Virus Corona

WHO Khawatir akan Banyak Negara yang Mengikuti Langkah China Melakukan Revisi Data Korban Covid-19

Badan Kesehatan Dunia ( WHO) menyatakan, banyak negara akan mengikuti China merevisi data korban meninggal Covid-19 jika wabah bisa teratasi.

Fabrice Coffrini/AFP/Getty Images via CNN
Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus 

TRIBUNPALU.COM - China merevisi angka korban meninggal akibat Covid-19.

Badan Kesehatan Dunia ( WHO) menyatakan, banyak negara akan mengikuti China merevisi data korban meninggal Covid-19 jika wabah bisa teratasi.

Wuhan, episentrum virus corona, mengakui terdapat kesalahan dalam menghitung angka kematian setelah data terbaru menunjukkan terdapat kenaikan 50 persen.

Pengumuman yang disampaikan ibu kota Provinsi Hubei itu terjadi setelah dunia menyoroti dugaan kurangnya transparansi China selama wabah.

Update Corona Dunia, Sabtu 18 April 2020 Pagi: Kesembuhan di Jerman Meningkat, Tembus 80 Ribu Orang

Ada Physical Distancing Cegah Corona, Ini Kumpulan Ucapan Selamat Puasa, Cocok untuk Awal Ramadan

Update Corona Sulteng Jumat (17/4/2020): Total 269 ODP, Kenaikan Kasus Terjadi di Buol dan Morowali

WHO menyatakan, Wuhan sudah kewalahan karena Covid-19, dengan otoritas lokal sibuk memastikan setiap infeksi dan korban meninggal tercatat dengan baik.

Otoritas di kota itu disebut awalnya disebut berusaha menutupi data sebenarnya, antara lain dengan menghukum dokter yang berusaha memberikan peringatan.

Kemudian terdapat keraguan mengenai datanya karena mereka berulang kali melakukan perubahan pada datanya ketika puncak wabah terjadi.

"Ini adalah tantangan selama pandemi, mengidentifikasi setiap kasus dan data kematian," ucap Maria van Kerkhove, ketua satuan tugas Covid-19 WHO.

Dia menuturkan, pihaknya mengantisipasi negara lain akan melakukan hal sama seperti yang dilakukan oleh Beijing untuk mengecek kembali data mereka.

Van Kerkhove menerangkan, saat ini pemerintah Wuhan sudah mulai memeriksa dan melakukan pengecekan silang kematian karena virus corona.

Wuhan menambahkan 1.290 kematian baru, sehingga data total menunjukkan mortalitas di sana 3.869, dan 325 kasus baru, dengan totalnya 50.333 infeksi.

Dilansir AFP Jumat (17/4/2020), Van Kerkhove mengatakan, karena sistem layanan kesehatan kewalahan, sejumlah pasien disebut meninggal di rumah.

Kemudian ada juga yang wafat di fasilitas darurat. Medis yang fokus merawat pasien disebut tidak bisa menyelesaikan laporannya tepat waktu.

"Setiap negara akan menghadapi ini (pengecekan ulang)," kata Michael Ryan, direktur darurat organisasi kesehatan di bawah PBB tersebut.

Dia pun mendesak setiap negara untuk menyediakan data akurat secepat mungkin agar WHO bisa segera menganalisa dampak dan membuat proyeksi kebijakan.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved