Virus Corona

300 Jenazah Covid-19 Berhari-hari Tergeletak di Jalanan Ekuador, Kontainer jadi Kamar Mayat Darurat

Sekira 300-an jenazah Covid-19 yang meninggal di rumah dibiarkan tergeletak selama berhari-hari di jalanan Ekuador, kontainer jadi kamar mayat darurat

Str / Marcos Pin / AFP
Orang-orang melihat mayat yang dikatakan tergeletak selama tiga hari di luar klinik di Guayaquil, Ekuador pada 3 April 2020 - Sekira 300-an jenazah Covid-19 yang meninggal di rumah dibiarkan tergeletak selama berhari-hari di jalanan Ekuador, kontainer jadi kamar mayat darurat 

TRIBUNPALU.COM - Wabah SARS-CoV-2 yang menyerang 1,2 juta jiwa di 208 negara dan wilayah ini, membuat dunia kewalahan menghadapinya.

Terutama dalam dunia kesehatan yang terus berada di garda terdepan dalam memerangi wabah pandemi Covid-19.

Tak hanya soal perawatan pasien virus corona di rumah sakit, pemulasaraan jenazah pun mengalami kekacauan.

Seperti yang terjadi di Ekuador, Amerika Tengah, situasi memprihatinkan tampak di jalanan Kota Guayaquil, Provinsi Guaya.

Pemandangan itu tampak saat banyak kotak peti dan kantong jenazah tergeletak di pinggir jalan selama berhari-hari yang belum diurus oleh otoritas kesehatan setempat.

Seorang pria (R) yang mengenakan masker sedang menunggu jenazah kerabatnya di sebelah seorang pekerja kesehatan di luar rumah sakit di Guayaquil, Ekuador pada 1 April 2020.
Seorang pria yang mengenakan masker wajah menunggu jenazah seorang kerabat di luar sebuah rumah sakit di Guayaquil, Ekuador pada 1 April 2020. (Enrique Ortiz / AFP)

Video Mencekam Deretan Truk Militer Italia Membelah Malam untuk Angkut Jenazah Korban Virus Corona

Dikutip dari BBC Indonesia, hal tersebut terjadi lantaran pemakaman umum di sana ikut ambruk di tengah wabah pandemi ini.

Sebab, pihaknya kewalahan untuk mengurus jenazah baik dari pasien Covid-19 maupun jenazah dengan penyebab kematian lainnya.

Untuk mengatasi hal ini, Presiden Ekuador, Lenin Moreno membantuk tim gabungan untuk membantu pemulasaraan jenazah.

Dari data pekan terakhir Maret, ada lebih dari 300 yang meninggal di rumah dan kemudian diangkut oleh kepolisian setempat.

Tak hanya itu, sejumlah gelandangan pun tergeletak dalam keadaan meninggal di tepian jalan.

Orang-orang melihat mayat yang dikatakan tergeletak selama tiga hari di luar klinik di Guayaquil, Ekuador pada 3 April 2020.
Orang-orang melihat mayat yang dikatakan tergeletak selama tiga hari di luar klinik di Guayaquil, Ekuador pada 3 April 2020. (Str / Marcos Pin / AFP)

639 Jenazah Dimakamkan dengan Protap Covid-19 di Jakarta, Tidak Semuanya Positif Corona

Berbagai kisah pun diceritakan oleh keluarga korban dan tetangga mereka kepada BBC Mundo.

Seorang warga Guayaquil, Jesica Castaneda, sang paman meninggal pada 28 Maret.

Keluarganya pun menghubungi rumah sakit terdekat dan nomor ambulans lantaran tak ada yang berani memegang jasad korban karena khawatir virus corona.

Sayangnya, pihak rumah sakit hanya meminta untuk bersabar dan menunggu.

"Pamanku meninggal 28 Maret, dan tidak ada yang membantu mengurus jenazahnya. Kata rumah sakit, mereka tak punya pengangkut jenazah, dan kami tak bisa meminjam karena ia meninggal di rumah. Kami memanggil ambulans, tapi cuma diminta bersabar. Sekarang jenazahnya masih di tempat tidur, sama seperti waktu dia meninggal. Tak ada yang berani menyentuhnya," cerita Jesica Castaneda.

Situasi ini tak hanya berdampak pada mereka yang meninggal akibat Covid-19 tetapi juga korban yang meninggal karena penyebab lain.

Sebagai tetangga, Wendy Noboa bercerita tentang korban yang meninggal pada 29 Maret.

"Ia jatuh dan meninggal karena luka di kepala. Saya panggil ambulans lewat 911 tapi mereka tak datang. Ia tinggal bersama ayahnya yang berumur 96 tahun. Akhirnya ia dibiarkan di apartemen seharian sampai ada anggota keluarga datang membawa peti untuk memakamkannya. Tapi mereka juga tak bisa melakukannya karena tak ada dokter yang datang untuk menandatangani sertifikat kematian," ujar Wendy Noboa.

Gambar rilis oleh Pemerintah Guaya yang memperlihatkan petugas polisi dan petugas kedokteran forensik mengambil mayat Covid-19 dari sebuah rumah di Guayaquil, Ekuador, pada 27 Maret 2020.
Gambar rilis oleh Pemerintah Guaya yang memperlihatkan petugas polisi dan petugas kedokteran forensik mengambil mayat Covid-19 dari sebuah rumah di Guayaquil, Ekuador, pada 27 Maret 2020. (Pemerintah Guaya/AFP)

Bakar Jenazah Korban Virus Corona 24 Jam Non-stop, Petugas Kremasi di China Alami Kelelahan

Menurut koran El Comercio, akhinya kepolisian Ekuador mengevakuasi 300 lebih jenazah yang diambil di berbagai rumah di kota itu.

Sebelumnya diwartakan oleh koran El Universo melaporkan pemerintah kota telah merencanakan pemakaman massal pada 28 Maret, tetapi rencana ini tak mendapatkan sambutan masyarakat.

Alasannya yakni terkait tradisi di kota itu bahwa pemulasaraan harus disaksikan keluarga.

Hal itu diungkapkan oleh ahli sosiologi asal Guayaqui, Hector Chiriboga kepada BBC Mundo.

"Di kota ini orang menunggu saudara mereka yang tinggal dan kerja di Eropa untuk kembali. Jenazah lalu dimandikan dan didandani. Sedangkan kremasi sangat dipandang buruk oleh Gereja Katolik,” kata Hector Chiriboga.

“Pemakaman massal itu pukulan bagi masyarakat yang punya ritual dalam kematian dan pemakaman. Mereka Kristen atau Katolik dan mereka akan sakit hati seandainya ritual pemakaman tidak dijalankan,” lanjutnya.

Warga Tolak Pemakaman Mantan Anggota DPRD Sulsel: Kalau Masih Ingin Hidup Enak Jangan Kubur di Sini!

Sementara penolakan serupa juga disampaikan Jorge Wated selaku kepala gugus tugas pemakaman yang dibentuk Presiden Lenin Moreno.

Ia mengaku tak akan menerima tugas dari presiden apabila diperintahkan untuk membuat pemakaman massal.

"Saya menerima tugas ini untuk membawa mereka yang meninggal dari rumah dan rumah sakit di Guayaquil, dan mereka yang tak bisa mendapat layanan pemakaman bisa dimakamkan dengan layak secara Kristen, di halaman gereja di kota ini," katanya.

Namun, Jorge Wated menyatakan keluarga korban tidak boleh menghadiri pemakaman.

Seorang pria (R) yang mengenakan masker sedang menunggu jenazah kerabatnya di sebelah seorang pekerja kesehatan di luar rumah sakit di Guayaquil, Ekuador pada 1 April 2020.
Seorang pria (R) yang mengenakan masker sedang menunggu jenazah kerabatnya di sebelah seorang pekerja kesehatan di luar rumah sakit di Guayaquil, Ekuador pada 1 April 2020. (Enrique Ortiz / AFP)

Solusi kemudian datang dari Presiden Lenin Moreno untuk mengatasi membeludaknya jenazah di kota itu.

Dikutip dari CNN, dalam pidato kenegaraannya pada Kamis (2/4/2020) menyerukan keterbukaan data di semua tingkat pemerintahan mengenai jumlah kasus virus corona di setiap wilayah.

"Sangat penting untuk mengatakan yang sebenarnya, jumlah kasus dan kematian, catatannya tak mencukupi," kata Presiden Lenin Moreno.

Video Tenaga Medis Teriaki Warga saat Bawa Jenazah Covid-19: Jangan Lempar Batu, Kita Juga Manusia!

Jorge Wated mengatakan, bahwa para ahli memperkirakan antara 2.500 hingga 3.500 kematian akan terjadi beberapa bulan mendatang hanya di Provinsi Guaya saja.

Lebih lanjut, beberapa kontainer telah tiba di Kota Guayaquil untuk dijadikan kamar mayat sementara untuk menampung mayat yang belum sempat dimakamkan.

Pihak berwenang juga mengatakan, mereka berencana akan membuat ruang untuk 'pemakaman yang lebih bermartabat'.

Tetapi untuk saat ini, beberapa orang yang tinggal di Kota Guayaquil tetap terjebak dalam mimpi buruk, tanpa ada cara untuk meratapi orang yang mereka cintai, bahkan melalui pemakaman yang layak.

(TribunPalu.com/Isti Prasetya)

Sumber: Tribun Palu
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved