Aksi Najwa Shihab Wawancarai Kursi Kosong Menkes Terawan, Pengamat: Itu Justru Merusak Citra Positif
Azas Tigor Nainggolan menyesalkan aksi Najwa Shihab mewawancarai kursi kosong Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto.
TRIBUNPALU.COM - Beberapa waktu yang lalu, presenter Najwa Shihab mewawancarai kursi kosong yang disediakan untuk Menteri Kesehatan (Menkes), Terawan Agus Putranto, di acara Mata Najwa.
Aksi wawancara kursi kosong itu tentunya tidak tanpa risiko, salah satunya yakni dengan munculnya pro maupun kontra.
Termasuk komentar dari advokat sekaligus pengamat kebijakan publik, Azas Tigor Nainggolan.
Azas Tigor Nainggolan menyesalkan aksi Najwa Shihab mewawancarai kursi kosong Menkes Terawan Agus Putranto.
Menurutnya, apa yang dilakukan Najwa justru mencederai citra positif yang sudah tersemat.
"Saya menyesalkan apa yang dilakukan oleh Najwa dalam wawancara dengan kursi kosong itu, cara itu justru menjatuhkan dan merusak citra positif acara Mata Najwa dan Najwa Shihab secara pribadi sebagai jurnalis," ungkap Tigor kepada Tribunnews, Jumat (2/10/2020).
Menurut Tigor, menolak hadir dalam undangan program wawancara merupakan hal yang wajar bagi pejabat publik.
Terlebih jika calon narasumber merasa tidak aman dan tidak nyaman.

• Anggap Remeh Corona, Ini Dua Presiden di Dunia yang Terjangkit Covid-19 Selain Donald Trump
• Kemenkes Minta Masyarakat Tak Perlu Takut Vaksinasi: Kualitas Vaksin Covid-19 Dikawal WHO dan BPOM
• Sandiaga Uno Jadi Juru Kampanye di Pilkada Solo 2020, Gibran Rakabuming Senang Bukan Kepalang
Sebagai seorang aktivis sosial, advokat, dan pengamat kebijakan publik, Tigor mengaku memiliki banyak pengalaman diundang sebagai narasumber oleh media massa elektronik.
"Sebagai narasumber, saya tidak selalu memenuhi undangan wawancara terhadap diri saya, seperti waktu tidak cocok atau saat berbenturan dengan acara lain," ungkap Tigor.
Tigor juga mengungkapkan penolakan bisa dilakukan karena ada indikasi wawancara yang memiliki maksud tertentu.
"Ada juga penolakan saya lakukan karena saya curiga, mendapat informasi dan dugaan atau indikasi wawancara tersebut hanya menggunakan saya untuk menjatuhkan orang lain atau ingin memojokan saya sebagai pribadi atau seorang aktivis," ungkapnya.
Menurut Tigor, indikasi atau informasi tambahan mudah didapat di berbagai media dan dapat digunakan calon narasumber saat membuat keputusan.
"Atau biasanya juga pihak produser atau tim kreatif acara yang mengundang saya itu akan bertanya dulu tentang sikap saya terhadap isu tertentu. Jika sikap saya pro atau kontra, dan sesuai kepentingan produser maka saya akan diundang untuk menjadi narasumber acara wawancara yang disiapkan," katanya.

• Ada 51.000 Pegawai Honorer Lolos Jadi PPPK, Ini Rincian Gaji Berdasarkan Masa Kerja Golongannya
• Positif Covid-19, Donald Trump Dikabarkan Tetap Lanjutkan Tugas Kepresidenan Tanpa Gangguan
• Sentil DKI Jakarta, Mahfud MD: Tak Gelar Pilkada Justru Selalu Jadi Juara 1 Penularan Virus Corona
Tigor berpendapat, cara pendekatan mengenai kepentingan tertentu sudah lazim dan banyak menjadi patokan pemilik acara atau produser acara talkshow.