3 Negara yang Berlakukan 'Lockdown' Terbesar di Dunia akibat Virus Corona COVID-19

Seiring semakin meluasnya penyebaran virus corona jenis baru COVID-19 di seluruh dunia, sejumlah negara memberlakukan kebijakan lockdown.

Editor: Imam Saputro
Instagram/sarahwuhan
Foto sisi Kota Wuhan yang sepi layaknya kota mati setelah terisolasi akibat merebaknya virus corona. Sejauh ini, ada tiga negara di dunia yang memberlakukan karantina massal paling besar dan terbatas. Yakni, Italia, China, dan El Salvador. 

Pada puncaknya, karantina di China meluas hingga 20 provinsi dan wilayah, menurut The Wall Street Journal (WSJ).

Sementara itu, kota yang diduga sebagai asal-muasal munculnya virus corona jenis baru, Wuhan, China, telah memberlakukan lockdown selama lebih dari enam minggu, sejak 23 Januari 2020.

Akses transportasi ke dan dari Wuhan diputus, ruang-ruang publik juga ditutup.

Hampir selama enam minggu, jalanan di Kota Wuhan sepi tanpa aktivitas dan tampak seperti kota mati.

Tak lama setelah memberlakukan karantina di Wuhan, China me-lockdown 15 kota lainnya, termasuk Huanggang yang berpenduduk 7,5 juta orang dan Suizhou yang berpenduduk hampir 11 juta orang.

Seiring karantina berlangsung, beberapa penduduk Wuhan mengalami kekurangan pangan.

Sementara toko-toko kelontong kesulitan memenuhi permintaan pengiriman barang ke rumah penduduk.

6 Jenis Profesi yang Paling Berisiko Tertular Virus Corona COVID-19: Tenaga Medis hingga Pramugari

Anies Baswedan Resmi Liburkan Seluruh Sekolah di Jakarta karena Virus Corona

Pada 24 Februari 2020, otoritas Wuhan mengumumkan, batasan karantina dilonggarkan.

Sehingga, sejumlah orang yang masih sehat boleh keluar rumah.

Namun, pengumuman ini ditarik kembali beberapa jam kemudian.

Menurut WHO, langkah 'pengurungan' yang dilakukan China setidaknya berhasil mengurangi lonjakan angka kasus virus corona.

"Tak diragukan lagi, pendekatan China yang berani dalam menghadapi penyebaran patogen pernafasan baru ini telah mengubah statusnya dari eskalasi yang begitu cepat dan berlanjut menjadi epidemik mematikan," kata seorang epidemiologis sekaligus dokter dari Kanada, Bruce Aylward.

Bruce Aylward belum lama ini dikirim ke China sebagai delegasi untuk menginspeksi upaya karantina di China.

Namun, sebuah penelitian menunjukkan larangan bepergian di Wuhan hanya memperlambat penyebaran domestik virus corona selama tiga atau lima hari.

Sebab, ada kasus lain yang muncul di kota-kota lain di saat yang bersamaan dengan lockdown di Wuhan.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved