Pangeran Harry dan Meghan Markle Berencana Punya Maksimal 2 Anak, Perubahan Iklim Jadi Alasan

Duke dan Duchess of Sussex berencana memiliki maksimal dua orang anak karena alasan perubahan iklim dan krisis lingkungan.

Editor: Imam Saputro
Chris Allerton ©?SussexRoyal via Instagram/sussexroyal
Pangeran Harry dan Meghan Markle saat pertama kali menunjukkan bayi mereka ke depan publik, Rabu (8/5/2019) lalu. 

Dalam pandangannya kali ini, Pangeran Harry memang berbeda dengan Pangeran William dan Kate Middleton yang memiliki tiga orang anak.

Hampir Tak Pernah Dilanggar, Ini Alasan Larangan Foto Selfie bagi Keluarga Kerajaan Inggris

Semasa Meghan Markle Kecil, Sang Ibu Kerap Dapat Pertanyaan yang Menyakitkan dan Dikira Pengasuh

6 Perbedaan Kisah Cinta Pangeran William-Kate Middleton dan Pangeran Harry-Meghan Markle

Lalu, apa hubungannya memiliki jumlah anak lebih banyak dengan krisis lingkungan dan perubahan iklim yang saat ini sedang kita hadapi?

Sebuah penelitian yang dilakukan pada 2017 menunjukkan, memiliki anak lebih sedikit menjadi satu di antara beberapa cara yang efektif untuk mengurangi jejak karbon.

Diperkirakan, setiap manusia menghasilkan jejak karbondioksida sebesar 58 ton per tahun.

Diharapkan, dengan berkurangnya jumlah anak akan turut membantu mengurangi jejak karbon yang berkontribusi pada perubahan iklim dan pemanasan global.

Hal ini dicantumkan dalam sebuah cuitan yang diunggah akun Twitter salah satu saluran breaking news yang dijalankan Al Jazeera Media Network, @ajplus pada Rabu (31/7/2019).

Tentunya, perubahan iklim tak hanya disebabkan oleh jejak karbon yang dihasilkan manusia, tetapi juga konsumsi sumber daya alam yang berlebihan dalam skala masif.

Saat ini, dampak perubahan iklim semakin terasa.

Mengutip laman This is Insider, perubahan iklim telah menyebabkan sejumlah wilayah di Eropa mengalami gelombang panas ekstrem selama Juli 2019.

Negara-negara seperti Jerman, Belgia, dan Belanda mengalami suhu udara tertinggi yang sebelumnya belum pernah mereka alami.

Setidaknya, 10 orang dilaporkan tewas akibat gelombang panas Juli 2019.

Sementara itu, wilayah Arktik saat ini mengalami kebakaran hebat.

Kebakaran melanda bagian ujung utara Rusia dan Greenland sejak bulan Juni 2019, saking masifnya kebakaran tersebut dapat terlihat dari satelit di ruang angkasa.

Sebenarnya, kebakaran hutan dan gelombang panas merupakan fenomena alam yang cukup biasa.

Namun, meningkatnya suhu udara akibat perubahan iklim memperbesar peluang terjadinya kebakaran hutan dan gelombang panas.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved