Salat Idulfitri Pascabencana Gempa di Palu Diwarnai Isak Tangis, Satu Pengungsi Tak Sadarkan Diri
Salat Idulfitri, 1 Syawal 1440 H tahun ini bagi warga Kota Palu berbeda dengan tahun sebelumnya, keadaan berubah pascabencana gempa dan likuifaksi
TRIBUNPALU.COM, PALU - Salat Idulfitri, 1 Syawal 1440 Hijriah tahun ini bagi warga Kota Palu berbeda dengan tahun sebelumnya.
Bencana gempa dan likuifaksi yang terjadi di Kota Palu 28 September 2018 mengubah segalanya.
Mereka yang dulunya masih salat bersama keluarga utuh, kini harus tabah berlebaran bersama keluarga yang tersisa.
Seperti yang terlihat di kamp pengungsian Kelurahan Balaroa, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (5/6/2019) pagi.
Suasana haru tampak saat khatib menyampaikan khotbah soal memaknai musibah di Palu ini sebagai tanda kebesaran Allah SWT.
Pantauan Tribunpalu.com, suasana tampak haru serta isak tangis riuh terdengar usai khatib menutup khotbahnya.
Beberapa warga saling berpelukan sambil menangis.
Mereka saling menguatkan dan berharap musibah itu tidak datang lagi.
Bahkan ada warga yang jatuh pingsan karena tak kuasa menahan kesedihannya.
Dia adalah Rahma (43), warga Kelurahan Balaroa.
Tak ada keluarganya yang menjadi korban.
Namun rumah serta harta bendanya seketika hilang bersama ambruknya tanah pada 28 Sepetember 2018 silam.
"Padahal dia yang kuatkan kami sebelum salat, karena anak saya menjadi korban," kata Arni.
Lebih dari setengah jam Rahma tidak sadarkan diri.

Beruntung beberapa orang warga mengangkatnya ke dalam masjid.
Beberapa menit kemudian ia sadar dan tak kuasa menahan tangisnya.
Ia dikuatkan oleh beberapa orang warga yang juga kehilangan keluarga.
"Sabar saja kita, kuat, semua ada hikmahnya, mari kasih tenang di rumah (tenda) pikiran," ajak salah satu warga.

Di tengah keterbatasan pascabencana Palu 2018, sedikitnya 420 KK yang tinggal di pengungsian ini salat id seadanya.
Mereka menggunakan masjid darurat yang dibangun menggunakan rangka baja ringan.
Sebagian warga salat di luar karena masjid darurat itu dibangun seadanya menyesuaikan lahan.
"Alhamdulillah, walaupun kami dalam keadaan mengungsi, tapi warga di sini sangat antusias menjalani ibadah," kata salah satu pengurus masjid, Ritman Wajik.
Ia berharap agar warga bersyukur atas nikmat yang diberikan saat ini meski dalam keadaan berduka.
"Kami sangat gembira bisa menjalankan ibadah puasa sampai hari raya idulfitri ini," ungkapnya sebari meneskan air mata.
(Tribunpalu.com/Abdul Humul Faaiz).