Kerap Kritik Anies Baswedan, Yunarto Wijaya Akui Sikapnya Bodoh & Sengaja Tunjukkan Keberpihakannya

Sebagai konsultan politik, Yunarto Wijaya akui sikapnya bodoh saat berat sebelah dan kerap mengkritik keras kebijakan Gubernur Anies Baswedan.

Editor: Imam Saputro
Kolase TribunPalu.com - Kompas.com/Totok Wijayanto X Instagram Yunarto Wijaya
Sebagai konsultan politik, Yunarto Wijaya akui sikapnya bodoh saat berat sebelah dan kerap mengkritik keras kebijakan Gubernur Anies Baswedan. 

Namun, ia menyadari hal tersebut tidak sepantasnya dilakukan oleh orang yang mengurus lembaga survei politik kenamaan.

"Poinnya satu, kalau sebagai konsultan politik, bodoh. Karena seharusnya gue berdiri di tengah, bicara hal normatif, gue bisa dapat proyek dari siapapun. Tanda kutip seperti itu," kata Yunarto Wijaya.

Pengalaman hidup Yunarto Wijaya yang sempat kebingungan antara pengusaha atau terjun ke dunia politik membuatnya menyadari tanggung jawab yang besar untuknya.

"Tapi balik lagi, gue tadi ada sedikit cerita tentang pengalaman hidup bisa masuk di politik yang nggak bisa buat orang Chinese sekalipun.

Buat gue ini bukan tentang karier semata, dunia politik apalagi minoritas masuk politik bukan tentang mendapatkan uang, karier, atau nama sebagai pengamat.

Ada value yang harus kita pertanggungjawabin di situ.

Tanda kutip 'gue ngerasa ada tugas yang harus gue emban, ketika gue masuk menjadi orang yang anomali di situ' muda, Chinese masuk di politik dalam situasi yang sangat bebas.

Ada momen-momen besar yang kadang-kadang mengingatkan itu," jelas Yunarto Wijaya.

Yunarto Wijaya Soroti Kebijakan Sepeda Motor Kena Ganjil Genap: Ini Gimana Logikanya

Menurutnya, pemilihan umum mempunya beberapa indikator untuk menjadi kontestasi politik yang sehat.

Mencari yang terbaik di dunia politik adalah hal yang mustahil didapatkan.

Tetapi, dengan membuang indikasi buruk di awal kontestasi akan lebih memberikan pencegahan.

"Kita nggak mungkin kok cari yang best of the best karena kita tahu politik penuh dengan kekurangan secara sistemik dan segala macam.

Prasyarat pertama, kita buang yang worst of the worst.

Jadi kita nggak bisa pastiin yang terbaik tapi kita buang dulu terburuk dari yang terburuk," kata Yunarto Wijaya.

Indikator terburuk bagi Yunarto Wijaya adalah isu SARA yang dilibatkan dalam dunia politik.

Halaman
123
Sumber: Tribun Palu
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved