jadi gerbang utama bagi tamu dari pemerintahan hingga dunia bisnis internasional.
Menurut Guru Besar Manajemen Pemasaran FEB Untad itu, bandara internasional akan memperkuat fungsi distribusi yang selama ini menjadi kendala biaya tinggi.
“Dengan bandara internasional, distribusi bisa menghemat ekonomi biaya tinggi,” ujar Wahyuningsih, yang juga lulusan Monash University Australia, Sabtu (16/8/2025).
Bandara Mutiara Sis Al-Jufri ditargetkan mulai beroperasi penuh sebagai bandara internasional pada awal 2026.
Baca juga: PLN dan Pertamina Kolaborasi Kembangkan 530 MW Energi Panas Bumi
Status ini berbeda dengan Bandara PT IMIP Morowali yang lebih banyak digunakan untuk kepentingan internal perusahaan.
Ia menjelaskan, kehadiran bandara internasional membuat masyarakat tidak lagi harus transit di daerah lain.
Hal ini dinilai mampu menghemat biaya sekaligus mempercepat perputaran uang di Sulawesi Tengah.
“Tadinya mungkin lambat karena harus transit. Uang juga terbagi ke wilayah lain. Kalau sudah dibuka, spending akan terjadi di Sulawesi Tengah,” ungkap Wahyuningsih yang juga pernah menempuh studi magister di Groningen University Belanda.
Selain mendukung mobilitas, Wahyuningsih menekankan pentingnya memanfaatkan bandara internasional untuk ekspor hasil pertanian dan perikanan.
Namun, ia menegaskan komoditas ekspor harus melalui proses hilirisasi agar bernilai tambah.
Baca juga: Nikolas Birro Allo Dukung Gerakan Pangan Murah, Serukan Pengawalan agar Tepat Sasaran
“Tidak boleh lagi menjual kelapa dalam bentuk mentah. Kita harus olah dulu, sehingga saat diangkut lewat udara biayanya lebih rendah,” jelasnya.
Menurutnya, hilirisasi tidak hanya menekan biaya, tapi juga membuka lapangan kerja baru bagi tenaga lokal.
Ia mencontohkan potensi besar ekspor durian montong dari Parigi Moutong, kabupaten penghasil terbesar di Sulteng.
Dengan jalur udara, pengiriman buah maupun produk olahan durian dapat lebih cepat dan efisien.
“Durian Montong Sulteng sudah bisa masuk hilirisasi, diolah jadi produk makanan lain. Dengan begitu nilai tambah semakin besar,” tutur Wahyuningsih. (*)
Rayakan HUT RI, BBTNLL Bersama BKKPA-ST Bakal Gelar Upacara Di Gunung Rore Kautimbu |
![]() |
---|
FEB Untad Hadirkan Kepala BI Sulteng, Bahas Potret Ekonomi Daerah |
![]() |
---|
Kebaya Senator Febriyanthi di Sidang MPR RI 2025 Jadi Simbol Elegansi dan Patriotisme |
![]() |
---|
Komisioner KPID Sulteng Kunjungi Radio Nebula, Trendsetter Anak Muda Sejak 1986 |
![]() |
---|
Momen Haru, Orang Tua Pasangkan Sabuk Hijau ke Anggota Paskibraka Parigi Moutong |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.