6 Jenis Profesi yang Paling Berisiko Tertular Virus Corona COVID-19: Tenaga Medis hingga Pramugari
Tak hanya dari usia dan faktor kesehatan, pekerjaan juga bisa menjadi faktor yang membuat seseorang rentan tertular virus corona COVID-19.
Pemadam kebakaran, staf medis gawat darurat, pengemudi ambulans, dan polisi menjadi garda utama di tengah merebaknya wabah suatu penyakit.
Seperti tenaga medis, responden pertama juga cenderung berisiko tinggi terpapar penyakit dan infeksi.
Polisi, pemadam kebakaran, dan staf medis gawat darurat bekerja dengan menghadapi orang banyak secara langsung, termasuk mereka yang terjangkit penyakit.
• Khawatirkan Hasil Pemeriksaan Kejiwaan Remaja yang Bunuh Bocah, Pengacara Korban: Siapa yang Jamin?
• BREAKING NEWS - Virus Corona Merebak, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan Resmi Batalkan Formula E
• Keris Pangeran Diponegoro Kembali, Ini Kata Sejarawan UGM yang Ikut Memverifikasi
3. Petugas layanan jasa.

Orang-orang yang memasak dan menyajikan makanan, kurir atau petugas ekspedisi, dan penjaga toko juga berisiko tinggi di tengah mewabahnya virus corona COVID-19.
Petugas ekspedisi atau kurir berisiko relatif tinggi menghadapi paparan penyakit dan infeksi.
Barber (tukang cukur), pekerja makanan cepat saji, terapis fisik, pelatih atletik, dan pekerja perawatan kuku juga memiliki kedekatan secara fisik dengan para pelanggan dan kolega.
Staf toko ritel, petugas concierge, pelayan restoran, dan kasir bekerja dengan berinteraksi langsung dengan orang banyak.
Tentu hal ini berpotensi terpapar orang-orang yang terjangkit virus corona jenis baru.
Di sisi ekonomi, petugas layanan jasa dan usaha kecil di berbagai negara di Asia yang terdampak virus corona COVID-19 pun ikut merasakan imbas dari wabah tersebut.
• Corona Mewabah, Festival Musik Coachella Mundur ke Oktober 2020
• Satu Keluarga di Banyuwangi Tewas Keracunan Ikan Buntal yang Dimakan 2 Hari Berturut-turut
4. Pekerjaan yang tidak fleksibel.
Beberapa perusahaan global telah mengambil langkah antisipasi virus corona jenis baru.
Termasuk dengan mendorong para karyawannya untuk bekerja dari rumah dengan tujuan mengurangi risiko penyebaran virus.
Namun, tidak semua pekerjaan bisa sefleksibel itu.
Pekerja yang tidak bisa bekerja dari rumah atau yang digaji per jam, akan menghadapi keputusan sulit.