Mengenal ''Quarantine Shaming'', Aksi Mempermalukan Orang di Tengah Pandemi Virus Corona Covid-19
Upaya mempermalukan orang lain seperti itu bisa memainkan peran penting untuk mendorong pembentukan norma-norma sosial, terutama disaat wabah Covid-19
Apakah mempermalukan orang lain efektif?
Mempermalukan orang alias public shaming lain bisa rumit dan kontroversial.
Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa orang yang menjadi korban dipermalukan online bahkan sampai kehilangan pekerjaan atau menerima ancaman kematian.
Walau belum ada laporan tentang upaya mempermalukan yang ekstrem terkait wabah corona, tetapi sebagian orang merasa mereka menjadi target secara tidak adil.
Sebagian orang itu akhirnya minta maaf dan menghapus postingan mereka.
• Cerita Pasien Corona di Solo yang Sembuh & Tak Alami Gejala Saat Sakit,Sebut Konsumsi Jamu & Vitamin
• Sosiolog Imam Prasodjo Sebut 3 Hal yang Harus Dilakukan Masyarakat untuk Melawan Covid-19
• Cegah Penyebaran Covid-19, 5 Daerah di Indonesia sudah Berlakukan Local Lockdown
Kendati begitu, para pakar menilai dalam wabah seperti sekarang, upaya mempermalukan itu bisa jadi cara efektif untuk membuat norma sosial yang baru.
“Shaming sebaiknya tidak dipakai untuk masalah yang bukan jadi perhatian umum. Namun, virus corona adalah masalah yang menimpa kita semua, sehingga semua orang diminta berkorban,” kata profesor studi lingkungan Jennifer Jacquet.
Menurutnya, taktik mempermalukan online ini seharusnya efektif untuk membuat orang segan melakukan pelanggaran aturan pembatasan jarak atau menimbun barang di saat sulit.
“Saya berharap upaya mempermalukan ini bisa menjadi alat yang bermanfaat untuk kepentingan sosial,” kata Jacque yang pernah menulis buku tentang penggunaan aksi mempermalukan orang sebagai cara untuk mendorong kerjasama.
Ahli psikologi sosial di University of Montreal, Daniel Sznycer, menilai mempermalukan orang lain pada dasarnya merusak reputasi seseorang dan norma sosial.
Orang bisa merasa, lalu malu melakukannya dan menghentikan atau ikut patuh.
Masalahnya, hal itu bisa jadi hanya akan dilakukan di depan orang, tetapi akan diulangi ketika tidak ada orang lain yang melihat.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "“Quarantine Shaming” Aksi Mempermalukan Orang Saat Wabah Covid-19"