Dipolisikan Relawan Jokowi soal 'Kursi Kosong', Najwa Shihab: Saya Dengar Polda Metro Jaya Menolak
Jurnalis Najwa Shihab angkat bicara soal pelaporan dirinya karena tayangan wawancara kursi kosong Menteri Terawan oleh pihak Relawan Jokowi.
Karena alasan itulah, Najwa Shihab mempublikasikannya di kanal YouTube dan media sosial Narasi untuk menyediakan ruang diskusi agar publik dapat mengawasi kebijakan-kebijakan yang diambil terkait penanganan pandemi.
"Faktor-faktor itulah yang mendorong saya membuat tayangan yang muncul di kanal Youtube dan media sosial Narasi. Media massa perlu menyediakan ruang untuk mendiskusikan dan mengawasi kebijakan-kebijakan publik," kata Najwa Shihab.
Pertanyaan yang dibuat pun tidak berasal dari pihak Mata Najwa saja, tetapi juga menampung pertanyaan dari publik.
"Pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan juga berasal dari publik, baik para ahli/lembaga yang sejak awal concern dengan penanganan pandemi maupun warga biasa. Itu semua adalah usaha memerankan fungsi media sesuai UU Pers yaitu 'mengembangkan pendapat umum' dan 'melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum'," sambungnya.
• Aksi Najwa Shihab Wawancarai Kursi Kosong Menkes Terawan, Pengamat: Itu Justru Merusak Citra Positif
Lebih lanjut, Najwa Shihab menjelaskan bajwa aksi bermonolog dengan kursi kosong itu memang baru pertama kalinya terjadi di Indonesia.
Tetapi, mewawancarai kursi kosong semacam itu sudah lazim dilakukan di negara lain dengan sejarah kemerdekaan pers yang panjang.
"Sependek ingatan saya, treatment 'kursi kosong' ini belum pernah dilakukan di Indonesia, tapi lazim di negara yang punya sejarah kemerdekaan pers cukup panjang," tulis Najwa Shihab.
Ia pun memberikan contoh aksi 'kursi kosong' yang telah dilakukan di negara lain.
"Di Amerika sudah dilakukan bahkan sejak tahun 2012, di antaranya oleh Piers Morgan di CNN dan Lawrence O’Donnell di MSNBC’s dalam program Last Word,"
"Pada 2019 lalu di Inggris, Andrew Neil, wartawan BBC, juga menghadirkan kursi kosong yang sedianya diisi Boris Johnson, calon Perdana Menteri Inggris, yang kerap menolak undangan BBC,"
"Hal serupa juga dilakukan Kay Burley di Sky News ketika Ketua Partai Konservatif James Cleverly tidak hadir dalam acara yang dipandunya," pungkasnya dengan akhiran tagar #CatatanNajwa.
Unggahan ini pun telah mendapatkan 659 ribu likes dan 44 ribu komentar warganet.
(TribunPalu.com/Isti Prasetya, Kompas.com)