Jusuf Kalla Tanggapi Pernyataan Joko Widodo yang Minta Masyarakat Berdamai dengan Covid-19
Jusuf Kalla berasumsi ajakan berdamai tersebut sebagai dorongan agar masyarakat disiplin menerapkan protokol kesehatan.
"Herd immunity bisa saja, cuma korbannya banyak," kata Jusuf Kalla, seperti dikutip Tribunnews.com dari Kompas.com.
Jusuf Kalla lantas mencontohkan penerapan herd immunity yang sudah diterapkan di negara Swedia.
Menurut dia, angka kematian di Swedia justru lima kali lipat lebih tinggi dibanding negara di sekitarnya.
Hal itu terjadi karena Swedia menerapkan herd immunity tanpa dibarengi dengan dilakukannya lockdown.
"Tingkat kematian di Swedia lima kali lipat dibanding negara di sekitarnya akibat ingin mencoba herd immunity," terangnya.
Jusuf Kalla mengatakan, pemerintah bisa saja menggunakan opsi herd immunity, namun dengan risiko korban akan semakin banyak.
Menurut dia, tak masalah apabila dampak kebijakan tersebut hanya menyasar pada korban materi.
Namun, ia mempertanyakan langkah pemerintah apabila yang terjadi adalah korban jiwa melayang.
"Jadi jangan coba-coba yang kayak gini, korbannya banyak pasti."
"Apakah kita akan memilih itu, jangan. Negara apa yang ingin seperti itu dan itu tidak dianjurkan oleh WHO atau lembaga mana pun," ungkap dia.
• Polda Jatim Amankan 3 Bus yang Angkut 122 Pemudik Nekat dari Jakarta ke Madura
Sebagai informasi, herd immunity adalah upaya menghentikan laju penyebaran virus dengan cara membiarkan imunitas alami tubuh terbentuk.
Sehingga, daya tahan atau imunitas diharapkan akan muncul dan virus akan reda dengan sendirinya.
Hal itu diungkapkan oleh Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, Sally A Nasution.
"Pada kondisi terinfeksi virus, tubuh kita otomatis membentuk antibodi, siapa yang akan membentuk antibodi?'
"Yaitu orang-orang yang imunitasnya baik, pada usia produktif sekitar 18-50 tahun," kata Sally, seperti dikutip Tribunnews.com dari Kompas.com.