Parigi Moutong Hari Ini

Puluhan Kali Didatangi, Tapi Tak Pernah Dibantu, Warga Desa Sienjo Aeman Tetap Menunggu

Bersama putri semata wayangnya, Aeman menjalani hari-hari dalam kesederhanaan yang nyaris menyerupai kesengsaraan.

|
Editor: Fadhila Amalia
Handover
KISAH KEHIDUPAN - Di sebuah gubuk reyot di Dusun 1, Desa Sienjo, Kecamatan Toribulu, Kabupaten Parigi Moutong, hidup seorang pria lanjut usia bernama Aeman (60). 

TRIBUNPALU.COM, PARIMO – Di sebuah gubuk reyot di Dusun 1, Desa Sienjo, Kecamatan Toribulu, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, hidup seorang pria lanjut usia bernama Aeman (60). 

Bersama putri semata wayangnya, Aeman menjalani hari-hari dalam kesederhanaan yang nyaris menyerupai kesengsaraan.

Rumah yang mereka huni lebih layak disebut gubuk.

Baca juga: Potret Kemiskinan di Parigi Moutong: Aeman dan Anaknya Bertahan di Gubuk Reyot

Dindingnya terbuat dari papan tipis yang mulai lapuk, lantainya masih berupa tanah, dan atapnya dari rumbia yang sebagian besar sudah rusak. 

Saat hujan turun, air dengan mudah merembes masuk, membasahi seluruh lantai dan barang-barang seadanya.

“Kalau hujan, kami hanya bisa duduk diam di tikar, menunggu air berhenti masuk,” ucap Aeman dengan suara lirih.

Aeman mengandalkan bantuan dari putrinya yang sesekali bekerja sebagai pencuci piring di rumah makan.

Upah yang didapat pun tidak menentu. 

Baca juga: Donggala Layangan Festival 2025 Resmi Dibuka, Diikuti 256 Peserta

Jika tak ada panggilan kerja, mereka harus bertahan dengan persediaan seadanya, bahkan kerap menahan lapar.

Didatangi Puluhan Kali, Tapi Hanya Janji

Yang membuat pilu, Aeman mengaku sudah sering menerima kunjungan dari berbagai pihak yang mengaku ingin membantu.

Mereka datang dengan membawa kamera, mencatat data diri, hingga meminta fotokopi KTP dan KK. Namun, setelah itu, tidak ada kelanjutan.

“Kamu orang yang ke-20 datang ke sini. Banyak yang datang, ambil gambar, janji mau bantu, tapi sampai sekarang belum ada kabar,” ujarnya.

Meskipun berkali-kali kecewa, Aeman tetap menerima tamu yang datang ke rumahnya dengan tangan terbuka. Di balik wajah tuanya yang penuh keriput, tersimpan harapan yang belum padam.

Baca juga: Di Balik Gubuk Reyot, Aeman Menyimpan Harapan Akan Rumah yang Layak

“Kalau ada yang datang, saya terima saja. Siapa tahu memang ada rezeki. Saya tidak bisa berharap banyak, tapi tetap menunggu,” katanya.

Harapan Sederhana di Usia Senja

Kini, di usianya yang senja, Aeman tak lagi memikirkan kemewahan.

Ia hanya ingin memiliki tempat tinggal yang layak, rumah yang tak bocor setiap kali hujan, agar bisa menjalani sisa hidupnya dengan tenang bersama putrinya.

“Kalau bisa, saya ingin tinggal di rumah yang tidak basah kalau hujan. Itu saja,” ucapnya pelan, menatap langit-langit rumah yang mulai lapuk.

Baca juga: Harga HP Xiaomi 2025: Xiaomi 15 Ultra, Redmi 15R, Redmi Note 14, Xiaomi 14T Pro, Poco F7

Tetangga sekitar mengenal Aeman sebagai sosok yang sabar dan pendiam.

Ia jarang mengeluh, meski hidup dalam serba keterbatasan. 

Namun di balik sikap pasrahnya, tersimpan doa-doa yang terus ia panjatkan berharap suatu hari, janji yang pernah ia dengar benar-benar menjadi kenyataan.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved