Potensi Munculnya Kluster Baru Covid-19 saat Sekolah Dibuka, Komisi IX DPR: Jangan Coba-coba

Baru beberapa hari keputusan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tatap muka di sekolah diberlakukan, sejumlah siswa terpapar Covid-19.

Tribunnews/JEPRIMA
ILUSTRASI -- Petugas Kelurahan Jatirahayu membimbing para siswa Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) saat para siswa tersebut melakukan kegiatan belajar mengajar bersama sistem online di ruang aula Kelurahan Jatirahayu, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (5/8/2020). Di tengah pandemi Covid-19, proses belajar mengajar dilakukan tanpa tatap muka, pembelajaran daring pun diberlakukan. Namun keterbatasan sarana perangkat, fasilitas, dan ekonomi menjadi salah satu kendala yang harus di hadapi oleh masyarakat setempat. Demi memudahkan siswa/pelajar di Kota Bekasi, Pemerintah Kota Bekasi tepatnya di Kelurahan Jatirahayu, Kecamatan Pondok Melati, memfasilitasi warganya dalam belajar online dengan menyediakan WiFi gratis di ruang aula Kelurahan Jatirahayu. Tribunnews/Jeprima 

TRIBUNPALU.COM - Di tengah merebaknya wabah virus corona Covid-19, pemerintah telah mengizinkan sekolah tatap muka dibuka kembali di zona hijau dan kuning.

Namun, sejumlah sekolah dilaporkan menjadi klaster baru penyebaran Covid-19 setelah adanya pembukaan sekolah tatap muka di beberapa zona hijau dan kuning.

Terkait hal itu, anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Rahmad Handoyo menilai kondisi ini harus dijadikan peringatan dan pembelajaran bagi semua pihak.

Terutama terkait pembukaan sekolah di zona hijau dan kuning.

"Saya kira kenyataan ini (merebaknya penyebaran Covid-19 di sekolah) harus jadi warning buat semua pihak. Jangan sampai kita melakukan coba-coba, lalu serta merta memberlakukan proses belajar mengajar secara tatap muka karena lokasi sekolah berada di zona hijau dan kuning. Ini berbahaya," ujar Rahmad, kepada Tribunnews.com, Jumat (13/8/2020).

Rahmad menyebut sebenarnya kegiatan belajar mengajar secara tatap muka belum memungkinkan untuk dilakukan pada saat ini.

Pandemi COVID-19: Angka Kematian Gajah di Sri Lanka Menurun selama Masa Lockdown

Relawan Ujicoba Vaksin Covid-19 di Bandung Ungkap Efek Samping, dari Bengkak hingga Panas Dalam

Cerita Relawan Vaksin Covid-19:5 Jam Setelah Disuntik Merasa Sangat Mengantuk,Lalu Badan Lebih Segar

Politikus asal Boyolali, Jawa Tengah, itu memahami bahwa proses belajar mengajar secara jarak jauh itu berat, melelahkan, juga membosankan bagi semua pihak, khususnya orang tua dan siswa.

Namun demikian, itu adalah pilihan terbaik di tengah pandemi Covid-19.

Apalagi jika melihat tren perkantoran yang kembali memberlakukan work from home setelah menjadi klaster penyebaran Covid-19.

Oleh karena itu, Rahmad juga menilai sekolah juga harus kembali melakukan proses belajar mengajar secara online.

Menurutnya seluruh sekolah di Indonesia, baik yang berada di zona hijau atau kuning, seharusnya kembali melakukan pembelajaran jarak jauh.

"Anak-anak kita harus kembali belajar dari rumah. Terlalu besar risikonya jika mereka harus belajar secara tatap muka di sekolah," ungkapnya.

Apabila memang ada kendala dengan pembelajaran jarak jauh, Rahmad mengimbau semua pihak untuk bekerja sama mencari solusi terkait hal itu.

"Kalau memang ada hambatan dalam proses belajar mengajar jarak jauh, apakah itu masalah internet, ayo kita cari solusinya. Pokoknya semua pihak, mulai pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus bekerja sama mencari solusi, sembari menunggu vaksin," tandasnya.

Seperti diketahui, berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri terbaru memperbolehkan pelaksanaan kegiatan mengajar tatap muka di sekolah yang berada di zona hijau dan kuning.

3 Cara Mudah Pastikan Apakah Anda Dapat Bantuan Rp 600 Ribu per Bulan, Uang Langsung Ke Rekening?

Halaman
12
Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved