Mbah Diro, Penolong Siswa SMPN 1 Turi Dapat Penghargaan,Pilih Sumbangkan Uang ke Tetangga dan Masjid

Namun, Sudiro atau akrab dipanggil Mbah Diro dan Kodir lebih memilih menyumbangkan uang tersebut ke warga desa.

Editor: Imam Saputro
TribunJogja.com/Christi Mahatma
Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun, memberi apresiasi kepada Darwanto (37) dan Sudiro (71), warga yang telah membantu mengevakuasi 30 siswa SMPN 1 Turi korban susur Sungai Sempor, Jumat (21/2/2020) lalu. 

TRIBUNPALU.COM - Setelah aksi heroiknya menolong para siswa SMPN 1 Turi Sleman yang terseret banjir di Sungai Sempor, Sudiro (71) dan Sudarwanto alias Kodir, mendapat uang penghargaan sebesar Rp 10 juta.

Penghargaan tersebut disampaikan Kementerian Sosial atas kerelaan dan keberanian kedua warga Desa Donokerto tersebut menolong para siswa, hari Jumat (21/2/2020).

Namun, Sudiro atau akrab dipanggil Mbah Diro dan Kodir lebih memilih menyumbangkan uang tersebut ke warga desa.

"Saya sebenarnya tidak sanggup menerima ini. Niat saya hanya menolong, karena kemanusiaan," tegas Mbah.

Seperti diketahui, Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun juga sempat mengunjungi rumah Kodir dan Mbah Diro untuk mengucapkan terimakasih dan memberikan tali asih pada Senin (24/2/2020).

Sudiro dan Sudarwanto alias Kodir saat duduk bersama Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam Kemensos RI Rachmat Koesnadi sebelum penyerahan penghargaan.

Mbah Diro menjelaskan, saat kejadian di Sungai Sempor, tak hanya dirinya dan Kodir yang menolong para siswa.

Namun, banyak warga yang juga ikut turun ke sungai dan menolong. Untuk itu, dirinya memilih menyumbangkan uang tersebut untuk pembangunan masjid.

"Uang ini akan saya bagikan dan saya sumbangkan untuk membangun masjid," jelasnya.

Hal senada juga diungkapkan Kodir, dirinya hanya mengikuti insting kemanusiaan saat terjun ke sungai dan menyelamatkan para siswa.

Seperti diketahui, aksi heroik kedua warga tersebut menjadi buah bibir.

Saat kejadian itu, Kodir akan memancing di Sungai Sempor dan Mbah Diro sedang menyapu makam yang lokasinya hanya 100 meter dari lokasi kejadian.

UPDATE Tragedi Susur Sungai SMPN 1 Turi, Tersangka Berharap Dimaafkan Hingga Akui Tak Survei Lokasi

Tak ada yang bisa dilakukan oleh IYA (36) salah satu pembina Pramuka yang menjadi tersangka dalam tragedi susur sungai.

Kini hanya penyesalan yang ada dalam benak pembina Pramuka ini setelah acara susur sungai yang ia pandu menjadi petaka bagi murid-murid SMPN 1 Turi.

Akibat kelalaiannya, kegiatan susur sungai telah menewaskan 10 siswi dan ratusan siswa SMPN 1 Turi luka-luka.

Kini hanya permintaan maaf yang dapat ia lakukan sebagai bukti penyesalan.

Dirangkum Kompas.com, inilah lima fakta terbaru dari pengakuan tersangka atas tragedi susur sungai.

1. Berharap keluarga korban memaafkan

Video pembina Pramuka minta maaf atas tragedi susur sungai
Video pembina Pramuka minta maaf atas tragedi susur sungai (YouTube TribunJogjatv)
IYA tampak menahan tangis saat mengucapkan permintaan maaf di hadapan polisi dan wartawan.

Guru olahraga SMPN 1 Turi yang juga pembina Pramuka tersebut juga meminta maaf kepada pihak sekolah.

"Pertama, saya mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada instansi saya, SMP Negeri 1 Turi, karena atas kelalaian kami terjadi hal seperti ini," ucap IYA dalam jumpa pers di Mapolres Sleman, Selasa (25/2/2020).

2. Hanya ada empat pembina yang mendampingi

Para siswa saat dievakuasi setelah tragedi susur sungai
Para siswa saat dievakuasi setelah tragedi susur sungai (Dok BNBP)

Menurut Wakapolres Sleman Kompol M Kasim Akbar Bantilan, ketiga tersangka yaitu IYA, R, dan DDS, diketahui tidak ikut mendampingi 249 siswa SMPN 1 Turi saat susur Sungai Sempor, pada hari Jumat (21/2/2020).

"Ketiga orang ini penentu dan ide, lokasi ada pada mereka, terutama IYA. Tetapi mereka justru tidak ikut turun," ungkap Kasim dalam jumpa pers, Selasa (25/2/2020).

Untuk itu, dalam kegiatan susur sungai tersebut, hanya ada empat pembina yang mendamping para murid.

Empat pembina yang ikut mendampingi saat itu, dua merupakan laki-laki dan dua lagi perempuan.

3. Ketiga tersangka memiliki sertifikasi KMD

Wakapolres Sleman Kompol M Kasim Akbar Bantilan saat jumpa pers penetapan tiga orang tersangka dalam peristiwa susur sungai Sempor. Jumpa pers ini digelar di Mapolres Sleman
Wakapolres Sleman Kompol M Kasim Akbar Bantilan saat jumpa pers penetapan tiga orang tersangka dalam peristiwa susur sungai Sempor. Jumpa pers ini digelar di Mapolres Sleman ((KOMPAS.COM/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA))

Menurut Kasim, ketiga tersangka ternyata juga memiliki sertifikasi Kursus Mahir Dasar (KMD) Pramuka.

Kemahiran tersebut, menurut Kasim, seharusnya membuat mereka paham tentang bagaimana keamanan kegiatan kepramukaan.

"Bisa dibayangkan 249 siswa hanya diampu oleh empat orang dewasa yang perannya sebagai pembina dan penggerak di situ," jelas Wakapolres Sleman.

4. IYA pergi untuk transfer di bank

Tiga Pembina Pramuka SMPN 1 Turi yang dijadikan tersangka dalam tragedi susur sungai siswa SMPN I Turi, Sleman.
Tiga Pembina Pramuka SMPN 1 Turi yang dijadikan tersangka dalam tragedi susur sungai siswa SMPN I Turi, Sleman. (Tribun Jogja/ Hasan Sakri Ghozali)

Menurut Kasim, alasan IYA meninggalkan 249 siswa karena ada keperluan di bank.

"Yang bersangkutan pergi karena ada urusan yang dikerjakan.

Jadi yang bersangkutan ada keperluan mentransfer uang di bank," urainya.

Seperti diketahui, IYA merupakan salah satu orang yang telah memperoleh sertifikat KMD Pramuka.

Selain itu, IYA juga merupakan salah satu orang yang mempunyai ide dan penentu lokasi.

5. Tersangka tak lakukan survei lokasi susur sungai

Guru olahraga sekaligus pembina Pramuka jadi tersangka atas tragedi susur sungai
Guru olahraga sekaligus pembina Pramuka jadi tersangka atas tragedi susur sungai (Istimewa/TribunJogja)

Dari keterangan salah satu tersangka susur Sungai Sempor, IYA, dirinya tidak melakukan survei lokasi sebelum kegiatan susur sungai digelar.

Alasannya sudah memahami kontur Sungai Sempor.

"Dia keterangannya sudah memahami, tapi sebelum itu kan dua hari hujan dan segela macam kan dia tidak ada inisiatif untuk mengecek.

Namanya sungai kan kita tidak tahu airnya seperti apa, lima hari terakhir, seminggu terakhir itu seperti apa," ujar Kasat Reskrim Polres Sleman AKP Rudy Prabowo saat ungkap kasus di Mapolres Sleman, Selasa (25/2/2020).

Seperti diketahui, saat menjalani kegiatan susur sungai, 10 siswa SMPN 1 Turi tewas terseret banjir yang tiba-tiba datangdari hulu sungai, Jumat (21/2/2020). 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pengakuan Lengkap Tersangka Tragedi Susur Sungai Sempor, Tak Survei lokasi hingga Pergi ke Bank" dan  " Saya Tak Sanggup Terima Uang Ini. Niatnya Hanya Menolong"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved