Pascapembunuhan di Parimo, Petani Desa Tana Lanto Tak Lagi Menginap di Kebun

Warga Desa Tana Lanto mengaku resah dan was-was sejak ada dua warga yang menjadi korban pembunuhan.

Tribunpalu.com/Abdul Humul Faaiz
Usman, salah satu petani di Dusun Tokasa, Desa Tana Lanto, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Ia merupakan satu di antara warga yang merasa takut untuk berkebun pascapembunuhan ayah dan anak di Parimo. 

TRIBUNPALU.COM, PARIGI MOUTONG - Warga Desa Tana Lanto, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, khususnya Dusun Tokasa, mengaku resah dan was-was sejak ada warga mereka yakni Tamar (50) dan Patte (27) yang menjadi korban pembunuhan.

Keresahan warga ini disebabkan oleh belum ditemukannya pelaku pembunuhan tersebut.

Bahkan, pihak kepolisian belum mengetahui siapa pelaku pembunuhan dan apa motifnya.

Dua Petani di Parigi Moutong Ayah dan Anak Ditemukan Tewas Digorok di Kebun

Selain itu, Satuan Operasi Aman Tinombala 2019, yang bertugas memburu anggota kelompok sipil bersenjata, belum berani memastikan jika pelakunya ialah kelompok Ali Kalora Cs.

Sehari-hari, warga setempat yang sebagian besar berprofesi sebagai petani biasanya beraktivitas hingga jauh ke pegunungan.

Namun kini, mereka lebih memilih bekerja di kebun yang dekat dari permukiman.

Mereka yang biasa beraktivitas di kebun lebih lama bahkan menginap, kini harus kembali pulang lebih awal karena takut pelaku masih berkeliaran.

Usman, misalnya.

Hingga saat ini, Usman merasa takut menggarap kebunnya yang terletak jauh dari permukiman.

"Masih takut. Karena keluarga juga yang dibunuh kemarin. Makanya hanya kebun yang dekat saja," kata Usman, kepada Tribunpalu.com, Kamis (27/6/2019).

Usman, salah satu petani di Dusun Tokasa, Desa Tana Lanto, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Ia merupakan satu di antara warga yang merasa takut untuk berkebun pascapembunuhan ayah dan anak di Parimo.
Usman, salah satu petani di Dusun Tokasa, Desa Tana Lanto, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Ia merupakan satu di antara warga yang merasa takut untuk berkebun pascapembunuhan ayah dan anak di Parimo. (Tribunpalu.com/Abdul Humul Faaiz)

Polda Sulteng Dalami Keterlibatan Mujahidin Indonesia Timur dalam Pembunuhan Petani di Parimo

Minta Jaminan Keamanan, Keluarga Korban Pembunuhan di Parimo Yakin Pelaku Mujahidin Indonesia Timur

Menurutnya, pascapembunuhan di Parimo, sebagian warga berkebun dengan rasa khawatir dan takut.

Bahkan, ada yang belum berani berkebun dan memilih berdiam diri di rumah.

"Tidak juga berani, tapi harus kami kerja, apa kalau tidak, jadi hutan lagi nanti kebun," jelasnya.

Sama halnya dengan Ulla. Ia terpaksa berkebun karena produksi gula arennya belum selesai.

"Kalau saya tinggalkan rugi, bismillah saja, karena dekat juga kebun," katanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Palu
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved