Soal Pamor PDIP di Sumbar, Yunarto Wijaya Tegur Warganet: Ada Bukti? Bisa Jadi Fitnah ke Pemprov Lho
Soal pamor PDI-P di Sumatera Barat, Yunarto Wijaya tegur warganet: Ada buktinya? Kalau nggak ada, bisa masuk kategori memfitnah Pemprov Sumbar lho!
"Kalau saya melihat Sumatera Barat itu, saya pikir kenapa ya rakyat di Sumatera Barat itu sepertinya belum menyukai PDI-P, meskipun sudah ada daerah yang mau ada DPC atau DPD," ujar Megawati seperti dikutip dari Kompas.com.
Menurut dia, ini menyulitkan PDI-P ketika menentukan calon kepala daerah di Sumbar.
Padahal, kata Megawati, banyak pahlawan nasional yang lahir dari Sumbar.
"Kalau untuk mencari pemimpin di daerah tersebut menurut saya masih akan agak sulit," katanya.
"Padahal, kalau kita ingat sejarah bangsa, banyak orang dari kalangan Sumbar yang menjadi nasionalis yang pada waktu itu kerja sama dengan Bung Karno (Soekarno), Bung Hatta (Moh Hatta). Bung Hatta kan sebenarnya datang dari Sumbar," imbuh Mega.

Tak punya figur kuat di Sumbar
Tanggapan lain disampaikan oleh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas, Ilham Aldelino Azre berpendapat, PDI-P harus mengubah strategi politik apabila mau meraup suara di Sumatera Barat.
Salah satunya, PDI-P mesti merekrut sosok tokoh adat atau tokoh agama lokal yang memiliki basis massa yang kuat.
"Harus mengubah strategi politik dengan merekrut orang-orang lokal yang punya basis massa yang kuat dan lebih diterima masyarakat," kata Ilham, Senin (7/9/2020).
Sebab, menurut Ilham, selama ini PDI-P tidak memiliki figur yang kuat, baik di tingkat nasional maupun lokal, yang mampu menarik hati akar rumput di Sumbar.
• PDIP Resmi Usung Cucu Wakil Presiden Maruf Amin, Adly Fairuz di Pilkada Karawang 2020
Ilham mengatakan, ketokohan Soekarno tidak bisa 'dijual' di Sumbar.
Ditarik ke sejarah di masa lalu, Sumbar merupakan basis Masyumi, yang saat itu merupakan partai politik Islam terbesar.
Masyumi diketahui sempat dilarang oleh Soekarno karena diduga mendukung Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).
"Ada faktor historis yang tidak diterima masyarakat Sumbar (tentang) ideologi Soekarno," ujar dia.

Sosok Megawati dan Puan Maharani pun dinilai sulit digunakan untuk meraih simpati masyarakat.