Qasem Soleimani Tewas, Sutradara Michael Moore Minta Maaf kepada Iran atas Nama Bangsa Amerika

Michael Moore menyampaikan permintaan maaf kepada Iran atas nama bangsa Amerika Serikat lewat akun Twitternya, Selasa (7/1/2020) kemarin.

Instagram/michaelfmoore
Sutradara film asal Amerika Serikat, Michael Moore. 

TRIBUNPALU.COM - Meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Iran memancing beragam reaksi dari berbagai pihak.

Satu di antaranya adalah sutradara film AS Michael Moore.

Dikutip TribunPalu.com dari laman Foxnews.com, Michael Moore menyampaikan permintaan maaf kepada Iran atas nama bangsa Amerika Serikat.

Permintaan maaf ini disampaikan Michael Moore lewat akun Twitter-nya, @MMFlint pada Selasa (7/1/2020) waktu setempat.

Dalam cuitannya, Michael Moore menyesalkan terjadinya serangan udara yang diperintahkan oleh Presiden AS Donald Trump dan menewaskan Jenderal Qasem Soleimani.

Michael Moore pun menuliskan cuitannya dalam bahasa Persia atau Farsi.

Ketegangan Iran dan AS Meningkat, Kemenlu RI Imbau WNI di Irak, Iran, dan Sekitarnya Waspada

Harga Minyak Dunia Melambung Tinggi Seusai Iran Lepaskan Rudal ke Markas AS di Irak

Jika diterjemahkan dengan fitur terjemahan otomatis Twitter, cuitan Michael Moore berbunyi:

“Sir, I deeply regret the violence on our behalf by a man that most Americans have never voted for. Avoid power. A sincere man, Michael Moore, an American citizen,"

(Pak, atas nama bangsa Amerika, saya sangat menyesalkan tindak kekerasan yang dilakukan oleh pria yang tidak dipilih oleh sebagian besar orang Amerika. Terlepas dari kekuasaan. Setulusnya, Michael Moore, warga negara Amerika Serikat)

Ketegangan Iran dan AS Meningkat, Kemenlu RI Imbau WNI di Irak, Iran, dan Sekitarnya Waspada

Harga Minyak Dunia Melambung Tinggi Seusai Iran Lepaskan Rudal ke Markas AS di Irak

Iran Hujani Markas Amerika di Irak dengan Sejumlah Rudal

Sementara itu, lewat unggahan di akun Instagramnya, sutradara film Bowling for Columbine dan Fahrenheit 11/9 ini juga mengeluarkan permohonan publik kepada Ayatollah Khomeini dan presiden Iran untuk menahan tindak kekerasan dalam bentuk apa pun kepada Amerika Serikat.

Malah, Michael Moore meminta mereka untuk membiarkan orang Amerika Serikat untuk voting supaya Donald Trump mundur dari jabatan presiden AS.

Atau, meminta Senat untuk mencopot Donald Trump dari kursi kepresidenan.

“I want you not to respond violently, but to act bravely instead,” begitu bunyi permohonan Michael Moore saat diterjemahkan.

“We will take care of this in our Senate or at the ballot box, non-violently.”

(Saya ingin Anda untuk tidak merespon dengan cara kekerasan, melainkan untuk bertindak secara berani)

(Kami akan mengurus hal ini di senat atau kotak pemilihan suara, tanpa kekerasan)

Michael Moore juga menambahkan:

“Violence only increases violence.”

(Kekerasan hanya akan meningkatkan kekerasan).

Pasca-tewasnya Jenderal Qasem Soleimani, ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat (AS) meningkat.

Pada Rabu (8/1/2020) tengah malam waktu setempat, dua markas yang menampung pasukan AS dan sekutunya di Irak dilaporkan mendapat serangan 'puluhan misil', mengutip laman Kompas.com.

Serangan pada markas pasukan AS dan sekutunya di Ain al-Assad, Provinsi Anbar, Irak bagian barat, diluncurkan dalam tiga gelombang.

Asisten Menteri Pertahanan untuk Urusan Publik, Jonathan Hoffman, menyatakan rudal itu ditembakkan pukul 17.30 waktu AS pada Selasa (7/1/2020).

"Sudah jelas bahwa serangan tersebut berasal dari Iran, dan menargetkan dua pangkalan militer Irak di Ain al-Assad dan Irbil," ujarnya.

Iran Hujani Markas Amerika di Irak dengan Sejumlah Rudal

Gunakan Rudal Jelajah, Iran Luncurkan Aksi Balas Dendam ke Amerika Serikat

Serangan Udara Tewaskan Jenderal Iran Qasem Soleimani, Upaya Pengalihan Isu Pemakzulan Donald Trump?

Sementara itu, Iran menyebut, operasi militer kali ini dinamai Martir Soleimani dan dilaksanakan oleh Divisi Luar Angkasa Garda Revolusi.

Garda Revolusi, dalam pernyataannya sebagaimana dikutip dari AFP, mengancam bakal menyerang sekutu Amerika Serikat apabila serangan mereka dibalas.

Selain markas pasukan AS di Irak, Iran pun menyasar Israel dan Uni Emirat Arab sebagai target serangan berikutnya.

Melalui kanal Telegram yang dilansir CNN, Teheran menargetkan Dubai, Uni Emirat Arab dan Haifa, Israel.

Iran pun bertekad membalas serangan ini menggunakan segala cara.

Serangan militer ini merupakan awal dari aksi balasan Iran atas pembunuhan Kepala Pasukan Quds Mayjen Qassem Soleimani, yang dilakukan militer AS pada Jumat (3/1/2020) lalu.

Serangan udara AS yang menewaskan Qasem Soleimani dilakukan atas perintah Presiden AS Donald Trump.

(TribunPalu.com/Rizki A.)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved