Penyesalan Dokter Ai Fen di Wuhan 'Dibungkam' soal Virus Corona: Jika Saya Tahu, Saya Nekat Sebarkan
Kisah Dokter Ai Fen di Wuhan yang 'dibungkam' soal informasi virus corona, akui menyesal: jika saya tahu, saya akan terus menyebarkannya.
TRIBUNPALU.COM - Mewabahnya virus corona atau Covid-19 sebenarnya sudah disadari oleh para ahli medis di China sedari dulu.
Tetapi, karena dianggap menyebarkan rumor dan isu yang tidak benar, mereka memilih bungkam hingga akhirnya virus ini mewabah dahsyat di Kota Wuhan.
Salah satu kesaksian orang yang memilih bungkam, mengaku menyesal tak bertindak nekat untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat.
Seorang dokter bernama Ai Fen di Wuhan, menceritakan detail soal bagaimana dia 'dibungkam' setelah mencoba membagikan informasi soal virus corona.

Informasi yang diberikan Ai Fen kemudian disebarkan oleh mendiang Li Wenliang, dokter yang dianggap pahlawan karena menyuarakan isu itu pertama kali.
Sejak 30 Desember lalu, direktur departemen daruruat di Rumah Sakit Pusat Wuhan itu telah mengunggah hasil diagonasanya di media sosial WeChat dan membagikan kisahnya kepada majalah People.
Pada unggahannya, Ai Fen melampirkan diagnosa bahwa ada pasien yang mengidap infeski pneumonia karena virus corona ini mirip dengan Sindrom Pernapasan Akut Parah atau SARS.
Dikutip dari SCMP via Kompas.com Rabu (11/3/2020), wawancara Ai Fen menyiratkan bahwa otoritas kesehatan setempat telah melewatkan momen untuk merilis peringatan virus corona sedini mungkin.
Wawancara tersebut dirilis pada Selasa (10/3/2020), tetapi kemudian dihapus dari WeChat karena memantik kemarahan warganet yang mengunggah ulang publikasi diagnosanya.
Sang dokter menceritakan, semua berawal pada 30 Desember 2019, saat dia melihat banyak pasien dengan gejala mirip flu tapi tak bisa ditangani dengan pengobatan biasa.
Dia kemudian mendapatkan hasil laboratorium yang membuatnya bergidik dengan mencantumkan sebuah kalimat 'SARS Coronavirus".
Seketika ia langsung melingkari kata SARS itu dan mengambil foto hasil laboratorium tersebut.
Ia pun segera mengirimkannya kepada rekan sesama dokter yang bekerja di rumah sakit lain.
Bahkan ia sempat memanggil koleganya dari departemen pernapasan untuk memastikan diagnosa tersebut.
"Saya katakan salah satu pasiennya terinfeksi virus mirip SARS," kisahnya.

Foto tersebut kemudian beredar cepat di kalangan tenaga medis, bahkan dibagikan oleh Li Wenliang yang meninggal akibat virus mematikan itu pada 6 Februari 2020, seperti dikutip dari The Guardian.
Malam harinya, ia mengaku mendapatkan pesan dari rumah sakit untuk tidak menyebarluaskan informasi penyakit misterius itu.
Sebab, kabar yang belum diketahui kebenarannya itu bisa menyebabkan kepanikan di masyarakat.
Selang dua hari setelah mendapatkan peringatan kecil itu, Ai Fen dipanggil komite disiplin rumah sakit tempatnya bekerja.
Ia mendapat teguran dari kepala komite inspeksi disiplin karena dianggap "menyebarkan rumor" dan "merusak stabilitas".
• Kisah Dokter di Wuhan, Akui Marah dan Kecewa: Bos Besar Pakai Masker Bagus, Kami Pakai Seadanya!
Ai Fen pun mengaku putus asa untuk meneruskan peringatan dini itu.
"Pikiran saya kosong. Dia tidak menegur karena saya tak bekerja keras. Saya dianggap sudah merusak masa depan Wuhan. Saya putus asa," keluhnya.
Setelah itu, setiap staf dilarang untuk saling membagikan gambar maupun pesan yang berisi informasi mengenai virus dengan nama resmi SARS-Cov-2 itu.
Ai Fen mengaku tidak bisa mengusahakan apa-apa, selain meminta para stafnya untuk mengenakan pakaian pelindung dan masker meski tidak diinstruksikan oleh rumah sakit.
"Kami menyaksikan lebih banyak lagi pasien datang kemari, di saat radius penyebarannya sudah semakin luas," terang Ai Fen.
• Jurnalis China Hilang Seusai Sebar Rekaman Tentang Tumpukan Mayat Korban Corona di Wuhan, Diculik?
Ia mengaku curiga saat mulai melihat pasien yang tidak punya kaitan dan kontak langsung dengan Pasar Seafood Huanan, tempat yang diyakini menjadi lokasi asal wabah.
Ai Fen pun berkeyakinan bahwa virus itu memasuki level transmisi antar manusia.
Meski begitu, keyakinan diagnosanya tidak digubris otoritas China.
Sehari setelah Beijing mengumumkan adanya transmisi lokal tepatnya pada 21 Januari 2020, pasien yang dirawat sudah mencapai 1.523 per hari atau tiga kali lipat dari volume normal.
Selama wabah, ia mengalami peristiwa demi peristiwa yang membuat hatinya pilu.
Misalnya saat ia melihat seorang pria lanjut usia yang tatapannya kosong.
Sebab, dokter memberikannya sertifikat kematian bahwa putranya yang berusia 32 tahun sudah meninggal karena virus corona.
Atau seorang ayah yang susah payah untuk keluar dari mobil di halaman rumah sakit.
Saat Ai Fen mendatanginya, ternyata dia sudah tiada.
"Jika saja saya tahu (wabah ini bakal menyebar), saya akan terus menyebarkannya kepada semua orang meski bakal mendapat peringatan," sesalnya.
• Momen Haru Suami Menangis Lepas Kepergian Istri yang Akan Jadi Relawan di Wuhan: Aku Mencintaimu
Dia menolak disebut sebagai whistleblower, atau orang yang menyebarkan sebuah isu.
"Saya hanya membantu menyediakan peluit (whistle)," tandasnya.
Saat ini virus corona sudah mewabah sebanyak 121 ribu kasus dengan angka kematian mencapai 4.000 lebih korban jiwa per Rabu (11/3/2020) malam.
Dokter Li Wenliang Orang Pertama yang Memperingatkan Bahaya Virus Corona Meninggal Dunia
Korban meninggal dunia akibat terinfeksi virus corona sudah melebihi angka 600.
Hingga hari ini, Jumat (7/2/2020), korban terinfeksi virus mencapai 30.814 orang dan sebanyak 635 orang dinyatakan meninggal dunia.
Termasuk orang pertama yang memperingatkan bahaya virus corona, Dokter Li Wenliang juga menjadi korban meninggal dunia.
Dilansir People's Daily , Dokter Li Wenliang meninggal pada Jumat, dini hari pukul 02:58 waktu setempat.
• Tamu Takut Tertular Virus Corona, Resepsi Pernikahan Ini Terpaksa Digelar Live Streaming
• UPDATE Terbaru Korban Virus Corona: 635 Orang Meninggal, 30.814 Terinfeksi, dan 1.359 Sembuh
Global Times, People's Daily, dan media China lainnya telah melaporkan kematian Dr Li sebelumnya yaitu pada hari Kamis.
Kabar meninggalnya Li Wenliang (34) ini awalnya populer di media sosial Weibo (setara dengan Twitter) di China pada Kamis (5/2/2020) malam.
Global Times langsung mengkonfirmasi jika Li Wenliang telah diberi perawatan ECMO (extra-corporeal membrane oxygenation) yang membuat jantung pasien memompa kembali dan menjaga darah mereka teroksigenasi tanpa melalui paru-paru.
Pada laman yang sama, Li Wenliang disebut masih dalam kondisi kritis.
Dokter pun meminta para wartawan untuk mengkonfirmasi kabar duka Li Wenliang, pasalnya sang dokter masih dirawat intensif.
Perawatan ECMO ternyata hanya membuat Li Wenliang bertahan beberapa jam.
Media luar akhirnya melaporkan waktu kematian Dr Li yang baru.
• Kasus Virus Corona di Indonesia Belum Tercatat, WHO Justru Khawatir, Apa Alasannya?
Pada cuitan akunTwitter @PDChina, akhirnya menetapkan waktu kematin Dr Li yaitu pada Jumat, pukul 02:58 waktu setempat.
Kisah seorang Dr Li
Li Wenliang atau kerap disapa Dr Li ini sebelumnya pernah memposting kisahnya di media sosial.
Dr Li menuliskan peringatan bahaya virus corona di tempat tidur.
Pada status Dr Li tersebut, dia sudah memperhatikan kasus virus corona yang dikatakan seperti SARS.
Pada 30 Desember 2019 lalu, Dr Li mengirim pesan berantai pada sesama dokter di obrolan grub.
• Bahas Protes di Natuna Soal Karantina Corona,Wabup:Natuna Bukan Lahan Kosong,Kami Ingin Dimanusiakan
Dr Li meminta rekan seprofesinya untuk memakai pakaian pelindung untuk menghindari infeksi virus baru.
Empat hari kemudian dia dipanggil ke Biro Keamanan Umum di mana ia diminta menandatangani surat.
Dalam surat itu dia dituduh membuat komentar palsu yang telah mengundang keributan.
Nama Dr Li pun masuk ke dalam satu dari delapan orang yang masih diselidiki polisi sebagai penyebar hoaks.
Pihak berwenang setempat kemudian meminta maaf kepada Dr Li atas tuduhan tersebut.
Dalam unggahan akun Weibo-nya, Dr Li menjelaskan pada 10 Januari 2020 dia mulai batuk, hari berikutnya dia demam dan dua hari kemudian dia dirawat di rumah sakit.
Dia didiagnosis teinfeksi virus korona pada 30 Januari 2020.
(TribunPalu.com/Kompas.com/Tribunnews.com)