5 Hal Seputar Teror Ledakan Bom di Sri Lanka, Termasuk 1 Pelaku yang Sempat Antre Sarapan
Minggu (21/4/2019) bertepatan dengan perayaan paskah, serangkaian bom meledak di sejumlah hotel dan gereja di Sri Lanka.
Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe menyatakan investigasi bakal dilakukan untuk mendapat penjelasan bagaimana keamanan tidak menindaklanjuti laporan itu.
"Kami harus mendapat penjelasan mengapa tidak ada penanganan. Baik saya maupun menteri saya tak diberi tahu," kata Ranil Wickremesinghe dilansir Daily Mirror Senin (22/4/2019).
Ucapan Ranil Wickremesinghe nampak senada dengan Menteri Telekomunikasi Harin Fernando yang mengunggah surat itu di Twitter seraya menyerukan adanya penindakan tegas.
Ucapan Ranil Wickremesinghe menuai respons dari juru bicara kabinet Rajitha Senaratne.
Dia memberikan alasan mengapa sang PM tidak mendapat informasi mengenai laporan tersebut.
Diwartakan BBC, Rajitha Senaratne menuturkan Ranil Wickremesinghe tidak menerima perkembangan mengenai situasi keamanan buntut perselisihan dengan Presiden Maithripala Sirisena.
Pada Oktober 2018, Presiden Maithripala Sirisena memecat Ranil Wickremesinghe dan seluruh jajaran menterinya dan mencoba melantik PM baru yang berujung kepada krisis konstitusional.
Di tengah tekanan mahkamah agung Sri Lanka, Sirisena kemudian melantik kembali Wickremesinghe.
Namun, sang PM tetap dikeluarkan dari lingkaran pembahasan keamanan.
Maithripala Senaratne menjelaskan, peringatan akan adanya rencana serangan bom telah mengemuka pada awal April.
Media Sri Lanka mengabarkan, peringatan itu berasal dari intelijen India dan Amerika Serikat (AS).
Peringatan itu telah diterima pada 4 April.
Tujuh hari kemudian, kepala polisi langsung menyebarkan memo berisi laporan tersebut kepada sejumlah divisi keamanan.
Tidak dijelaskan apakah Presiden Maithripala Sirisena sudah mengetahui peringatan itu.
"Pemahaman kami adalah laporan itu sudah beredar di kalangan militer dan polisi," kata penasihat presiden, Shiral Lakthilaka.
Serangan dilaporkan dieksekusi oleh National Thowheeth Jamaath (NJT), kelompok ekstremis yang diduga berafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Menteri Perencanaan Kota Rauff Hakeem mengatakan insiden itu adalah sebuah kegagalan kolosal intelijen.
5. Pelaku bom bunuh diri sempat ikut antre makanan sebelum melaksanakan aksinya.
Diwartakan Kompas.com, salah seorang pelaku bom bunuh diri dalam serangkaian ledakan di Sri Lanka menunggu dengan sabar dan mengantre makanan buffet di hotel Grand Cinnamon, Minggu (21/4/2019).
Sambil membawa piring, pria yang terdaftar sebagai tamu semalam sebelumnya dengan nama Mohamed Azzam Mohamed mengantre dengan sabar bersama pengunjung hotel lainnya.
Saat akan dilayani, tersangka mengaktifkan bom yang dibawanya dan meledak di restoran yang sedang padat pengunjung itu.
Restoran Taprobane saat itu sedang berada di salah satu hari tersibuknya tepat dengan liburan panjang akhir Paskah.
Seorang staf lain hotel itu mengatakan, pelaku yang adalah seorang warga Sri Lanka, memesan kamar dengan memberikan alamat yang kemudian diketahui palsu.
Staf itu mengingat pelaku mengaku berada di Kolombo untuk urusan bisnis.
(TribunPalu.com/Rizki A. Tiara)