Virus Corona

Jenazah Covid-19 Hilang setelah Terlantar di Jalanan Ekuador, Keluarga: Jasad Pamanku Entah di Mana

Ekuador kewalahan, jenazah Covid-19 terlantar di jalanan, bahkan ada yang hilang. Ini kisah-kisah warga Guayaquil saat hadapi sulitnya pemakaman.

Editor: Imam Saputro
Jose Sanchez / AFP
Orang-orang menunggu di samping peti mati untuk menguburkan orang-orang yang mereka cintai di luar kuburan di Guayaquyil, Ekuador, pada 6 April 2020 - Ekuador kewalahan, jenazah Covid-19 terlantar di jalanan, bahkan ada yang hilang. Ini kisah-kisah warga Guayaquil saat hadapi sulitnya pemakaman. 

Sebelumnya, keluarga tersebut telah menyadari adanya gejala Covid-19 yang menimpa anggota keluarga mereka.

Lantas mereka pun menelpon nomor yang disediakan pemerintah Ekuador untuk mendapatkan perawatan.

Tetapi ironisnya mereka justru diminta untuk tetap di rumah oleh otoritas setempat.

Meskipun mereka telah berusaha menghubungi dokter swasta, tidak seorangpun mau memeriksa walaupun berbagai gejala mengisyaratkan mereka terkena covid-19.

Meninggal bukan karena Covid-19 ikut terlantar

Berbagai kisah diceritakan oleh keluarga korban dan tetangga korban yang meninggal dunia kepada BBC Mundo.

Seorang warga Guayaquil, Jesica Castaneda, sang paman meninggal pada 28 Maret.

Keluarganya pun menghubungi rumah sakit terdekat dan nomor ambulans lantaran tak ada yang berani memegang jasad korban karena khawatir virus corona.

Sayangnya, pihak rumah sakit hanya meminta untuk bersabar dan menunggu.

"Pamanku meninggal 28 Maret, dan tidak ada yang membantu mengurus jenazahnya. Kata rumah sakit, mereka tak punya pengangkut jenazah, dan kami tak bisa meminjam karena ia meninggal di rumah. Kami memanggil ambulans, tapi cuma diminta bersabar. Sekarang jenazahnya masih di tempat tidur, sama seperti waktu dia meninggal. Tak ada yang berani menyentuhnya," cerita Jesica Castaneda.

Situasi ini tak hanya berdampak pada mereka yang meninggal akibat Covid-19 tetapi juga korban yang meninggal karena penyebab lain.

Sebagai tetangga, Wendy Noboa bercerita tentang korban yang meninggal pada 29 Maret.

"Ia jatuh dan meninggal karena luka di kepala. Saya panggil ambulans lewat 911 tapi mereka tak datang. Ia tinggal bersama ayahnya yang berumur 96 tahun. Akhirnya ia dibiarkan di apartemen seharian sampai ada anggota keluarga datang membawa peti untuk memakamkannya. Tapi mereka juga tak bisa melakukannya karena tak ada dokter yang datang untuk menandatangani sertifikat kematian," ujar Wendy Noboa.

Gambar rilis oleh Pemerintah Guaya yang memperlihatkan petugas polisi dan petugas kedokteran forensik mengambil mayat Covid-19 dari sebuah rumah di Guayaquil, Ekuador, pada 27 Maret 2020.
Gambar rilis oleh Pemerintah Guaya yang memperlihatkan petugas polisi dan petugas kedokteran forensik mengambil mayat Covid-19 dari sebuah rumah di Guayaquil, Ekuador, pada 27 Maret 2020. (Pemerintah Guaya/AFP)

Bakar Jenazah Korban Virus Corona 24 Jam Non-stop, Petugas Kremasi di China Alami Kelelahan

Rencana pemakaman massal ditolak warga

Sebelumnya diwartakan oleh koran El Universo melaporkan pemerintah kota telah merencanakan pemakaman massal pada 28 Maret, tetapi rencana ini tak mendapatkan sambutan masyarakat.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Palu
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved