Kisah Pemuda Pedagang Makanan Difabel asal Tasikmalaya: Tetap Semangat dan Tak Pernah Mengeluh
Acep yang memilih berjualan makanan ringan dalam boks plastik dan ditarik badannya, ternyata punya misi mulia.
Namun ketika sepi pembeli, pemuda berusia 25 tahun itu kerap memutuskan berkeliling dengan kedua tangannya untuk menjajakan makanan.
Sudah lima tahun lalu Acep memutuskan berjualan makanan ringan secara keliling.
Keputusan itu diambilnya setelah menyaksikan sepasang suami istri difabel yang gigih berjualan keripik meski dalam kondisi keterbatasan fisik.
Selain mencari nafkah, Acep punya misi mulia.
Ia ingin apa yang dilakukannya menjadi bahan inspirasi bagi sesama.
Yang difabel saja bisa mencari nafkah, apalagi yang memiliki tubuh sempurna.
"Saya kemudian memutuskan jualan di Kota Bandung. Banyak juga ternyata yang membeli dagangan saya. Mudah-mudahan tindakan saya itu dijadikan suri telandan bagi yang lain. Tidak hanya yang memiliki tubuh sempurna, tapi juga disabilitas seperti saya," kata Acep.
Hidup tanpa dua kaki, dan pergerakan ditopang tangan, Acep tetap bersemangat menyusuri pinggir jalan aspal di siang hari.
Acep mengaku tiga kali dalam sepekan menempuh perjalanan dari Kota Tasikmalaya ke Kota Bandung, Jawa Barat, berjarak kurang lebih 115 kilometer.
Ia berjualan di Kota Bandung.
Kegigihan sepasang suami istri itu disaksikannya di Youtube. Pria yang sudah lahir tanpa kedua kaki itu pun akhirnya bangkit dan memutuskan untuk melakukan hal serupa.
"Akhirnya saya coba-coba jualan di sekitaran Tasikmalaya. Seiring berjalannya waktu saya jualan hingga Bandung," ungkapnya.
Awalnya Acep sempat kesulitan menemukan alat agar barang dagangannya dapat dibawa di tengah keterbatasan fisiknya.
Sebuah kotak yang dibuat dari papan kerap jebol karena tidak kuat menahan beban barang dagangannya yang dibawanya secara ditarik.
Hingga akhirnya ia menemukan sebuah kotak yang dimodifikasinya dengan beberapa roda.