3 Cara Mitigasi Tsunami yang Bisa Dilakukan Masyarakat, Termasuk Adopsi Kearifan Lokal

Kajian dan penelitian mengenai gempa dan tsunami dari para ahli juga harus diimbangi upaya masyarakat, salah satunya dengan mitigasi sejak dini.

earthobservatory.sg
Kawasan Pacific Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik. Indonesia termasuk dalam kawasan ini, sehingga potensi terjadinya gempa bumi yang dapat menyebabkan tsunami cukup tinggi. 

Saat manusia tak sempat berlari ke tempat lebih tinggi dan menyelamatkan diri, dapat dipastikan dia akan terseret ombak tsunami.

Data dunia yang dikumpulkan International Disaster Database dan BNPB juga menyebutkan bahwa gempa bumi dan tsunami merupakan bencana alam yang paling banyak menelan korban dibanding banjir, tanah longsor, puting beliung, kekeringan, erupsi gunung berapi, abrasi, dan karhutla.

Deretan Gempa Bumi Baru-baru Ini yang Jadi Bukti Aktifnya Sesar dan Zona Subduksi di Indonesia

Bakal Dijadikan Objek Wisata, Simak 3 Fakta Unik Masjid Terapung Palu yang Terdampak Tsunami

Data statistik korban meninggal karena bencana yang dihimpun BNPB dan International Disaster Database.
Data statistik korban meninggal karena bencana yang dihimpun BNPB dan International Disaster Database. (Kompas.com)

Mitigasi tsunami

Berlari

Widjo menyarankan, ketika kita merasakan gempa kuat cukup lama hingga beberapa detik dan sedang berada di bibir pantai, usahakan untuk langsung pergi menjauh dari pesisir.

"Saran saya, kalau sudah merasakan gempa cukup lama dan berada di sekitar kawasan pantai, lebih baik langsung lari menuju tempat lebih tinggi," ujar dia.

Hutan mangrove

Selain berlari, para ahli tsunami termasuk Widjo sepakat bahwa hutan mangrove atau hutan bakau dapat mengurangi dampak buruk tsunami.

Gambarannya seperti ini, jika kita berada di sungai dan tak ada pelindung apa pun, kemudian tiba-tiba ada gelombang air datang, sangat mungkin kita akan hanyut terbawa air tersebut.

Namun, jika ada pelindung seperti pepohonan yang sengaja diletakkan di sungai, maka energi terpaan gelombang air yang dirasakan tidak sebesar pada kasus pertama dan hal ini akan mengurangi dampak tsunami.

"Hutan mangrove dengan luas sekitar 400 meter persegi, efektif mereduksi tsunami dengan ketinggian 6 sampai 7 meter, menjadi 1,5 meter. Ini yang terjadi di Muawe, Lahewa, Pulau Nias dan Pantai Barat Aceh," ujar Widjo.

Adopsi kearifan lokal

Seperti disebutkan di atas, fenomena tsunami yang menerjang Nusantara merupakan pola berulang.

Ratusan atau ribuan tahun lalu pernah terjadi, hari ini terjadi, dan di masa depan juga akan terjadi.

Berbagai kearifan lokal dalam bentuk mitos, cerita rakyat, lagu, syair, hikayat di masa lalu sebenarnya juga mengisahkan tentang situasi di masa lalu, salah satunya ketika tsunami menerjang.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved