Bertemu Ganjar Pranowo di Semarang, Yunarto Wijaya: Buzzernya Langsung Seru Sendiri Gegara Twit Ini
Bertemu Gubernur Ganjar Pranowo di Semarang, lembaga survei Charta Politika disinggung warganet. Yunarto Wijaya langsung beri sindiran ke buzzer.
Sehingga muncul asumsi publik bahwa pria lulusan Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan Bandung itu memiliki keberpihakan sebagai pengamat politik.
Yunarto Wijaya bahkan mengakui jika sikapnya yang berat sebelah itu adalah tindakan bodoh yang dilakukan seorang konsultan politik.

• Fadli Zon Sebut Indonesia Butuh KAMI, Yunarto: Bagus kalau Anda Memulainya dengan Mundur dari DPR
Hal tersebut ia ungkapkan dalam diskusinya bersama Helmy Yahya di kanal YouTube 'Helmy Yahya Bicara' yang diunggah pada Selasa (1/9/2020) sore.
Mulanya, Helmy Yahya mengaku kenal betul dengan sosok yang karib disapa Totok itu setelah beberapa kali mengikuti kontestasi politik.
Ia mengaku penasaran mengapa Totok kerap 'menyerang' Anies Baswedan dengan kritikan baik kebijakan penting hingga kebijakan tata kota di DKI Jakarta.
"Tok, kok saya perhatiin gitu ya, ada orang yang mengatakan 'Totok itu kalau Anies Baswedan itu banyak banget dikritisi'.
Terakhir ganjil genap untuk motor pun Totok komentar. Kenapa sih sebenernya?" tanya Helmy Yahya disambut tawa.
Yunarto Wijaya mengaku jika sikap yang ia lakukan merupakan tindakan bodoh dari seorang konsultan politik.
"Pertama kalau dalam porsi gue sebagai konsultan politik, gue harus mengatakan kalau gue mengambil posisi dominan sebagai konsultan politik, apa yang gue lakukan bodoh," terang Yunarto Wijaya.
"Dengan dalam beberapa momen kelihatan berpihak, i have to admit that. Pilkada 2017, Pilpres dua kali, 2014 dan 2019," lanjutnya.
"Dan terlihat keberpihakan seorang Totok," sahut Helmy Yahya.
"Dan gue sengaja melakukan itu. Buat gue Jokowi jelas lebih bagus daripada Prabowo. Ahok saat itu lebih baik dibanding Anies ataupun AHY," kata Yunarto Wijaya mengakui.
• Jalur Sepeda di Tol Dalam Kota Hanya untuk Road Bike, Yunarto: Road Bike Tuh Ya ke Velodrome Atuh Om
Namun, ia menyadari hal tersebut tidak sepantasnya dilakukan oleh orang yang mengurus lembaga survei politik kenamaan.
"Poinnya satu, kalau sebagai konsultan politik, bodoh. Karena seharusnya gue berdiri di tengah, bicara hal normatif, gue bisa dapat proyek dari siapapun. Tanda kutip seperti itu," kata Yunarto Wijaya.
Pengalaman hidup Yunarto Wijaya yang sempat kebingungan antara pengusaha atau terjun ke dunia politik membuatnya menyadari tanggung jawab yang besar untuknya.