Virus Corona
Ilmuwan Temukan Gejala Baru Virus Corona, Disebut dengan Sindrom Patah Hati
Ilmuwan dari Cleveland Clinic telah menemukan gejala baru dari infeksi virus corona yang disebut dengan sindrom patah hati.
Pandemi global ini tentu membuat banyak orang mengalami stres.
Entah itu karena khawatir orang tersayang terinfeksi, kehilangan pekerjaan, kesulitan menyeimbangkan kehidupan pribad dan pekerjan, atau physical distancing yang membuat banyak orang mengalami isolasi sosial.
Ada banyak faktor yang memicu stres selama pandemi ini. Menurut ahli jantung sekaligus pemimpin riset, Ankur Kalra, faktor-faktor tersebut bisa memicu stres kardiomiopati pada pasien COVID-19.
Yah, pandemi COVID-19 telah membawa banyak tingkat stres dalam kehidupan orang-orang di seluruh negara dan dunia.
Semua orang tidak hanya mengkhawatirkan kondisi diri mereka sendiri atau keluarganya.
Mereka juga berhadapan dengan masalah ekonomi dan emosional, masalah sosial dan potensi kesepian dan isolasi.
"Stres dapat memiliki efek fisik pada tubuh dan hati kita, sebagaimana dibuktikan oleh semakin meningkatnya diagnosis stres kardiomiopati yang kita alami," tambah Kalra.
Dalam riset ini, peneliti mengamati 1.656 pasien yang mengalami sindrom patah hati akut selama empat periode prapandemi, yakni Maret-April 2018, Januari-Februari 2019, Maret-April 2019 dan Januari-Februari 2020.
Setelah itu, peneliti membandingkan hasil analisis data dengan temuan yang mereka dapat usai menganalisis 258 pasien yang mengalami kondisi serupa di masa pandemi, yakni pada 1 Maret hingga 30 April 2020.
Dari hasil riset, terbukti adanya peningkatan stres kardiomiopati selama masa pandemi.
Data riset juga mencatat sekitar 7,8 persen pasien positif Covid-19 mengalami sindrom patah hati.
Padahal, tingkat stres kardiomiopati selama empat periode prandemik hanya antara 1,5 dan 1,8 persen, yakni antara lima hingga 12 pasien per periode.
Cara mengatasi
Menurut peneliti, cara terbaik untuk mengatasi kondisi ini adalah dengan berfokus pada perawatan diri, terutama untuk pasien yang rentan terhadap tingkat stres.
"Meski pandemi terus berjalan, perawatan diri selama masa sulit ini sangat penting untuk kesehatan tubuh, khususnya jantung," kata ahli jantung Grant Reed.