Virus Corona

Ratusan Ahli Desak WHO Tutup Pasar Satwa Liar: tak Lagi Murah, Hewan Liar malah Jadi Kuliner Mewah

Sebanyak 200 ahli konservatif desak WHO untuk tutup pasar satwa liar. Seorang ahli menyebut perburuan beralih fungsi karena menjadi kuliner yang mewah

Twitter @muyixiao
Pasar Huanan, di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China - Sebanyak 200 ahli konservatif desak WHO untuk tutup pasar satwa liar. Seorang ahli menyebut perburuan beralih fungsi karena menjadi kuliner yang mewah 

TRIBUNPALU.COM - Keprihatinan para ahli konservatif akan perburuan hewan liar sebagai daging konsumsi membuat mereka bergerak untuk mendesak World Health Organization (WHO) untuk menutup pasar hewan liar di seluruh dunia.

Hal tersebut tak lepas dari kekhawatiran mereka soal masa depan akan adanya pandemi baru yang bisa saja terjadi akibat penularan dari satwa liar.

Seperti diketahui, wabah SARS-CoV-2 atau Covid-19 diduga berasal dari pasar perdagangan hewan liar di Kota Wuhan, China.

Di pagebluk virus corona seperti ini, sangat tepat bagi ratusan ahli konservatif untuk menekan WHO segera menutup perdagangan satwa liar yang tak hanya bisa menyebabkan wabah baru, tapi juga melindungi spesies satwa dari kepunahan.

Kota Wuhan di China Cabut Lockdown Corona, Puluhan Ribu Orang Tinggalkan Kota

Desakan para ahli untuk WHO

Dikutip dari The Independent yang tayang Rabu (8/4/2020), lebih dari 200 ahli terlibat dalam aksi ini.

Para ahli tersebut tergabung dalam sebuah gerakan dan telah menandatangani surat terbuka.

Termasuk dalam surat terbuka tersebut yakni beberapa ahli konservasi dari Born Free, International Fund for Animal Welfare, Bat Conservation Trust, dan Zoological Society of London.

Mereka tak hanya menginginkan pasar hewan liar ditutup, tetapi juga mendesak adanya peraturan yang melarang pemanfaatan satwa liar sebagai obat tradisional.

Bukan tanpa bukti, mereka telah menunjukkan bahwa Covid-19 berasal dari hewan yang kemungkinan besar dari spesies kelelawar yang dijual di Pasar Huanan, Wuhan, Hubei, China.

20 Ribu Warga Padati Wisata Alam Usai Lockdown Dilonggarkan, Ahli Epidemiologi: China Belum Berakhir

Alih fungsi perburuan hewan liar

Sementara dikutip dari The Guardian, semenjak wabah Covid-19 menjadi pandemi sudah ada larangan sementara perdagangan hewan liar yang diterapkan di China.

Tetapi pasar itu beroperasi kembali dan tak hanya ada di China, ada pula di Vietnam dan sejumlah negara lain di Asia Tenggara.

Seorang ahli dari Fakultas Ilmu Biologi di University of East Anglia, Prof Diana Bell menjelaskan adanya pergeseran fungsi perburuan di China.

Diana Bell menceritakan bahwa di China, daging hewan liar justru tidak murah.

"Ini sekarang telah menjadi barang mewah," kata Diana Bell kepada The Guardian.

Pasar Huanan, di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Pasar Huanan, di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. (Twitter @muyixiao)

Bermula dari wabah ebola yang berasal dari monyet yang dikonsumsi oleh penduduk padang Afrika yang sangat miskin, yang berfungsi untuk konsumsi semata.

Kini satwa liar menjadi perburuan untuk mendapatkan keuntungan lebih bahkan dianggap sebagai kuliner yang mewah.

"Ini 'badai' yang sempurna. Ada pergeseran fungsi dari berburu untuk memberi makan keluarga Anda, yang mungkin membuat keluarga Anda sakit. Sekarang, hewan-hewan ini dijual ke perdagangan ilegal dengan harga miliaran pound," jelasnya.

Bahkan kelas kuliner hewan liar menjadi meningkat lantaran harganya yang mahal.

"Orang-orang yang diwawancarai mengatakan mereka lebih suka daging liar. Pengusaha kaya akan membawa rekan mereka ke restoran satwa liar," lanjut Diana Bell.

Virus Corona di China Mulai Mereda. Pasar di Wuhan Kembali Jual Belikan Daging Kelelawar

'Pasar basah' bisa menjadi 'bom waktu'

Meski kuliner satwa liar telah menjadi penanda status kekayaan di beberapa negara Asia, kini pasar basah justru bisa menjadi bom waktu.

Dikutip dari BBC, Prof Andrew Cunningham, wakil direktur sains di Zoological Society of London menjelaskan soal bom waktu yang bisa saja memicu wabah baru.

"Cara kita memperlakukan hewan seperti ini sebagai komoditas untuk dijarah - berbalik ke kita dan ini tidak mengherankan," ujarnya.

Seorang Ahli di China menjelaskan, Pasar Seafood Huanan di Wuhan diduga bukan menjadi satu-satunya penyebab Virus Corona mewabah di kota tersebut.
Seorang Ahli di China menjelaskan, Pasar Seafood Huanan di Wuhan diduga bukan menjadi satu-satunya penyebab Virus Corona mewabah di kota tersebut. (Twitter muyixiao / Tangkap layar CNN)

Prof Cunningham mengatakan jika kita ingin menghentikan pandemi lain di masa depan, kita harus fokus pada sebab dan akibat.

Akar masalahnya adalah kerusakan alam, membawa hewan dan manusia ke dalam konflik pandemi.

"Bahkan di hutan lindung, hutan masih ada di sana, tetapi satwa liar hilang dari dalam karena mereka telah berakhir di pasar," katanya.

"Dan mudah untuk ditunjuk, tapi itu tidak hanya terjadi di China, itu terjadi di banyak negara lain dan bahkan di dunia barat. Kita suka memiliki hewan peliharaan yang eksotis dan banyak dari mereka yang ditangkap secara liar dan kita harus menyediakan kandang sendiri," lanjutnya.

Penyebab Mewabahnya Virus Corona Diduga Bukan Hanya Pasar Seafood Huanan, Ini Penjelasan Ahli

Desakan membuat undang-undang

Kembali dikutip dari The Guardian, The Wildlife Conservation Society (WCS) juga menyerukan penutupan pasar hewan hidup yang menjual satwa liar untuk konsumsi manusia.

Ia menyerukan kepada pemerintah untuk mengakui hewan liar sebagai ancaman kesehatan publik dunia dan memperkuat penegakan hukum terhadap perdagangan manusia.

Hal tersebut disampaikan oleh direktur eksekutif dari program kesehatan WCS, Dr Christian Walzer.

“Jika pasar ini bertahan, dan konsumsi manusia terhadap satwa liar ilegal dan tidak diregulasi tetap ada, maka masyarakat akan terus menghadapi risiko tinggi dari munculnya virus baru, yang berpotensi lebih mematikan, dan sumber penyebaran pandemi di masa depan,” kata Dr Christian Walzer.

“Pasar hewan hidup yang diatur dengan buruk, di mana hewan liar, satwa liar yang diternakkan, dan hewan peliharaan diangkut dari seluruh wilayah dan ditempatkan bersama untuk dijual untuk konsumsi manusia menyediakan kondisi ideal bagi munculnya virus baru yang mengancam kesehatan manusia, stabilitas ekonomi, dan ekosistem kesehatan," tutupnya.

(TribunPalu.com/Isti Prasetya)

Sumber: Tribun Palu
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved