Terkini Palu

Dinas Kearsipan & Perpustakaan Palu Ajak Pelajar Merefleksi Bencana Gempa Bumi lewat Lomba Menulis

Lomba menulis yang melibatkan pelajar dari sekolah menengah pertama (SMP) di Kota Palu itu mengangkat tema refleksi bencana 28 September 2018.

Penulis: Haqir Muhakir |
TRIBUNPALU.COM Muhakir Tamrin
Pelajar SMP yang ikut lomba menulis refleksi bencana 28 September 2018, di ruang Bantaya kompleks Kantor Wali Kota Palu, Rabu (27/2/2019). 

TRIBUNPALU.COM, PALU -- Sejumlah pelajar mengikuti lomba menulis yang digelar Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Palu, Rabu (27/2/2019).

Lomba menulis yang melibatkan pelajar dari sekolah menengah pertama (SMP) di Kota Palu itu mengangkat tema refleksi bencana 28 September 2018.

Diketahui, Kota Palu menjadi daerah terparah yang terdampak bencana alam gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi yang terjadi 28 September 2018.

Olehnya itu, lomba menulis mengangkat tema tersebut. Sebab, mereka adalah korban bencana.

Pelajar SMP yang ikut lomba menulis refleksi bencana 28 September 2018, di ruang Bantaya kompleks Kantor Wali Kota Palu, Rabu (27/2/2019).
Pelajar SMP yang ikut lomba menulis refleksi bencana 28 September 2018, di ruang Bantaya kompleks Kantor Wali Kota Palu, Rabu (27/2/2019). (TRIBUNPALU.COM Muhakir Tamrin)

Sehingga mereka dapat menuangkan pengalamannya saat bencana ke dalam tulisan.

Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Palu Gelar Lomba Cerita Rakyat Sulawesi Tengah untuk Siswa SD

Para pelajar SMP itu diberi waktu selama 3 jam untuk menyelesaikan karangan tulisannya.

Dilaksanakan di Ruangan Bantaya, kompleks Kantor Wali Kota Palu.

Lomba menulis itu diselenggarakan oleh Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Palu, sebagai bentuk literasi kepada siswa.

Selama 3 jam, peserta lomba menulis diawasi juri. Proses menulis dimulai sejak pukul 09.00 wita sampai 12.00 wita.

"Ini hanya dilaksanakan satu hari ini saja. Nanti penutupan akan digabung juga dengan lomba bercerita sebentar siang," ujar salah seorang penitia.

Lomba Cerita Rakyat juga digelar untuk Siswa SD

Siswa dari berbagai sekolah dasar di Kota Palu ikut mementaskan cerita rakyat Sulawesi Tengah, Rabu (27/2/2019).

Berbeda dengan lomba menulis bagi siswa SMP yang dilaksanakan di Ruangan Bantaya, kompleks Kantor Wali Kota Palu, lomba cerita rakyat tingkat SD sederajat itu digelar di tribun Lapangan Vatulemo Palu, oleh Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Palu.

Ada yang lengkap dengan baju adat suku Kaili, ada juga yang pentas dengan properti buatan tangan sendiri.

Siswa sekolah dasar saat mengisahkan cerita rakyat Sulawesi Tengah, Rabu (27/2/2019).
Siswa sekolah dasar saat mengisahkan cerita rakyat Sulawesi Tengah, Rabu (27/2/2019). (TRIBUNPALU.COM Muhakir Tamrin)

Fitur Save di Instagram Dikabarkan Akan Dapat Dibuat Publik, Kian Mirip dengan Pinterest?

Salah seorang yang tampil ialah Nabila Anastasya Mulia, siswa asal SDN 6 Palu. Ia menceritakan sejarah singkat tokoh Kaili yang bernama Pue Njidi.

Di kalangan suku Kaili, Pue Njidi dipercaya adalah salah seorang warga lembah Palu yang pertama kali memeluk agama Islam.

Dalam kisah yang diceritakan Nabila, masuknya sebagian besar warga lembah Palu di masa Pue Njidi itu berawal dari mendaratnya Dato Karamah di Teluk Palu sekitar abad ke-17.

Siswa sekolah dasar saat mengisahkan cerita rakyat Sulawesi Tengah, Rabu (27/2/2019).
Siswa sekolah dasar saat mengisahkan cerita rakyat Sulawesi Tengah, Rabu (27/2/2019). (TRIBUNPALU.COM Muhakir Tamrin)

"Di Kabonena, Pue Njidi diangkat menjadi Penghulu desa dan diwakili 4 Tadulako," ujarnya.

Hingga pada suatu waktu Pue Njidi mendengar kabar kedatangan mubalik Islam yang bernama Dato Karamah.

Saksikan Live Streaming MNC TV Piala AFC 2019 Home United FC vs PSM Makassar, Rabu (27/2/2019)

Pue Njidi penasaran dan langsung mengundang mubalik asal Minangkabau tersebut.

Saat berada di rumah Pue Njidi, Dato Karamah mengajak Pue Njidi untuk memeluk agama Islam.

Sebelum mengajak Pue Njidi, Dato Karamah sudah terlebih dahulu mengajak Raja Palu waktu itu yang Pue Bongo.

"Sehinhga Pue Njidi pun ingin mengikuti jejak sang raja, yaitu memeluk agama Islam. Sekaligus menghitankan dan mengajari Pue Njidi mengaji," tandasnya.

(tribunpalu.com/Muhakir Tamrin)

Sumber: Tribun Palu
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved