Demi Bisa Langsungkan Akad Nikah, Pria Ini Rela Dikarantina di Desa Calon Istri

Seorang pria asal Bojonegoro rela melakukan karantina di sekolah bisa melangsungkan akad nikah.

Pixabay
Ilustrasi pernikahan 

Warga mengantisipasi potensi penularan corona dengan menerapkan isolasi mandiri.

Mereka yang tidak memiliki ruang untuk isolasi mandiri akan menjalani karantina yang disediakan Destana di TK ini, seperti yang dijalani Edy.

Destana juga membangun pos utama sebagai sentral koordinasi untuk menanggulangi Covid-19 masuk semua wilayah Pengasih. Pos kebetulan berdiri depan sekolah TK ini. 

“Kalau ada pendatang, warga melapor ke kami, kami datang dan mengedukasi agar mereka melakukan isolasi mandiri. Mereka membuat surat pernyataan sedia isolasi mandiri,” kata Indarto. Setelah dua pekan, mereka baru bisa berinterinteraksi dengan masyarakat Pengasih.

Destana juga melibatkan petugas medis dan Babinsa untuk memastikan kesehatan mereka yang isolasi di TK maupun isolasi mandiri. 

Sampai sekarang, sudah tiga orang menjalani isolasi di TK ini. Yang pertama adalah pemudik dari Jakarta masuk ke Pedukuhan Ngento, Pengasih. Warga Mengisolasi dia di TK hingga dua pekan.  

Kedua, warga asal Serut yang kehilangan pekerjaan di Semarang. Ia sudah menjalani 9 hari isolasi di sini.

“Kemudian pemuda asal Bojonegoro ini, baru masuk semalam,” kata Indarto.

Pemuda ini tetap berniat melangsungkan pernikahan sesuai tanggal yang direncanakan. Sebelum semuanya berlangsung, ia mesti menjalani isolasi di Jamus. 

“Dan dia ini warga yang mau bekerja sama baik,” Indarto.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Demi Ijab Kabul, Pemuda Ini Rela Dikarantina di Desa Calon Istri", 
Penulis : Kontributor Yogyakarta, Dani Julius Zebua
Editor : Khairina

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved